Bagaimana Mbah Umar Mengislamkan Pak Mughizi?

Salah satu yg menonjol dari Mbah Umar ialah senang menghormati tamu. Jika ada tamu yg datang, siapa pun orangnya, pasti mau merasakan cara Mbah Umar dalam ikromudl dluyuf memuliakan tamu.

Seandainya beliau ditanya tentang hobi, bukan tak mungkin beliau menjawab begini,”Hobi saya terima tamu.”

Santri-santri Al-Muayyad zaman Mbah Umar, kemungkinan besar mengenal Pak Mughizi, seorang petugas listrik di wilayah Laweyan dan sekitarnya. Pak Mughizi ini sering datang ke pesantren buat mencatatan meteran listrik, juga menagih bayaran listrik. Selain dikenal sebagai petugas listrik, para santri juga mengenal Pak Mughizi dgn identitas seperti ini: nonmuslim, China, celana pendek dan tak dapat berbahasa Jawa Kromo atau halus.

Tahun-tahun itu, di masyarakat yg tradisinya homogen, monokultur, sering memunculkan prasangka. Tapi ini tak berlaku pada Mbah Umar. Mbah Umar kerap mengajak Pak Mughizi berbincang di rumahnya atau di serambi pesantren. Santri-santri yg melihatnya tak jarang yg risi melihat Pak Mughizi ngobrol akrab dgn kiainya, seperti tanpa batas. Harap maklum, identitas Pak Mushizi tak ada di dalam pesantren.

Obrolan Mbah Umar dgn Pak Mughizi ringan-ringan saja, tak jauh dari tema keluarga, aktivitas sehari-hari. Tak pernah Mbah Umar tanya agama, berdialog tentang keyakinan seperti intelektual-intelektual di kota-kota itu. Tapi tak disangka banyak orang, Pak Mughizi masuk Islam. Ya namanya hidayah, datangnya tak dapat diotak-atik, termasuk logika yg paling canggih sekalipun. Teori kausalitas, sebab musabab, pun tak mutlak dalam urusan hidayah.

Jika ada hanya mengira-ngira, menduga-duga. Seperti tafsiran orang, juga saya, Pak Mughizi masuk Islam sebab kepincut akhlak mulia Mbah Umar, hanyalah dugaan, memperkiraakan semata. Apakah akhlak mulia Mbah Umar ialah kesengajaan berdakwah supaya Pak Mughiz masuk Islam? Tidak ada yg tahu.

Ternyata tak masuk Islam kan? Walhasil, tak terlalu tepat bila ada pertanyaan, “Bagaimana Mbah Umar mengislamkan Pak Mughizi?” Setelah Masuk Islam Keluarga besar Pesantren Al-Muayyad menyambut dgn suka cita si mata sipit yg suka bercelana pendek dan bicaranya ngoko. Keseriusan Pak Mughiz masuk Islam, di antaranya ditandai dgn sunatan.

Pasca sunatan, Pak Mughizi tinggal di pesantren, supaya keluarganya tak direpotkan memelihara “burung” Pak Mughizi yg sedang terluka (zaman itu belum ada sunat pakai laser yg langsung sembuh). Selama proses perawatan burung, Pak Mughizi empat hari di Al-Muayyad, persisnya di kamar 4 pondok lama.

Setelah Mbah Umar wafat di tahun 1980, Pak Mughizi bertemua Mbah Umar dalam mimpi. Di dalam mimpi Mbah Umar meminta supaya dirinya berangkat haji. Tidak mikir panjang-panjang, Pak Mughizi bergegas daftar haji. Mimpi tersebut diceritakan pada Hj. Shofiyah, istri Mbah Umar.

“Aku hendak berangkat haji, Bu Nyai. Kiai Umar yg minta. Saya minta doanya.” “Alhamdulillah. Jika tahun ini berarti bareng sama anakku.” (Muhammad Shofy Al Mubarok, Khodam di pesatren Brabo, Grobogan, Jawa Tengah)





Uncategorized

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.