Amalan yg Menjadikan Syekh Abdul Qadir Al-Jailani Wali Allah

Setiap orang memiliki jalan spiritual, suluk, dan cara yg berbeda buat sampai kepada Allah SWT. Tidak setiap orang menempuh ibadah mahdhah buat sampai ke tingkat makrifatullah. Setiap orang memiliki jalannya sendiri. Demikian halnya dgn suluk Syekh Abdul Qadir Al-Jailani.

Sayyid Bakri bin Sayyid Muhammad Syatha Ad-Dimyathi mengutip perkataan Syekh Abdul Qadir Al-Jailani terkait amalan, ibadah, suluk yg ditempuhnya dalam mencapai derajat wali Allah. Sayyid Bakri mengutip jalan berbeda yg dijalani Syekh Abdul Qadir Al-Jailani sehingga ia mencapai maqam makrifatullah yg dicintai Allah.

قال سيدي عبد القادر الجيلاني رضي الله عنه ما وصلت إلى الله تعالى بقيام ليل ولا صيام نهار ولكن وصلت إلى الله تعالى بالكرم والتواضع وسلامة الصدر

Artinya, “Syekh Abdul Qadir Al-Jailani mengatakan, ‘Aku tak sampai kepada Allah ta’ala dgn shalat malam dan puasa sunnah siang hari. Tetapi aku sampai kepada-Nya dgn kemurahan hati, ketawadhuan, dan keselamatan batin,’” (Sayyid Bakri bin Sayyid Muhammad Syatha Ad-Dimyathi, Kifayatul Atqiya wa Minhajul Ashfiya, [Indonesia, Al-Haramain Jaya: tanpa tahun], halaman 13).

Sayyid Bakri mengutip perkataan Syekh Abdul Qadir Al-Jailani yg menempuh jalan yg tak diduga oleh kebanyakan orang. Ia menempuh jalan kemurahan hati, kerendahan hati, dan kesucian batin dari segala penyakit hati. Sementara kebanyakan orang memiliki anggapan seragam bahwa jalan taqarrub kepada Allah hanyalah ibadah lahiriah mahdhah.

Sayyid Bakri mengutip perkataan Syekh Abdul Qadir Al-Jailani ketika menerangkan nazham karya Syekh Zainuddin bin Ali Al-Malibari yg menyebutkan keragaman jalan spiritual dan suluk yg ditempuh masing-masing orang dalam bertaqarrub kepada Allah.

ولكل واحدهم طريق * يختاره فيكون من ذا واصلا

كجلوسه بين الأنام مربيا * وككثرة الأوراد كالصوم الصلا

وكخدمة للناس والحمل الحطب * لتصدق بمحصل متمولا

Artinya, “Setiap orang dari mereka menempuh jalan * yg dia pilih sehingga ia menjadi orang sampai (kepada Allah)//seperti duduk di tengah masyarakat memberi petunjuk * dan kebanyakan wirid seperti puasa dan shalat//seperti khidmah kepada orang (ahli fiqih, orang saleh, ahli agama) dan memikul kayu bakar * buat disedekahkan hasil yg dikembangkannya,” (Syekh Zainuddin bin Ali Al-Malibari, Hidayatul Adzkiya ila Thariqil Ashfiya pada hamisy Kifayatul Atqiya wa Minhajul Ashfiya: 13).

Syekh Zainuddin bin Ali Al-Malibari pada nazhamnya dgn jelas menyebutkan bahwa jalan taqarrub masing-masing orang dapat jadi berbeda satu sama lain. Keragaman jalan spiritual (yg menunjukkan keluasan rahmat Allah dan sering tak terduga) itu bermuara pada satu tujuan, yaitu wushul ilallah atau makrifatullah. Wallahu a’lam. (Alhafiz Kurniawan)





Uncategorized

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.