Tahsinul Huluq

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أخْرَجَ نَتَائِجَ أفْكاَرِنَا لِإِبْرَازِ أَيَاتِهِ وَالَّذِيْ أفْضَلَنَا بِالْعِلْمِ وَاْلعَمَلِ عَلَى سَائِرِ مَخْلُوْقَاتِهِ ، أَشْهَدُ أنْ لاَ إِلَهَ إلاَّ اللهُ وَأشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلىَ سَيِّدِنَا وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدٍ الَّذِيْ يُمْلَئُ بِجَمِيْعِ اْلفَضَائِلِ ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَذُرِّيَّاتِهِ وَعِتْرَتِهِ الطَّاهِرِيْنَ إلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ ، قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِيْ اْلقُرْآنِ الْعَظِيْمِ ن ‘ والقلـمِ  وما يسطـُروْن * مـَآ أنت بنـعمـة ربّك بمجنـونٍ  *وإنّ لك لأجــراً غيــرَ مـَمْنُونٍ * وإنـك لـعـلـى خـلق عـظـيم وقال رسول الله صلى الله عليه وسلم إنـما  بعــثـتُ  لأتـمّمَ  مكـارم الأخْـلا ق

Hadirin Jama’ah Jum’ah Rohimakumullah
Marilah kita bersama-sama meningkatkan nilai ketaqwaan kita di hadapan Allah swt. Marilah kita saling mengingatkan dan saling bernasehat dalam kebaikan. Siapa tahu saya yg berdiri di sini melakukan sesuatu kealpaan, hendaknya tak sungkan-sungkan kita saling mengingatkan begitu juga sebaliknya. Karena yg demikian itu menghindarkan kita dari golongan orang-orang yg merugi. Ingatlah kita bahwa banyak sekali pintu-pintu menuju ketaqwaan, tak hanya terbatas pada sholat, puasa, zakat dan haji saja. Sesungguhnya kehidupan bermasyarakat ini memiliki berjuta pintu menuju ketaqwaan. Diantaranya ialah dgn berbuat baik, berbuat santun dan berakhlaq yg mulia, itu semua merupakan jalan menuju ketaqwaan.
<>Jama’ah Jum’ah yg berbahagia
Mungkin diantara kita ada orang yg berprofesi sebagai pedagang, yg tentu mempunyai  kemauan supaya perdagangannya maju dan  juga mendapatkan ridho Allah, mungkin pula diantara kita ada yg menjadi pejabat yg keputusannya mau diterima masyarakat luas namun tak bertentangan dgn hukum Allah, mungkin juga diantara kita ada yg menjadi petani yg mau pertaniannya sukses tanpa ada orang lain yg dirugikan, dan mungkin sekali banyak diantara kita yg hanya menjadi rakyat jelata yg hidup dalam kemelaratan dan kesusahan.

Apapun profesi kita, dan siapapun kita, tentu mencari satu hal yg dicari oleh setiap manusia berakal, yaitu kebahagiaan. Namun demikian  kadang kita salah dalam mengartikan dan mengukur kebahagiaan. Ada yg  beranggapan bahwa kebahagiaan dapat diraih dgn harta, kedudukan, ilmu pengetahuan dan semacamnya. Memang semua itu termasuk salah satu dari faktor yg menyebabkan manusia bahagia, namun bagi orang yg meyakini mau laa ilaha illallah  ada sebuah kebahagiaan yg sifatnya abadi, sebab memang datangnya dari Dzat yg maha abadi.

Ketenangan yg dirasakan oleh jiwa ialah satu-satunya factor  buat meraih hakikat kebahagiaan abadi. Dan hanya buat itulah Allah mengutus para Nabi dan Rasul. Adapun konsep kebahagiaan yg dibawa oleh junjungan kita, baginda Nabi besar Muhammad SAW  terletak pada kesucian dan keindahan sebuah  jiwa. Dimana istilah dari penyucian itu disebut dgn Tazkiah atau Tahsinul akhlak. Semakin dekat umat manusia dgn konsep Tazkiah  tersebut, semakin dekatlah kebahagiaan itu. Tapi bila semakin jauh dari kesucian jiwa atau akhlak maka pertanda dekatnya kemerosotan dan kehancuran.

Hadirin Jama’ah Jum’ah Rohimakumullah
Menurut Prof.Dr.Muhammad Said Ramadhan al-Buthi,  Ulama’  Syiria, kehancuran umat islam saat ini bukan disebabkan kemunduran ekonomi, politik, pendidikan dan sebagainya, namun disebabkan hilangnya sebuah jati diri, dimana mereka  tak lagi menyadari bahwa dirinya ialah seorang hamba. Dan hal ini sangat erat kaitannya dgn akhlak didalam jiwa seseorang.

Senada dgn al-Buthi ialah Prof. Sayyid Naquib al-Attas Cendikiawan Muslim Malaysia yg berpendapat bahwa kemunduran umat islam lebih fundamental dari hanya sekedar kemunduran ekonomi, politik, dan sejenisnya. Yaitu kehancuran pada tingkat metafisis. Akibatnya umat islam kehilangan pijakannya, sehingga menyebabkan hilangnya adab/akhlak dalam diri umat islam. Ketiadaan adab inilah yg menjebloskan umat islam pada jurang kehancuran .

Lantas apakah sebenarnya akhlaq itu? Jama’ah jum’ah yg dirahmati Allah…
Akhlak ialah sifat-sifat dan perangai yg memberikan gambaran batin yg bersifat maknawi dan rohani pada manusia, dimana dgn gambaran itulah manusia dibangkitkan di saat hakikat segala sesuatu tampak di hari kiamat nanti.  Jujur, Sabar dan Pemaaf ialah sebagian contoh dari akhlak dan sifat mulia, sementara Dusta, Pemarah dan Pendemdam menjadi gambaran sifat yg tercela. 

Akhlak [akhlaq] ialah bentuk jamak dari kata khuluq  yg kalau dihubungkan dgn manusia, kata khuluq ialah lawan kata khalq . Jasmani apabila tersusun dgn rapi dan baik maka disebut Husnul Khalq [baik ciptaannya, bentuknya] yaitu gambaran lahiriahnya baik. Begitu pula gambaran batin manusia, apabila tersusun dari sifat-sifat yg indah, pribadi yg baik dan perilaku yg mulia maka gambaran batinnya baik, dan itulah yg disebut Husnul Khuluq [akhlak yg baik]. Gambaran batin itulah yg dilihat oleh Allah SWT, dan dgn gambaran itu pula , manusia dibangkitkan kelak di hari Kiamat.

Dari penjelasan ini tampak bahwa potret jasmani seorang manusia derajatnya sama sekali tak sama dgn potret ruhaninya. Dengan demikian , seorang yg berakal serta beriman, wajib buat mengerahkan segala kemampuannya buat meluruskan akhlaknya dan berperilaku dgn perilaku yg dicintai oleh Allah SWT serta melaksanakan maksud dan tujuan dari diutusnya baginda Rasullah SAW yg bersabda :

             إنـما  بعــثـتُ  لأتـمّمَ  مكـارم الأخْـلا ق

“Bahwasanya aku diutus buat menyempurnakan akhlak yg mulia.”

Jama’ah yg dimuliakan Allah…
Dalam kehidupan ini manusia kadangkala memiliki tabiat yg baik dan terpuji, juga tabiat yg buruk dan tercela. Lalu apakah mungkin bagi kita buat menghilangkan [mengubah] tabiat-tabiat  buruk tersebut supaya kita sampai pada kesempurnaan akhlak sebagaimana dimaksud hadits diatas ?, ternyata sangat mungkin bagi setiap orang [mukallaf] buat mempunyai kesempatan menyucikan diri dari sifat-sifat tercela sekaligus menghiasi diri dgn sifat-sifat yg mulia, terpuji dan indah.

Hal ini dapat dicapai dgn kesungguhannya di dalam menumbuhkan kemauan/kemauan merubah sifat yg tercela serta melaksanakan kemauan tersebut. Apabila kemauan dan niat itu telah sempurna maka hendaknya dia berusaha dgn cara selalu memperhatikan apa-apa yg keluar dari dalam dirinya, baik berupa kata-kata [ucapan], tindakan [perbuatan] maupun cara bergaulnya dgn makhluk yg lain supaya gambaran batinnya menjadi baik.

Jama’ah yg disaygi Allah…
Betapa banyak kita saksikan dari umat ini, orang-orang yg membelanjakan hartanya dan bersusah payah dalam memperindah dan menghiasi anggota badannya, jasmani dan penampilan lahirnya, padahal itu semua tak ada artinya bila dibandingkan dgn memperindah akhlak. Seorang mukmin seharusnya memiliki kemampuan buat menyadari  Hakikat ini . Maka dari itu seorang arif dari Yaman  pada abad enam belas mengatakan:

من شغـله تغـذية  جســده  عـن تغـذية روحـه  فليطـلـب أجـره من الحـيتان  والد يدان التى تأ كل جســـده

“Barang siapa hanya menyibukkan diri di dalam memberi makan jasadnya tanpa memikirkan makanan ruhnya, maka mintalah balasannya kepada ulat dan cacing-cacing yg mau menggerogoti tubuhnya”.
Hal ini disebabkan sebab orang  tersebut menabdikan hidupnya hanya buat tubuh dan jasadnya, semangat dan kemauannya hanya diarahkan kepada makanan jasmani belaka tanpa menghiraukan makanan rohani dan penataan akhlaknya. Dengan demikian, dia hanya mengabdi  kepada ulat-ulat yg nanti mau menyelimuti dan memakannya.

Maka jelaslah bagi seorang mukmin bahwa meluruskan akhlak merupakan hal yg sangat penting buat dipikirkan dan dilaksanakan, supaya dalam hidup ini seorang mukmin dapat melaksanakan kewajibannya dgn sempurna, serta dapat menghubungkan dirinya dgn Baginda Rasulullah SAW yg memang diutus buat menyempurnakan akhlak.

Di dalam Al-Qur`an  Allah SWT memuji beliau di saat orang-orang kafir mensifati beliau dgn sifat gila:

ن ‘ والقلـمِ  وما يسطـُروْن * مـَآ أنت بنـعمـة ربّك بمجنـونٍ  *وإنّ لك لأجــراً غيــرَ مـَمْنُونٍ * وإنـك لـعـلـى خـلق عـظـيم

 “Nuun, demi qalam dan apa yg mereka tulis, berkat nikmat tuhanmu, kamu [Muhammad] sama sekali bukan  orang gila, dan sesungguhnya  bagimu pahala besar  yg tak mau terputus, dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti agung ”. (QS. Al-Qalam: 1-4).

Dalam ayat tersebut dgn jelas Allah menolak tuduhan orang-orang kafir atas diri Rasulullah SAW  bahwa beliau gila, sekaligus Allah juga menjelaskan bahwa agungnya akhlak tak dapat dipisahkan dgn akal yg sehat. Seandainya Rasulullah SAW gila tentu tak mau tampak darinya akhlak yg agung.

Sesungguhnya akhlak yg mulia merupakan manhaj yg lurus (cara yg pas) buat menghadapi problematika hidup ini, dan itu tak dapat dilakukan kecuali oleh orang yg mempunyai akal yg luas. Karena itulah akal didefinisikan dgn; Tabiat dalam jiwa yg dapat mencegah pemiliknya dari mengerjakan hal-hal yg keji.

Maka kemampuan manusia buat mencegah dirinya dari hal-hal jelek dan keji merupakan hakikat akal. Jadi, hanya orang yg berakal cerdaslah yg mampu menguasai dirinya di saat marah dan tetap berakhlak dgn akhlak yg baik. Semakin cerdas akal seseorang maka mau semakin mampu buat menjaga dan menahan hawa nafsunya dari perbuatan yg tak semestinya.

Jama’ah Jum’ah Romikumullah
Akhirnya, penjelasan ini menunjukkan bahwa kesempurnaan akhlak, merupakan ukuran baik dan taknya seseorang, baik di dunia ini maupun di akhirat nanti. Oleh sebab itu wajib bagi setiap muslim buat memperhatikan budi pekertinya, baik kepada dirinya, keluarganya, maupun orang-orang disekelilingnya.

بَارَكَ الله لِى وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِى وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذْكُرَ الْحَكِيْمَ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَاِنَّهُ هُوَالسَّمِيْعُ العَلِيْمُ, وَأَقُوْلُ قَوْلى هَذَا فَاسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم

 





Uncategorized

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.