Kisah Nabi Muhammad & Sahabat Disabilitas Amr bin Al-Jamuh

“Demi Dzat yg diriku yg ada pada tangan-Nya, sesungguhnya di antara kalian ada orang yg bila ia bersumpah, ia pasti melakukannya. Di antara mereka ialah Amr al-Jamuh. Dan sungguh aku telah melihatnya menginjakkan kakinya yg pincang di surga,” kata Nabi Muhammad dalam hadits riwayat Ibnu Hibban.

Nabi Muhammad ialah suri teladan bagi umat Muslim dalam hal memperlakukan orang berkebutuhan khusus (disabilitas). Beliau memperlakukan mereka dgn perlakuan yg sangat baik dan penuh hormat. Tidak membedakan mereka dgn sahabatnya yg normal secara fisik.

Hal ini terlihat dari sikap Nabi Muhammad kepada Amr bin al-Jamuh sebagaimana tertera dalam buku Rasulullah Teladan Untuk Semesta Alam (Raghib as-Sirjani, 2011). Amr ialah seorang sahabat yg pincang. Ia memiliki empat orang anak laki-laki yg mengikuti beberapa peperangan bersama Nabi Muhammad.  

Suatu ketika, menjelang Perang Uhud, Amr bin al-Jamuh mengutarakan kemauannya buat ikut bergabung dgn pasukan umat Muslim melawan kaum musyrik Makkah. Namun keempat anaknya menghalanginya, mengingat kondisi bapaknya yg demikian. Tidak terima dgn itu, Amr bin al-Jamuh mendatangi Nabi Muhammad. Ia mengadu kepada Nabi bahwa alasan dirinya mau berperang ialah supaya kakinya yg pincang dapat menginjak surga.

“Sesungguhnya anak-anakku mau menahanku buat keluar bersamamu pada perang (Uhud) ini. Padahal demi Allah, aku benar-benar mau kakiku yg pincang ini dapat menginjak surga,” kata Amr bin al-Jamuh kepada Nabi Muhammad.

Nabi Muhammad merespons aduan Amr bin al-Jamuh tersebut dgn jawaban yg menarik. Jawaban yg diberikan kepada Amr berbeda dgn anaknya. Kepada Amr, Nabi mengatakan bahwa Allah telah memaafkannya sehingga ia tak memiliki  kewajiban lagi buat ikut berperang. Sementara kepada anak-anaknya Amr, Nabi mengimbau supaya tak melarang bapaknya tersebut.

“Hendaklah kalian jangan menghalanginya, semoga Allah menganugerahinya mati syahid,” kata Nabi kepada anak-anak Amr bin al-Jamuh.

Amr bin al-Jamuh akhirnya ikut berperang bersama dgn Nabi Muhammad dan pasukan umat Muslim. Ia kemudian terbunuh dalam Perang Uhud. Setelah itu, Nabi bersabda bahwa dirinya melihat Amr bin al-Jamuh menginjakkan kakinya yg pincang di surga.

Nabi Muhammad juga begitu perhatian kepada sahabatnya yg sedang sakit, dgn mengunjungi dan mencurahkan kasih saygya, sehingga mereka dan keluarganya merasa bahagia. Suatu ketika, Nabi Muhammad dan beberapa sahabatnya menjenguk Sa’ad bin Ubadah yg sedang sakit. Beliau mendapati banyak orang ketika memasuki rumah Sa’ad bin Ubadah. 

Nabi bertanya apakah Sa’ad bin Ubadah telah meninggal. Keluarga Sa’ad menjawab bahwa Sa’ad bin Ubadah belum meninggal. Nabi kemudian menangis. Para sahabat yg ketika itu berada di rumah Sa’ad bin Ubadah juga ikut menangis setelah melihat Nabi menangis. 

Jika ada sahabatnya yg sakit, Nabi Muhammad selalu mendoakan dan memberikan kabar gembira kepada mereka. Kata Nabi, mereka yg sakit mau memperoleh pahala sebagai hasil dari penyakit yg dideritanya.

“Bergembiralah wahai Ummu al-‘Ala, sebab sakitnya seorang Muslim, Allah jadikan penghapus kesalahan-kesalahannya sebagaimana api menghilangkan kotoran pada emas dan perak,” kata Nabi Muhammad menjenguk Ummu al-‘Ala yg tengah sakit. (Muchlishon Rochmat)





Uncategorized

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.