Pada dasarnya ilmu hikmah adalah sebuah anugerah yang diberikan Allah kepada hamba yang dikehendakinya. Zaman dulu, ilmu ini sangatlah lekat dalam dunia pesantren dan dunia perguruan silat. Banyak sekali orang mempelajarinya dengan tujuan untuk memperoleh keselamatan dan ketenangan batin karena sebenarnya ilmu hikmah merupakan sebuah sarana untuk memperoleh kedamaian hati dan ketenangan pikiran.
Meski demikian, di zaman yang serba modern seperti ini ilmu hikmah masih diperlukan oleh banyak orang untuk memperoleh maksud tertentu. Hingga saat ini, masih banyak orang yang ingin memiliki ilmu hikmah karena beberapa kepentingan dan tujuan tertentu. Yang jelas, orang yang mempelajari ilmu ini hendaknya digunakan untuk jalan kebaikan dan sebagai pedoman untuk mencari ridho dan keberkahan dari Allah SWT.
Dalam mempelajari ilmu hikmah bukanlah suatu hal yang tidak diberlakukan syarat apa pun. Karena ilmu hikmah merupakan berhubungan dengan nur ilahiah, justru ilmu hikmah memiliki syarat-syarat khusus yang harus ditempuh. Apalagi untuk mampu menguasainya, diperlukan usaha yang suci untuk ditempuh.
Selanjutnya, apa saja syarat-syarat khusus untuk dapat mempelajari sekaligus menguasai ilmu hikmah? Berikut ini bentuk pemaparan dalam memiliki ilmu hikmah.
- Beragama Islam
Karena ilmu hikmah merupakan sebuah kajian ilmu spiritual yang berkembang di masyarakat Islam, maka untuk mempelajari ilmu ini adalah orang yang beragama Islam. Mengetahui ajaran agama, rukun iman dan rukun islam, melakukan kewajiban seorang hamba Allah, tahu akan hukum-hukum syariat agama Islam berupa hal yang halal, haram, subhat, sunah, mubah, makruh, dan wajib.
Selain beragama Islam, usia pun memengaruhi karena faktor psikologis dan kesiapan mental seseorang karena ilmu ini berkaitan dengan batin seseorang. Usia minimal untuk mempelajari ilmu hikmah adalah 17 tahun. Karena pada usia tersebut secara mental dan akil baligh seseorang sudah memenuhi.
Lantas, bagaimana orang yang bukan beragama non-Islam? Tentunya bagi orang yang beragama selain Islam dapat memanfaatkan media berbagai minyak hikmah sesuai dengan kebutuhan yang tidak merusak akidah pemeluk agama lain. Penggunaan minyak hikmah dengan berbagai manfaat secara umum tidak menggunakan bacaan-bacaan atau doa yang bersumber dari agama Islam sehingga aman untuk digunakan bagi pemeluk agama lain.
- Restu Seorang Guru
Sangat tidak diperkenankan mempelajari ilmu hikmah secara individu tanpa bimbingan seorang guru yang membimbingnya. Saat ini banyak sekali media yang menawarkan berbagai ajaran ilmu hikmah melalui berbagai sarana, di antaranya buku-buku yang beredar di pasaran, artikel-artikel di internet yang belum tentu bisa dipertanggungjawabkan, media massa (koran, majalah, dan bulletin), dan referensi lain.
Bukanlah suatu hal kesalahan jika Anda mempelajari dari berbagai media. Namun, perlu diingat bahwa belajar ilmu hikmah merupakan ilmu tingkat tinggi berkaitan dengan kebatinan sehingga perlu bimbingan dari seorang guru yang benar-benar berkompeten di bidangnya, yaitu guru hikmah.
Seorang guru pun tidak serta merta langsung memberikan izin kepada santri atau muridnya yang berkeinginan mempelajari ilmu hikmah. Guru harus benar-benar mengatahui betul siapa yang akan diajarkan dan diturunkan ilmunya nanti. Apakah dia benar-benar tepat dan layak untuk diberi ilmu ataukah tidak. Dengan demikian, restu seorang guru sangat diperlukan untuk mempelajari bahkan mengausai ilmu hikmah.
Karena amalan-amalan ilmu hikmah harus melalui ijazah, baiat, atau semacam izin yang nantinya benar-benar memperoleh berkah dari ilmu yang dipelajarinya tersebut. Apabila seorang guru memberikan restu berarti orang tersebut benar-benar siap untuk menerima ilmu hikmah atas bimbingan dari seorang guru tersebut.
Selain itu, seorang murid atau santri yang mempelajari ilmu hikmah dari gurunya harus benar-benar bersedia mengikuti ajaran yang diperintahkan dari seorang guru. Istilah “Sami’na Wa Ato’na” yaitu selalu menuruti, melakukan, dan mengikuti perintah apa yang diucapkan oleh sang guru merupakan kunci keberhasilan dalam mempelajari ilmu hikmah. Tentu saja ucapan atau perintah dari sang guru mengarah pada kebaikan.
- Yakin
Syarat yang tak kalah pending sebagai landasan tercapainya ilmu hikmah adalah yakin. Tanamkan keyakinan pada diri terhadap Allah yang memiliki segala ilmu, yakin terhadap ilmu yang dipelajari, dan yakin kepada guru yang membimbing.
Ketika seseorang memiliki keyakinan yang luar biasa bahwa dia mampu untuk menguasai dan memiliki lmu hikmah, maka orang tersebut akan cepat menguasai ilmu yang sedang dipelajarinya itu.
- Mantap dan Memiliki Kemauan Keras
Keyakinan yang lahir dalam diri seseorang sangat berpengaruh terhadap kemantapan hati untuk bertindak. Maka dari itu, mantap harus ditumbuhkan untuk mempelajari ilmu ini. Ketika sedikit saja ragu, maka imu hikmah yang dipelajari akan susah untuk diperoleh dengan baik, apalagi menguasainya.
Mantap saja tidak cukup, harus disertai kemauan keras yang ditanamkan dalam hati agar usaha yang dilakukan bena-benar maksimal. Hal inilah yang dapat mempercepat proses dalam menguasai ilmu hikmah. Seseorang ketika bersungguh-sungguh dan pasrah terhadap segala hal yang sedang dan telah dilakukannya, inysa Allah semua hal yang diinginkan akan terwujud.
- Berani
Ilmu hikmah erat sekali berkaitan dengan dunia metafisika, spiritual, dan supranatural. Maka dari itu, jangan heran ketika orang yang mempelajari ilmu hikmah akan mampu menembus dunia ghaib sehingga mampu melihat bahkan berkomunikasi dengan makhluk ghaib karena dapat menembus ruang dan waktu.
Keberanian haruslah dimunculkan agar dia memiliki mentalitas yang tangguh karena seseorang yang sudah masuk ke dunia ilmu ghaib sudah tentu akan mengalami peristiwa-peristiwa ghaib, pemandangan-pemandangan ghaib, suara aneh, gejala aneh, maupun makhluk halus yang hadir menjumpainya.
- Istikomah Melakukan Amalan
Amalan tidak akan ada artinya jika hanya dilakukan sekilas, sekejap, dan hanya sekadarnya saja tanpa diimbangi dengan keajegan dalam melakoninya. Para ahli ilmu hikmah mengatakan bahwa Al-Istikomah khoirun min alfi karomah yang berarti istikomah atau keajegan lebih mulia daripada seribu karomah. Dari pernyataan itu jelas bahwa istikomah adalah hal yang istimewa.
Ketika seseorang melakukan amalan meskipun memiliki hikmah dan keistimewaan luar biasa, akan menajdi percuma jika hanya dilakukan sekali, dua kali, tiga kali saja. Hal itu sangat berpengaruh pada kurangnya fadhilah atau manfaat yang akan diterimanya kelak. Sebaliknya, jika amalan biasa tetapi dilakukan dengan langgeng, maka akan memberikan keutamaan yang luar biasa.
Istikomah dalam melakukan amalan yang diberikan oleh seorang guru menjadi suatu keharusan agar kelak memperoleh hikmah-hikmah luar biasa yang mungkin justru tidak terduga-duga. Hal inilah yang sering dialami oleh para ahli hikmah ketika mereka sedang dalam keadaan darurat dan membutuhkan pertolongan.
- Menghindari Makanan yang Haram
Apabila seseorang ingin memiliki ilmu hikmah, maka dia harus menjaga setiap makanan dan minuman yang dikonsumsi. Artinya, makanan maupun minuman yang masuk dalam perut haruslah yang halal, baik dari segi dzat atau cara dalam mendapatkan makanan itu.
Ilmu hikmah sangat erat kaitannya dengan kebersihan hati dan rohani. Maka dari itu, apabila makanan haram yang masuk ke dalam tubuh, maka makanan itu akan merusak jiwa seseorang sehingga menajdi kotor. Makanan haram di sini tidak hanya dlihat dari segi jenisnya saja seperti daging babi, anjing, bangkai hewan, tetapi juga dari cara mendapatkannya.
Sebungkus nasi dan segelas susu akan menjadi haram jika cara memperolehnya dengan cara mencuri. Inilah yang dimaksud dengan cara mendapatkan makanan yang haram meski nasi dan susu dikategorikan hahal.
Sesuatu yang masuk ke dalam tubuh akan memengaruhi kebersihan hati dan kesucian jiwa. Makanan dan miniman yang haram akan merusak segala amal kita. Dalam melakukan riyadhoh nantinya pun tidak akan mampu sungguh-sungguh, tidak khusyu’, berdoa maupun melakukan amalan tidak sungguh-sungguh, dan tidak mampu pasrah serta tawakal kepada Allah.
- Menghindari Dosa Besar
Hal yang harus dihindari untuk dapat menguasai ilmu hikmah yaitu dengan menjauhi dosa besar. Di zaman modern seperti ini tentunya banyak sekali godaaan untuk melakukan berbagai macam dosa. Meski dosa kecil tetapi jika tidak segera dihapus akan menjadi besar. Maka dari itu bersihkan diri sesegera mungkin dari dosa-dosa kecil yang masih melekat.
Namun, ada juga kategori dosa besar yang harus dihindari dan benar-benar harus dijauhi. Biasanya dalam bahasa Jawa dikenal dengan istilah ma lima, yaitu : Main, Madon, Minum, Maling dan Madat, yang artinya berjudi, zina, mabuk-mabukkan, mencuri dan penyalahgunaan narkotika. Kelima dosa besar ini adalah sumber runtuhnya kemurnian jiwa seseorang sehingga kekuatan ilmunya dapat runtuh meski ia telah menguasai ilmu hikmah.
Salah satu perbuatan dosa besar tersebut apabila dilanggar, maka ruh akan menjadi kotor sehingga akan tertutup segala pintu doa yang dipanjatkan kecuali dia mau bertaubat. Bahkan orang itu dipadang hina di mata Allah. Tentu saja Allah tidak akan berkenan memberikan keberkahan di dalam hidupnya sehingga tidak mungkin mampu mempelajari ilmu hikmah karena jiwanya sudah dikotori oleh perbuatan maksiat.
- Sabar, Tabah, dan Ikhlas
Mempelajari ilmu hikmah, terlebih untuk menguasainya bukanlah hal yang sangat mudah untuk memilikinya. Karena ilmu hikmah merupakan sebuah ilmu spiritual yang berhubungan dengan batin, maka ilmu ini sangat berbeda dengan ilmu sains atau ilmu pengetahuan yang dapat dipelajari dan dihafal dengan sekejap.
Sikap sabar, tabah, dan ikhlas harus dimunculkan dalam diri seseorang yang sungguh-sungguh dalam mempelajarinya. Cepat tidaknya untuk dapat menguasai ilmu hikmah bergantung pada kepribadian individu dalam melatih kesabaran dan keikhlasan dalam proses mempelajarinya.
Kesabaran dan ketabahan diukur dari kesiapan menerima dan kesungguhan hati untuk tetap menerima apa saja yang diperintahkan guru. Sedangkan keikhlasan berkaitan dengan kerelaan untuk melakukan pengorbanan apa pun untuk melakukan segala macam riyadhoh atau laku batin yang dijalani. Maka dari itu, untuk mempelajari ilmu hikmah diperlukan hati yang suci dan benar-benar hanya mencari ridho dan keberkahan Allah dari ilmu yang dipelajarinya itu.
Beberapa syarat di atas adalah hal yang perlu diperhatikan agar seseorang berhasil mempelajari sekaligus menguasai ilmu hikmah yang ingin dicapainya. Para pemilik ilmu hikmah harus tetap menjaga kebersihan hati, tawadhu’, selalu merendah, dan tidak menyombongkan diri agar memiliki karomah luar biasa dari Allah. Selalu bersikap waspada dan hati-hati dalam bertutur, bertindak, dan melakukan amalan.