Berilmu & Berakhlak Mulia

Rasulullah SAW bersabda:

طَلَبُ العِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِم (رواه البيهقى و ابن عدى

Artinya, “Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap orang Islam.”

Dalam kitab Ta’lim Muta’allim disebutkan bahwa ilmu terbagi dua yaitu: Ilmu Haal dan Ilmu Ghairu Haal.

Pertama, ilmu Haal. Yaitu ilmu yg seketika itu mesti digunakan lalu diamalkan ketika berumur baligh, misalnya ilmu Fiqih dan ilmu Tauhid. Dalam ilmu Fiqih misalnya dipelajari ilmu ubudiyah dan ilmu muamalah.

Dalam ilmu ubudiyyah misalnya dipelajari tata cara shalat beserta syarat dan rukunnya, cara berwudhu dan sebagainya. Dalam ilmu muamalah dipelajari tentang barang-barang riba dan seterusnya.

Kemudian dalam ilmu Tauhid yg dipelajari ialah mengenai ke-Esa-an Allah beserta sifat-sifat-Nya yg wajib dan yg muhal, kepercayaan kepada Malaikat, kitab-kitab Allah, para Rasul, hari kiamat dan kepastian baik dan buruk dari Allah. Demikian seterusnya secara bertahap, sebab ilmu hal hukumnya wajib diamalkan sepanjang hidup.

 

Baca juga: Takwa dan Kemuliaan Manusia di Hadapan Allah

Kedua, ilmu Ghairu Haal, yaitu ilmu yg berfungsi sebagai ilmu kelengkapan hidup. Misalnya ilmu kedokteran, ilmu kemasyarakatan, dan ilmu-ilmu lain yg bermanfaat bagi kehidupan manusia.

Ilmu memegang peranan penting bagi kehidupan manusia. Suatu negara tak mau maju kalau penduduknya masih terbelakang dalam ilmu pengetahuan. Negara-negara seperti Amerika Serikat, Jerman, Rusia, Jepang dan lain-lain ialah negara-negara yg penduduknya telah maju dalam bidang ilmu pengetahuan. Berkat kemajuan ilmu mereka maju pula negaranya.

Pada zaman dahulu, Islam pernah menjadi jaya sebab menjunjung tinggi ilmu pengetahuan. Ketika itu lahirlah ilmuwan-ilmuwan Islam dari segala bidang, misalnya dalam bidang hukum kita mengenal Imam Syafi’i, Imam Hanafi, Imam Hambali dan Imam Malik.

Dalam bidang Tauhid misalnya Abu Hasan al-‘Asy’ari dan Abu Manshur al-Maturidi. Dalam bidang kedokteran misalnya; ar-Razy, ilmu pasti dan astronomi yaitu al-Khawarizmi, dalam ilmu Kimia Ibnu Hayyan, dalam ilmu sejarah; Ibnu Khaldun, dalam ilmu filsafat yaitu Ibnu Rusyd. Dan lain sebagainya.

 

Baca juga: Akhlak Memuliakan Tetangga

Ilmu Haal dan ilmu Ghairu Haal ialah demi kebahagiaan di dunia dan akhirat. Tidak lengkap bila bahagia di dunia tapi tak bahagia di akhirat. Sebaliknya kurang lengkap bila bahagia di akhirat tapi tak bahagia di dunia. Yang paling baik ialah “bahagia di dunia dan bahagia di akhirat” sebagaimana firman Allah:

وَابْتَغِ فِيْمَا آتَاكَ اللهُ الدَّارَ الآخرةَ وَلاَ تَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ الدُّنْيَا

Artinya, “Dan carilah pada apa yg telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) dunia.” (QS al-Qashash: 77)

Mengenai iman dan ilmu, Allah swt berfirman:

يَرْفَعِ اللهِ الّذِيْنَ آمَنُوا مِنْكُم وَالَذِيْنَ اُوتُوا العِلْمَ دَرَجَاتِ

Artinya, “Allah mengangkat orang-orang yg beriman dan orang-orang yg berilmu beberapa derajat.” (QS al-Mujadilah: 11)

Mengenai takwa Allah berfirman:

اِنّ اَكْرَمَكُم عِنْدَ اللهِ اتْقَاكُم

Artinya, “Sesungguhnya orang yg paling mulia di sisi Allah ialah orang yg paling bertakwa.” (QS al-Hujurat: 13)

 

Baca juga: Adab Makruf Nahi Mungkar

Orang-orang yg beriman, berilmu dan bertakwa, pastilah memiliki akhlak yg mulia sebab pada hakikatnya Rasulullah saw diutus buat menyempurnakan akhlak yg mulia. Sebagaimana sabda Rasulullah saw:

اِنَّمَا بُعِثْتُ لاُتَمِّمَ مَكَارِمَ الاَخْلاَق

Oleh sebab itu ; Buat apa pintar ilmu pengetahuan tapi akhlaknya tak baik, lebih baik biasa-biasa saja tapi akhlaknya mulia. Tapi yg paling baik ialah orang yg pintar dan berakhlak mulia. (Fathoni Ahmad)





Uncategorized

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.