Saat Kufur & Syirik Terbersit di Hati Seorang Mukmin

Benih-benih kekufuran dan kemusyrikan sesekali menyembul tiba-tiba di benak orang yg beriman. Bisikan kemusyrikan atau kekufuran yg sekejap melintas dan terbersit begitu saja. Hal ini tentu saja menjadi perhatian para ulama.

Tiba-tiba saja terbayg dalam benak kita sesuatu yg tak layak atau terlarang dalam akidah keimanan kita. Benih-benih pikiran yg terbersit di dalam hati ini muncul begitu saja di luar kuasa manusia. Hanya saja bibit-bibit kemusyrikan dan kekufuruan yg masih dalam angan-angan ini tak dihitung oleh Allah SWT.
 

فأما الخواطر، وحديث النفس، إذا لم يستقر ويستمر عليه صاحبه فمعفو عنه باتفاق العلماء، لانه لا اختيار له في وقوعه، ولا طريق له إلى الانفكاك عنه وهذا هو المراد بما ثبت في الصحيح عن رسول الله (صلى الله عليه وسلم) أنه قال: إن الله تجاوز لامتي ما حدثت به أنفسها ما لم تتكلم به أو تعمل.

Artinya, “Adapun angan-angan yg lewat di benak seseorang dan bisikan di dalam hati bila tak tetap atau tak ditetapkan oleh yg bersangkutan maka itu dimaaf berdasarkan kesepakatan ulama. Pasalnya, lalu lalang angan-angan (khawatir) itu bukan pilihan kita. Tiada jalan buat melepaskan diri. Ini yg dimaksud dalam sabda Rasulullah SAW, ‘Sungguh, Allah memaafkan umatku atas ucapan yg terbersit di dalam dirinya selagi tak diutarakan atau diamalkan,’” (Lihat Imam An-Nawawi, Al-Adzkar, [Damaskus: Darul Mallah, 1971 M/1391 H], halaman 296).

Ulama membahas lebih lanjut sabda Rasulullah SAW tersebut. Menurut ulama, kekufuran dan kemusyrikan yg melintas dalam benak seseorang tak lantas membuatnya keluar dari keimanan sebagai keterangan Imam An-Nawawi berikut ini:

 

قال العلماء: المراد به الخواطر التي لا تستقر. قالوا: وسواء كان ذلك الخاطر غيبة أو كفرا أو غيره، فمن خطر له الكفر مجرد خطر من غير تعمد لتحصيله، ثم صرفه في الحال، فليس بكافر، ولا شئ عليه.

Artinya, “Ulama mengatakan, maksud dalam hadits itu ialah angan-angan yg tak langgeng. Mereka mengatakan, semua itu sama saja apakah bisikan yg terbersit baik ghibah, kekufuran, maupun pikiran tak layak lainnya. Seseorang yg terbersit di dalam hatinya bibit kekufuran tanpa sengaja, lalu ia menyingkirkan angan itu seketika, maka tak kafir. Angan-angan seperti itu tak bermakna apapun,” (Lihat Imam An-Nawawi, Al-Adzkar, [Damaskus: Darul Mallah, 1971 M/1391 H], halaman 296).

Angan-angan kemusyrikan dan kekufuran bukan sesuatu yg bermakna. Oleh sebabnya, Allah memaafkan lintasan pikiran sekeji apapun yg memang di luar kuasa manusia. Tetapi lintasan pikiran semacam ini mesti segera ditepis dgn mengalihkan perhatian batin kita kepada hal lain sebagai keterangan berikut ini:

 

 

 

وسبب العفو ما ذكرناه من تعذر اجتنابه، وإنما الممكن اجتناب الاستمرار عليه فلهذا كان الاستمرار وعقد القلب حراما ومهما عرض لك هذا الخاطر بالغيبة وغيرها من المعاصي، وجب عليك دفعه بالاعراض عنه وذكر التأويلات الصارفة له عن ظاهره

Artinya, “Sebab pemaafan atas apa yg kami uraikan ialah sebab tak mungkin menghindari angan-angan yg terbersit. Yang mungkin dilakukan ialah menghindari kelanggengannya dan menghindari pembenaran oleh hati. Ketika ghibah dan maksiat lain terbersit di benakmu, maka kamu wajib menolaknya dgn cara berpaling atau memaknainya dgn tafsiran yg berseberangan dari harfiyahnya,” (Lihat Imam An-Nawawi, Al-Adzkar, [Damaskus: Darul Mallah, 1971 M/1391 H], halaman 296).

Benih-benih kemusyrikan dan kekufuran ini tumbuh di hati orang beriman. “Pikiran-pikiran” terlarang itu mencoba mengganggu keyakinan orang yg beriman. Pikiran yg terbersit itu memang menggoda anak manusia sebab semata keimanan yg tertanam di hati mereka sebagaimana sabda Rasulullah SAW berikut ini:

 

 

 

وحكي أن رجلا شكا إلى النبي صلى الله عليه وسلم وسوسة الشيطان فقال إن الشيطان لا يدخل بيتا ليس فيه شيئ، فذلك من محض الإيمان.

Artinya, “Diceritakan bahwa seorang sahabat mengadu kepada Nabi SAW perihal was-was yg diembuskan setan. Rasulullah SAW mengatakan, ‘Setan tak masuk rumah di mana tak ada apapun di dalamnya.’ Itu semata-mata sebab iman,” (Lihat Syekh Said M Ba’asyin, Busyral Karim, [Beirut: Darul Fikr, 2012 H/1433-1434 M], juz I, halaman 246).

Syekh Ar-Ramli dalam Nihayatul Muhtaj ila Syarhil Minhaj mengajarkan sebuah doa supaya Allah SWT menyelamatkan kita dari kemusyrikan dan gangguan pikiran yg dapat membawa kekufuran. Doa ini disarankan dibaca sebagai tambahan doa duduk di antara dua sujud.

 

 

 

رَبِّ هَبْ لِي قَلْبًا تَقِيًّا نَقِيًّا مِنْ الشِّرْكِ بَرِّيًّا لَا كَافِرًا وَلَا شَقِيًّا وَارْفَعْنِي وَارْحَمْنِي

Rabbi hab lî qalban taqiyyâ, naqiyyan minas syirki bariyya, lâ kâfiraw walâ syaqiyyâ, warfa‘nî warhamnî.

Artinya, “Tuhanku, berikan buatku anugerah hati yg takwa, suci-bebas dari syirik, tak kufur, dan tak celaka. Tuhanku, angkatlah derajatku dan turunkan rahmat-Mu bagiku.”

Semoga Allah SWT melindungi akidah kita dari dosa kemusyrikan dan kekufuran. Di samping itu, kita juga dianjurkan buat menguatkan kembali akidah melalui kajian sifat dua puluh atau akidah 50 dalam pengertian Ahlussunah wal Jamaah. Wallahu a‘lam. (Alhafiz K)

 

 





Uncategorized

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.