Kisah Disabilitas Netra & Mukjizat Shalat Berjamaah

Syahdan, suatu masa terdapat seorang disabilitas netra yg begitu gemar dgn aktivitas shalat berjamaah. Ia tak pernah meninggalkan shalat berjamaah. Ia kerap meminta siapa saja buat mengantarkannya ke masjid. Ia pun telah dikenal masyarakat terkait kebiasaannya dalam shalat berjamaah.

Suatu hari azan berkumandang. Ia tak menemukan orang yg dapat menuntunnya ke masjid. Hal ini tak menghalanginya. Ia kemudian tetap berangkat ke masjid tanpa bantuan siapa pun.

Di tengah jalan ia mengalami kecelakaan. Ia terperosok pada sebuah lubang di jalan. Kepalanya terluka. Ia kemudian diantar pulang oleh masyarakat.

“Oh suamiku, shalat berjamaah tak wajib bagimu dgn keadaanmu seperti ini,” kata istrinya menyambut suaminya yg pulang dgn luka pada kepala.

“Jika Allah mencabut pandangan mataku, sungguh Dia mengekalkan cahaya hatiku. Aku takkan berhenti buat shalat berjamaah,” jawab suaminya menyatakan sikap.

Disabilitas netra diminta banyak istirahat oleh istrinya buat masa pemulihan. Ia pun tertidur. Ia dalam mimpinya dijumpai oleh Nabi Muhammad SAW. Keduanya pun terlibat percakapan atas peristiwa belakangan ini.

“Mengapa kau berdebat dgn istrimu?” tanya Rasulullah SAW.

“Ini kulakukan demi mengikuti sunnahmu (shalat berjamaah), wahai Rasulullah,” jawabnya.

Nabi Muhammad SAW tersenyum. Beliau SAW dgn kedua tangannya yg mulia kemudian mengusap kedua mata umatnya yg malang tersebut. Alhamdulillah, dgn keberkahan Nabi Muhammad SAW dan keberkahan sunnahnya, Allah mengembalikan penglihatan kedua matanya.

Hikayat ini dikutip dari Kitab Kifayatul Atqiya wa Minhajul Ashfiya karya Sayyid Bakri bin Sayyid Muhammad Syatha Ad-Dimyathi (Indonesia, Al-Haramain Jaya: tanpa tahun), halaman 45-46. Wallahu a’lam. (Alhafiz Kurniawan)





Uncategorized

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.