الْØÙŽÙ…ْدَ لله٠نَØÙ’مَدÙه٠وَنَسْتَعÙيْنÙه٠وَنَسْتَغْÙÙØ±Ùه٠وَنَعÙÙˆÙ’Ø°Ù Ø¨ÙØ§Ù„له٠مÙنْ Ø´ÙØ±ÙÙˆÙ’Ø±ÙØ£ÙŽÙ†Ù’ÙÙØ³ÙناَوَمÙنْ سَيÙّئَات٠أَعْمَالÙنَا. مَنْ يَهْد٠الله ÙÙَلاَ Ù…ÙØ¶Ùلَّ لَه٠وَمَنْ ÙŠÙØ¶Ù’Ù„Ùلْ Ùَلاَ هَادÙÙŠÙŽ Ù„ÙŽÙ‡Ù. وَمَنْ لَمْ يَجْعَل٠الله ÙÙ„ÙŽÙ‡Ù Ù†Ùوْرًا Ùَمَا Ù„ÙŽÙ‡Ù Ù…Ùنْ Ù†ÙوْرÙ. وَأَشْهَد٠أَنْ لاَ Ø¥Ùلهَ Ø¥Ùلاَّ الله٠وَØÙ’دَه٠لاَ شَرÙيْكَ لَه٠وَأَشْهَد٠أَنَّ Ù…ÙØÙŽÙ…Ù‘ÙŽØ¯Ù‹Ø§ عَبْدÙه٠وَرَسÙوْلÙÙ‡Ù. أَللَّهÙمَّ صَلÙÙ‘ وَسَلÙّمْ وَبَارÙكْ عَلَى سَيÙّدÙنَا Ù…ÙØÙمَّد٠وَعَلىَ آلÙه٠وَصَØÙ’بÙه٠وَمَنْ ØªÙŽØ¨ÙØ¹ÙŽÙ‡Ùمْ Ø¨ÙØ¥ÙØÙ’سَان٠إÙلىَ يَوْم٠الدÙّيْنÙ. أَمَّا بَعْدÙ: Ùَيَا Ø¹ÙØ¨ÙŽØ§Ø¯ÙŽ Ø§Ù„Ù„Ù‡Ù Ø£ÙوصÙيْكÙمْ ÙˆÙŽÙ†ÙŽÙْسÙيْ Ø¨ÙØªÙŽÙ‚ْوَى الله٠Ùَقَدْ Ùَازَ Ø§Ù’Ù„Ù…ÙØªÙ‘ÙŽÙ‚Ùوْنَ. قَالَ الله٠تَعَالَى: ÙˆÙŽØ§Ø¹Ù’Ø¨ÙØ¯Ùواْ اللّهَ وَلاَ ØªÙØ´Ù’رÙÙƒÙواْ بÙه٠شَيْئاً ÙˆÙŽØ¨ÙØ§Ù„Ù’ÙˆÙŽØ§Ù„ÙØ¯ÙŽÙŠÙ’Ù†Ù Ø¥ÙØÙ’Ø³ÙŽØ§Ù†Ø§Ù‹ ÙˆÙŽØ¨ÙØ°ÙÙŠ Ø§Ù„Ù’Ù‚ÙØ±Ù’بَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكÙين٠وَالْجَار٠ذÙÙŠ Ø§Ù„Ù’Ù‚ÙØ±Ù’بَى وَالْجَار٠الْجÙÙ†ÙØ¨Ù وَالصَّاØÙØ¨Ù Ø¨ÙØ§Ù„جَنب٠وَابْن٠السَّبÙيل٠وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانÙÙƒÙمْ Ø¥Ùنَّ اللّهَ لاَ ÙŠÙØÙØ¨Ù‘Ù Ù…ÙŽÙ† كَانَ Ù…ÙØ®Ù’تَالاً ÙÙŽØ®Ùوراً
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Marilah kita bersama-sama memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah swt yg tak henti-hentinya mengalirkan rahmat dan inayah-Nya ke dalam sungai kehidupan ini. Sehingga kita mampu melalui kehidupan kemaren, menjalani kehidupan sekarang dan mudah-mudahan menapaki hari esok.
Shalawat serta salam terlimpah ke haribaan junjungan Nabi Muhammad saw. manusia paling mulia di sisi-Nya dan penolong yg memiliki syafaat di hari kiyamat. Semoga kita semua selaku umat dan pengagumnya menjadi manusia yg diprioritaskan mendapatkan syafaatnya. Amien<>Hadirin Jama’ah Jum’ah Rahimakumullah
Marilah kita menengok seksama kejadian akhir-akhir ini. Kejahatan sosial kembali marak terjadi di sekeliling kita. Terutama di kota-kota besar di Indonesia. Ketika perut terlalu lama tak dipenuhi tuntutannya. Sedangkan sederet mobil mewah silih berganti parkir di depan berbagai restoran cepat saji di sepanjang jalan. Atau ketika para perempuan wangi berseliweran menenteng sopping-bag yg tertempel di depannya berbagai merek terkenal, melewati para perempuan gembel di penyebrangan jalan yg menengadahkan tangan hanya sekedar menggugurkan tuntutan anak-anaknya di bawah kolong jembatan yg dgn setia menanti segenggam makanan. Dan sederet lukisan mengenaskan yg menggambarkan betapa luasnya jarak bentang antara mereka yg kaya dan yg papa, mereka yg hiup dgn gaya hedonis dan yg bergaya psimis. Lantas masih adakah harapan yg dapat merubah wajah negeri tercinta ini yg secara perlahan dapat merubah raut wajah bangsa ini. Bangsa yg telah terlanjur tekenal sopan tapi melarat. Bangsa yg terkenal religious tapi miskin. Bangsa Timur yg terknal faqir. Dapatkah wajah-wajah itu berubah? Atau malah mau semakin parah?
Para Hadirin yg berbahagia
Inilah tantangan kita bersama. Tantangan bangsa dan umat muslim Indonesia yg jumlahnya mengatasi berbagai umat agama lainnya di Indonesia. Pada kesempatan ini Khatib hanya mau mengingatkan saja, marilah kita bersama-sama memperbaiki keadaan ini, kita mulai dari diri sendiri. Jangan terlalu mengharap banyak dan menghayal adanya kesuksesan tanpa ada sebuah permulaan. Meraba diri kita sejauh manakah kepekaan social kita? Sudahkan hari ini kita menyapa tetangga samping rumah kita? Sudahkan kita memberikan senyuman kepada front office di belakang mejanya? Suahkah kita menyempatkan melongok ke luar jendela mobil kita buat sekedar menyapa para tukang ojek yg mangkal di perempatan jalan yg selalu kita lalui? Jangan-jangan kita tak pernah melakukan itu semua? Karena kita terlalu asyik dgn Televisi, Hand Phone, Note Book, tablet atau Blackberry. Berbagai benda yg berhasil membawa kita menjelajahi dunia dan mengangkat derjat kita sebagai orang modern yg melek media? Lalau apakah artinya melek media kalau itu membuat kita terkungkung dalam tempurung imagenasi bukan realita. Apakah arti melek teknologi bila kita buta realita?
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Sungguh berbagai kemajuan teknologi itu telah banyak kita gunakan. Ia telah menggeser posisi tetangga-tetangga kita. Benar, teknologi itu menjadi lebih dekat dgn kita dibandingkan keluarga dan juga tetangga. Inilah virus individualitas yg harus dihindari seperti yg telah disinggung oleh al-Qur’an dalam an-Nisa’ 36:
ÙˆÙŽØ§Ø¹Ù’Ø¨ÙØ¯Ùواْ اللّهَ وَلاَ ØªÙØ´Ù’رÙÙƒÙواْ بÙه٠شَيْئاً ÙˆÙŽØ¨ÙØ§Ù„Ù’ÙˆÙŽØ§Ù„ÙØ¯ÙŽÙŠÙ’Ù†Ù Ø¥ÙØÙ’Ø³ÙŽØ§Ù†Ø§Ù‹ ÙˆÙŽØ¨ÙØ°ÙÙŠ Ø§Ù„Ù’Ù‚ÙØ±Ù’بَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكÙين٠وَالْجَار٠ذÙÙŠ Ø§Ù„Ù’Ù‚ÙØ±Ù’بَى وَالْجَار٠الْجÙÙ†ÙØ¨Ù وَالصَّاØÙØ¨Ù Ø¨ÙØ§Ù„جَنب٠وَابْن٠السَّبÙيل٠وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانÙÙƒÙمْ Ø¥Ùنَّ اللّهَ لاَ ÙŠÙØÙØ¨Ù‘Ù Ù…ÙŽÙ† كَانَ Ù…ÙØ®Ù’تَالاً ÙÙŽØ®Ùوراً
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dgn sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yg dekat dan tetangga yg jauh dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tak menyukai orang-orang yg sombong dan membangga-banggakan diri”
Bila dilihat sepintas lalu, ayat di atas menyandingkan antara pelarangan menyekutukan Allah swt. dgn perintah berbuat baik kepada orang tua, karib, kerabat, teman dan lainnya. Ini dapat diterjemahkan bahwa bahwa menjalin hubungan dan menciptakan jejaring social tak kalah pentingnya dgn men-tauhid-kan Allah swt. Jika berhubungan dgn-Nya (hablum minalllah)Allah swt hanya melarang kita supaya tak menyekutukan-Nya, sedangkan berhubungan dgn sesama manusia (hablum minan nas)Allah swt memerintahkan buat berbuat baik kepada mereka semua.
Ketika kita mengabaikan perintah yg termaktub dalam ayat di atas, maka kebangkrutan social itu mau terjadi. Itu semua akibat ulah manusia yg enggan menjalin silaturrahmi dgn sesamanya. Sehingga terlahirlah individualism yg banyak menggantungkan hidup pada berbagai benda teknologi yg tak berjiwa dan tak bernyawa.
Ketergantungan ini haruslah segera kita sadari, sebab bila penggunaan itu tak dilandaskan atas kesadaran mau mengarah pada kehancuran akhlaq dan juga keimanan. Bahkan mau mengakibatkan kehancuran nilai-nilai social, sehingga menambah rusaknya sendi kehidupan berbangsa, seperti yg terjadi sekarang ini.
Dengan kata lain, hadirin yg terhormat
Berbagai patologi social (pencurian, perampokan, pembunuhan, gelandangan dan berbagai pelanggaran norma social) yg muncul akhir-akhir disebabkan sebab tiadanya interaksi social dan melemahnya control di dalamnya. Ini semua disebabkan pola pikir keranjingan terhadap teknologi yg kebablasan.
Semoga Allah swt membukakan hati kita bersama, dan menjaganya supaya tetap sadar dan ingat mau berbagai bahaya yg mengancam manusia muslim Indonesia yg hidup di Negara yg sedang demam modernism dan liberalism ekonomi. Karena itulah sesungguhnya yg mau menjauhkan kita dari saudara sesama muslim dan menggantikannya dgn berbagai benda teknologi yg kering tanpa jiwa.
KHUTBAH KEDUA:
اَلْØÙŽÙ…ْد٠لله٠عَلىَ Ø§ÙØÙ’Ø³ÙŽØ§Ù†Ùه٠وَالشّÙكْر٠لَه٠عَلىَ تَوْÙÙيْقÙه٠وَاÙمْتÙنَانÙÙ‡Ù. وَاَشْهَد٠اَنْ لاَ اÙÙ„ÙŽÙ‡ÙŽ اÙلاَّ الله٠وَالله٠وَØÙ’دَه٠لاَ شَرÙيْكَ لَه٠وَاَشْهَد٠اَنَّ Ø³ÙŽÙŠÙ‘ÙØ¯ÙŽÙ†ÙŽØ§ Ù…ÙØÙŽÙ…Ù‘ÙŽØ¯Ù‹Ø§ عَبْدÙه٠وَرَسÙوْلÙه٠الدَّاعÙÙ‰ اÙلىَ Ø±ÙØ¶Ù’وَانÙÙ‡Ù. اللهÙمَّ صَلّ٠عَلَى Ø³ÙŽÙŠÙ‘ÙØ¯Ùنَا Ù…ÙØÙŽÙ…Ù‘ÙŽØ¯Ù ÙˆÙØ¹ÙŽÙ„ÙŽÙ‰ اَلÙه٠وَاَصْØÙŽØ§Ø¨Ùه٠وَسَلّÙمْ تَسْلÙيْمًا ÙƒÙØ«ÙŠÙ’رًا
اَمَّا بَعْد٠Ùَياَ اَيّÙهَا Ø§Ù„Ù†Ù‘ÙŽØ§Ø³Ù Ø§ÙØªÙ‘ÙŽÙ‚Ùوااللهَ ÙÙيْمَا اَمَرَ وَانْتَهÙوْا عَمَّا Ù†ÙŽÙ‡ÙŽÙ‰
وَاعْلَمÙوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكÙمْ Ø¨ÙØ§ÙŽÙ…ْر٠بَدَأَ ÙÙيْه٠بÙÙ†ÙŽÙْسÙه٠وَثَـنَى بÙمَلآ ئÙكَتÙه٠بÙÙ‚ÙØ¯Ù’سÙه٠وَقَالَ تَعاَلَى اÙنَّ اللهَ وَمَلآ ئÙÙƒÙŽØªÙŽÙ‡Ù ÙŠÙØµÙŽÙ„Ù‘Ùوْنَ عَلىَ النَّبÙÙ‰ يآ اَيّÙهَا الَّذÙيْنَ آمَنÙوْا صَلّÙوْا عَلَيْه٠وَسَلّÙÙ…Ùوْا تَسْلÙيْمًا. اللهÙمَّ صَلّ٠عَلَى Ø³ÙŽÙŠÙ‘ÙØ¯Ùنَا Ù…ÙØÙŽÙ…Ù‘ÙŽØ¯Ù ØµÙŽÙ„Ù‘ÙŽÙ‰ الله٠عَلَيْه٠وَسَلّÙمْ وَعَلَى Ø¢Ù„Ù Ø³ÙŽÙŠÙ‘ÙØ¯Ùناَ Ù…ÙØÙŽÙ…Ù‘ÙŽØ¯Ù ÙˆÙŽØ¹ÙŽÙ„ÙŽÙ‰ اَنْبÙيآئÙÙƒÙŽ ÙˆÙŽØ±ÙØ³ÙÙ„ÙÙƒÙŽ وَمَلآئÙكَة٠اْلمÙقَرَّبÙيْنَ وَارْضَ اللّهÙمَّ عَن٠اْلخÙÙ„ÙŽÙÙŽØ§Ø¡Ù Ø§Ù„Ø±Ù‘ÙŽØ§Ø´ÙØ¯Ùيْنَ اَبÙÙ‰ بَكْرÙوَعÙÙ…ÙŽØ±ÙˆÙŽØ¹ÙØ«Ù’مَان وَعَلÙÙ‰ وَعَنْ بَقÙيَّة٠الصَّØÙŽØ§Ø¨ÙŽØ©Ù ÙˆÙŽØ§Ù„ØªÙ‘ÙŽØ§Ø¨ÙØ¹Ùيْنَ ÙˆÙŽØªÙŽØ§Ø¨ÙØ¹ÙÙŠ Ø§Ù„ØªÙ‘ÙŽØ§Ø¨ÙØ¹Ùيْنَ Ù„ÙŽÙ‡Ùمْ Ø¨ÙØ§ÙØÙ’سَان٠اÙلَىيَوْم٠الدّÙيْن٠وَارْضَ عَنَّا مَعَهÙمْ Ø¨ÙØ±ÙŽØÙ’Ù…ÙŽØªÙÙƒÙŽ يَا اَرْØÙŽÙ…ÙŽ الرَّاØÙÙ…Ùيْنَ
اَللهÙمَّ اغْÙÙØ±Ù’ Ù„ÙÙ„Ù’Ù…ÙØ¤Ù’Ù…ÙÙ†Ùيْنَ ÙˆÙŽØ§Ù’Ù„Ù…ÙØ¤Ù’Ù…ÙÙ†ÙŽØ§ØªÙ ÙˆÙŽØ§Ù’Ù„Ù…ÙØ³Ù’Ù„ÙÙ…Ùيْنَ ÙˆÙŽØ§Ù’Ù„Ù…ÙØ³Ù’Ù„Ùمَات٠اَلاَØÙ’يآء٠مÙنْهÙمْ وَاْلاَمْوَات٠اللهÙمَّ Ø§ÙŽØ¹ÙØ²Ù‘ÙŽ Ø§Ù’Ù„Ø§ÙØ³Ù’لاَمَ ÙˆÙŽØ§Ù’Ù„Ù…ÙØ³Ù’Ù„ÙÙ…Ùيْنَ وَأَذÙلَّ Ø§Ù„Ø´Ù‘ÙØ±Ù’ÙƒÙŽ ÙˆÙŽØ§Ù’Ù„Ù…ÙØ´Ù’رÙÙƒÙيْنَ ÙˆÙŽØ§Ù†Ù’ØµÙØ±Ù’ Ø¹ÙØ¨ÙŽØ§Ø¯ÙŽÙƒÙŽ Ø§Ù’Ù„Ù…ÙÙˆÙŽØÙ‘ÙØ¯Ùيَّةَ ÙˆÙŽØ§Ù†Ù’ØµÙØ±Ù’ مَنْ نَصَرَ الدّÙيْنَ وَاخْذÙلْ مَنْ خَذَلَ Ø§Ù’Ù„Ù…ÙØ³Ù’Ù„ÙÙ…Ùيْنَ ÙˆÙŽ Ø¯ÙŽÙ…Ù‘ÙØ±Ù’ اَعْدَاءَالدّÙيْن٠وَاعْل٠كَلÙمَاتÙÙƒÙŽ اÙÙ„ÙŽÙ‰ يَوْمَ الدّÙيْنÙ. اللهÙمَّ ادْÙَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزÙÙ„ÙŽ ÙˆÙŽØ§Ù’Ù„Ù…ÙØÙŽÙ†ÙŽ وَسÙوْءَ اْلÙÙØªÙ’Ù†ÙŽØ©Ù ÙˆÙŽØ§Ù’Ù„Ù…ÙØÙŽÙ†ÙŽ مَا ظَهَرَ Ù…Ùنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدÙنَا اÙنْدÙونÙيْسÙيَّا خآصَّةً ÙˆÙŽØ³ÙŽØ§Ø¦ÙØ±Ù اْلبÙÙ„Ù’Ø¯ÙŽØ§Ù†Ù Ø§Ù’Ù„Ù…ÙØ³Ù’Ù„ÙÙ…Ùيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمÙيْنَ. رَبَّنَا آتÙناَ ÙÙÙ‰ الدّÙنْيَا ØÙŽØ³ÙŽÙ†ÙŽØ©Ù‹ ÙˆÙŽÙÙÙ‰ Ø§Ù’Ù„Ø¢Ø®ÙØ±ÙŽØ©Ù ØÙŽØ³ÙŽÙ†ÙŽØ©Ù‹ ÙˆÙŽÙ‚Ùنَا عَذَابَ النَّارÙ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْÙÙØ³ÙŽÙ†ÙŽØ§ÙˆÙŽØ§Ùنْ لَمْ تَغْÙÙØ±Ù’ لَنَا وَتَرْØÙŽÙ…ْنَا Ù„ÙŽÙ†ÙŽÙƒÙوْنَنَّ Ù…ÙÙ†ÙŽ Ø§Ù’Ù„Ø®ÙŽØ§Ø³ÙØ±Ùيْنَ. Ø¹ÙØ¨ÙŽØ§Ø¯ÙŽØ§Ù„له٠! اÙنَّ اللهَ ÙŠÙŽØ£Ù’Ù…ÙØ±Ùنَا Ø¨ÙØ§Ù’Ù„Ø¹ÙŽØ¯Ù’Ù„Ù ÙˆÙŽØ§Ù’Ù„Ø§ÙØÙ’Ø³ÙŽØ§Ù†Ù ÙˆÙŽØ¥Ùيْتآء٠ذÙÙ‰ Ø§Ù’Ù„Ù‚ÙØ±Ù’بىَ وَيَنْهَى عَن٠اْلÙÙŽØÙ’شآء٠وَاْلمÙنْكَر٠وَاْلبَغْي ÙŠÙŽØ¹ÙØ¸ÙÙƒÙمْ لَعَلَّكÙمْ تَذَكَّرÙوْنَ ÙˆÙŽØ§Ø°Ù’ÙƒÙØ±Ùوااللهَ اْلعَظÙيْمَ ÙŠÙŽØ°Ù’ÙƒÙØ±Ù’ÙƒÙمْ ÙˆÙŽØ§Ø´Ù’ÙƒÙØ±Ùوْه٠عَلىَ Ù†ÙØ¹ÙŽÙ…ÙÙ‡Ù ÙŠÙŽØ²ÙØ¯Ù’ÙƒÙمْ وَلَذÙكْر٠الله٠اَكْبَرْ