Masih Ada Warga Semarang Tak Mau Hormat Merah Putih, NU Beri Penyadaran

, SEMARANG – Peringatan HUT Ke-74 Republik Indonesia ternyata masih ada warga Kota Semarang yg tak mau memasang bendera merah putih di halaman rumahnya. Mereka juga tak mau memberi hormat kepada Bendera Merah Putih. Padahal telah diingatkan oleh pengurus RT dan para tetangganya.

Hal itu disampaikan pengurus Majelis Wakil Cabang (MWC) Nahdlatul Ulama (NU) Kecamatan Pedurungan dan Tembalang dalam Sosialisasi Empat Pilar dan Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) angkatan I di Hotel Nidya Horison, Jalan Brigjen Soediarto Semarang kemarin.

Moderator KH Ali Masy’adi menjelaskan, acara tersebut dibuka Kepala Kesbangpol Abdul  Haris mewakili Wali Kota Semarang. Sebagai pembicara Ketua PCNU KH Anasom dan Wakil Ketua Agus Fathuddin Yusuf.

‘’Acara sosialisasi empat pilar ini kami selenggarakan di enam tempat meliputi 16 MWC NU se-Kota Semarang,’’ kata Ali Masy’adi. Hadir pada kesempatan itu Rais Syuriyah PCNU KH Khanief Ismail Lc. Dikutip suaramerdeka.

Baca Juga:  Wapres Depan Ulama: Aturan Terbaru, Tak Ada Penutupan Masjid

Menanggapi laporan masih adanya warga Kota Semarang yg tak mau memasang bendera di halaman rumah dan hormat kepada Bendera Merah Putih, Ketua PCNU Anasom mengatakan mau menyampaikan temuan tersebut kepada Wali Kota dan aparat terkait. ‘’Pengurus MWC NU upayakan terus melakukan pendekatan dan penyadaran supaya mereka paham hak dan kewajiban sebagai warga negara Indonesia. Sampaikan laporan kepada RT, RW dan Kelurahan terdekat. Secara struktural kenegaraan merekalah yg berkewajiban mengambil tindakan,’’ kata Anasom.

Dia menduga, orang Indonesia yg tak mau hormat bendera sebab telah terpapar pikiran radikal menganggap pemerintah Indonesia dan segala produk hukumnya sebagai toghut.

‘’Kalau orang Indonesia tak mau melaksanakan hak dan kewajibanya sebagai warga negara ya sebaiknya jangan tinggal di bumi Indonesia yg jelas-jelas punya aturan dan perundang-undangan yg mengatur kehidupan warga negaranya,’’ tegas

Wakil Ketua PCNU Agus Fathuddin Yusuf mengatakan, ke-Indonesia-an pengurus NU dari PBNU hingga struktur terdepan yaitu ranting dan anak ranting tak perlu diragukan lagi. ‘’Yang sesungguhnya perlu mendapat sentuhan Empat Pilar Kebangsaan itu orang-orang yg jelas-jelas terduga telah terpapar atau terpengaruh pikiran-pikiran radikal di luar sana. Tetapi buat pengurus NU acara semacam ini menjadi tempat penyegaran dan menambah tali silaturahmi,’’ katanya

Baca Juga:  Refleksi Dakwah Digital NU; Menyemai Moderatisme, Mengikis Ekstremisme

Agus yg menyampaikan materi PBNU (Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI dan UUD 1945) mengatakan, Ideologi Pancasila dan NKRI telah final sebab telah menjadi kesepakatan para pendiri negara ini.

‘’Sudah tak perlu ada diskusi atau perdebatal lagi soal itu,’’ katanya. Mengutip pernyataan KH Ma’ruf Amin bahwa Khilafah itu bagus dan Islami tetapi otomatis tertolak di Indonesia sebab tak cocok diterapkan di negara ini yg telah punya ideologi Pancasila.

Wali Kota Hendrar Prihadi dalam sambutan dibacakan Kepala Kesbangpol Abdul Haris mengakui,  masih lemahnya penghayatan dan pengamalan agama serta munculnya pemahaman agama yg keliru dan sempit mengharuskan masyarakat perlu disegarkan kembali dasar-dasar empat pilar kebangsaan.

Baca Juga:  Megawati: Jika Pendukung Khilafah Tak Mau Diatur, Harus Keluar dari Indonesia

‘’Munculnya radikalisme  dan akhirnya menjadi terorisme harus diantisipasi supaya jangan sampai ada warga masyarakat yg terpapar radikalisme dan terorisme,’’ tegas Hendi.

Timbulnya fanatisme kedaerahan juga patut diwaspadai. Menurutnya masih terjadi disparitas pembangunan pusat dan daerah yg kemudian menimbulkan fanatisme kedaerah.

‘’Penghargaan kepada kebhinekaan dan kemajemukan perlu dipertajam kembali,’’ katanya. Acara sosialisasi Empat Pilar dan Aswaja tersebut ditutup Rais Syuriyah PCNU KH Khanief Ismail.





Uncategorized

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.