Najwa Shihab: Pesantren Jadi Rumah Pemersatu Anak Bangsa

– Pesantren ialah rumah bersama, bukan hanya tempat santri putra dan putri yg mondok saja. Tapi juga dapat menjadi rumah yg menyatukan anak bangsa.

Hal itu diungkapkan Duta Baca Indonesia Najwa Shihab.
Menurutnya, salah satu indikasi
yg begitu tampak ialah keterbukaan pesantren dgn mau menerima hal baru
seperti kemajuan teknologi.

Najwa juga mengatakan, beberapa pesantren telah aktif di media sosial dan
memiliki website. Bahkan banyak juga santri yg menemukan aplikasi dan bekerja
jadi youtuber.

“Saya
ingat ucapan tokoh pesantren dari Lirboyo, Kediri Kiai Karim yg menyebutkan
santri harus seperti paku yg dapat menyatukan. Baik posisinya kecil maupun
besar tapi tugasnya sama. Karena itu, pesantren dibutuhkan banyak orang,
terutama ketika ada kepentingan,” kata Najwa ketika mengadakan Talk Show di Pesantren Tebuireng, dikutip
dari situs resmi NU, Minggu, 3 November 2019.

Baca Juga:  Kiai Said: Jika Ada Orang Islam yg Bikin Teror, Itu Bukan Islam!

Ia mengatakan, sosok santri terbiasa dgn perbedaan dan tak mengamuk saat
ditinggalkan ketika tak dibutuhkan.

 Keputusan pesantren mengikuti perubahan zaman
ialah keputusan yg bijak dan pas. Beberapa pesantren besar ketika ini mulai
melakukan kajian live streaming di youtube dan facebook. Mereka juga mengedit
ceramah tokoh pesantren yg cocok dgn instagram dan story whatshapp,”
ujarnya.

 “Kunci dari semua bidang ialah mendekat
orang dgn sesuatu yg lebih dulu dekat dgn mereka. Saat ini yg paling
dekat dgn manusia pada umumnya ialah handphone. Dunia berubah cepat sebab
barang ini. Minimal kita mendekatkan yg jauh,” terang putri pakar tafsir Quraish Shihab ini.  

Pada kesempatan itu, Najwa juga secara tegas
menyebutkan santri dan masyarakat Indonesia tak punya pilihan selain
mengikuti perubahan. Jika tidak, maka mau punah.

Baca Juga:  DPR Minta Pemerintah Segera Buka Kembali Pesantren

“Jumlah penduduk dunia ini diperkirakan 7,5 miliar. Dari total semua itu,
6 miliar punya handphon,” ujarnya. 

 Menurut Najwa, pesantren juga perlu mendekati
anak muda lewat aplikasi dan media sosial yg akrab dgn anak muda ketika ini.

“Harus kreatif membuat anak muda jatuh cinta pada membaca kitab kuning.
Kitab klasik ini mau terus relevan bila dibungkus dgn kreatif,” ungkap
Najwa.

“Kebanyakan
anak muda modern baru membaca berapa halaman saja telah pada mengantuk.
Anehnya, chatingan berjam-jam tak ngantuk. Di sinilah kreatifitas menjadi
kunci termasuk dalam masalah membaca,” tambahnya.

Jumlah
handphone, kata Najwa, bahkan lebih banyak
dari manusia.

“Lah satu orang punya dua hingga tiga handphone,” tandasnya.

Baca Juga:  Ribuan Pengasuh Pondok Pesantren Ini Sepakat Kembalikan Fungsi Masjid

Najwa
menyggah bahwa pembatasan alat elektronik di pesantren menghalangi seorang
santri buat berkembang.

Baginya,
pesantren cukup menyediakan perpustakaan yg memiliki buku banyak, tempatnya
nyaman, dan ada komputernya buat santri yg mau mengetik.  





Uncategorized

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.