Hukum Khutbah Jumat yg Provokatif

Bagian yg tak dapat dilepaskan dari pelaksanaan shalat Jumat ialah dua khutbahnya. Hikmah pensyariatan khutbah Jumat di antaranya buat mengajarkan kepada jamaah hal-hal yg urgen dalam urusan agama. Khutbah Jumat hendaknya dapat mencerahkan dan meneduhkan. Berbanding lurus dgn hikmah pensyariatan Jumat sendiri, yaitu buat mempersatukan umat.

Ditegaskan dalam kitab al-Fiqh al-Manhaji:

لمشروعية صلاة الجمعة حكم وفوائد كثيرة، لا مجال لاستقصائها في هذا المكان، ومن أهمها تلاقي المسلمين على مستوى جميع أهل البلدة، في مكان واحد هو المسجد الجامع مرة كل أسبوع، يلتقون على نصيحة تجمع شملهم وتزيدهم وحدة وتضامناً، كما تزيدهم ألفة وتعارفاً وتعاوناً

“Shalat Jumat memiliki beberapa hikmah dan faidah yg banyak, tak mungkin dijelaskan panjang lebar di sini. Di antara yg paling urgen ialah bertemunya umat Islam dalam satu tempat, yaitu masjid Jamik sekali dalam seminggu. Mereka menerima sebuah nasihat yg dapat menghimpun persatuan dan memperkuat solidaritas mereka, sebagaimana jumat dapat menambah kasih sayg, saling mengenal dan tolong menolong di antara mereka.” (Dr. Mushtafa al-Khin dkk, al-Fiqh al-Manhaji, juz1, hal. 200).

Beberapa mimbar dan podium saygnya masih diisi dgn ajaran provokasi. Ujaran kebencian, menggunjing lawan politik, mengampanyekan ganti system pemerintahan, menyuarakan jihad ‘membasmi kafir’ dan lain sebagainya merupakan salah satu contoh khutbah yg provokatif. Khutbah Jumat yg sebenarnya berperan buat menyejukan dan meneduhkan, justru menjadi sesuatu yg mengacaukan. 

Dalam pandangan fiqih Islam, khutbah yg demikian ialah haram, sebagaimana segala macam tindakan yg menimbulkan keresahan di masyarakat. Syekh Abu Said al-Khadimi menegaskan, termasuk perbuatan dosa ialah membuat kegaduhan dan provokasi di tengah masyarakat. Misalkan khutbah yg mengajak pemberontakan kepada pemerintah.

Dalam kitab Bariqah Mahmudiyyah, beliau mengatakan:

الثامن والأربعون الفتنة وهي إيقاع الناس في الاضطراب أو الاختلال والاختلاف والمحنة والبلاء بلا فائدة دينية) وهو حرام لأنه فساد في الأرض وإضرار بالمسلمين وزيغ وإلحاد في الدين

“Dosa yg ke empat puluh delapan ialah membuat fitnah, yaitu menjatuhkan manusia dalam kekacauan, kerusakan, pertikaian, cobaan tanpa ada faedah buat agama. Hukumnya ialah haram, sebab hal tersebut merupaka  perbuatan merusak di bumi, membuat mudlarat kepada kaum muslim dan penyimpangan dalam agama.”

كأن يغري) من الإغراء (الناس على البغي) من الباغي فقوله (والخروج على السلطان) عطف تفسير لأن الخروج عليه لا يجوز وكذا اعزلوه ولو ظالما لكونه فتنة أشد من القتل

“Contoh tindakan provokasi seperti meprovokasi manusia buat memberontak dan keluar dari komando pemerintah, sebab memberontak pemerintah ialah tak boleh, demikian pula haram, seruan ‘copotlah dia (pemimpin)’, meski ia ialah orang yg zalim, sebab hal tersebut merupakan perbuatan fitnah yg lebih berat dari pada pembunuhan.” (Al Khadimi, Bariqah Mahmudiyyah, juz 3, hal. 123)

Larangan melakukan perbuatan provokasi termasuk di dalam khutbah berdasarkan ayat Al-Qur’an:

إِنَّ الَّذِينَ فَتَنُوا الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ ثُمَّ لَمْ يَتُوبُوا فَلَهُمْ عَذَابُ جَهَنَّمَ وَلَهُمْ عَذَابُ الْحَرِيقِ

“Sesungguhnya orang-orang yg mendatangkan cobaan kepada orang-orang yg mukmin laki-laki dan perempuan Kemudian mereka tak bertaubat, Maka bagi mereka azab Jahannam dan bagi mereka azab (neraka) yg membakar.” (QS. Al-Buruj: 10)

Demikian pula berdasarkan hadits Nabi:

الفتنة نائمة لعن الله من أيقظها

“Fitnah seperti macan tidur, Allah melaknat orang yg membangunkannya.” (HR. al-Rafi’I dan al-Dailami).

Kata fitnah ditafsiri oleh Imam al-Manawi sebagai berikut:

الفتنة المحنة وكل ما يشق على الإنسان وكل ما يبتلي الله به عباده فتنة

“Fitnah ialah cobaan, setiap hal yg berat bagi manusia dan cobaan Allah buat hamba-hambaNya disebut dgn fitnah.” (Syekh al-Manawi, Faidl al-Qadir Syarh al-Jami’ al-Shaghir, juz4, hal. 606).

Demikianlah hukum khutbah yg provokatif. Meskipun secara hukum legal formal tetap sah sepanjang syarat-syarat dan rukun-rukun khutbah terpenuhi, namun hukumnya haram. Khutbah merupakan panggung para tokoh buat menyampaikan pesan yg meneduhkan dan mencerahkan, bukan justru menjadi media buat memecah belah umat. (M. Mubasysyarum Bih)





Uncategorized

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.