Membahas tentang Ketika Badui Berkata Kasar kepada Nabi Muhammad

Nabi Muhammad saw dikenal luas sebagai pribadi yg berakhlak mulia dan luhur. Akhlak tersebut tak berubah meskipun dirinya mendapat perlakuan buruk dari orang lain. Bahkan ketika Rasulullah terus-menerus mendapat ancaman pembunuhan dari kaum kafir Quraisy.

Ada banyak riwayat masyhur terkait keluhuran akhlak Nabi Muhammad ketika mendapat perlakuan kasar. Di antaranya ketika beliau hijrah ke Thaif.

Dalam Sirah Nabawiyah, Rasulullah hijrah dgn ditemani oleh mantan budak beliau, Zaid bin Haritsah. Di sana, beliau menemui para pemuka Bani Tsaqif yaitu Abd Yalil, Mas’ud dan Hubaib, mereka ialah anak-anak ‘Amr bin Umair Ats-Tsaqafy. Nabi meminta pertolongan kepada mereka, tetapi mereka menjawab dgn jawaban kasar.

Setelah permintaan Rasulullah terhadap ketiga pemuka Bani Tsaqif tak dikabulkan, Rasulullah SAW meminta supaya tak menyiarkan berita kedatangan Nabi ke Thaif kepada orang-orang Makkah. Tetapi permintaan tersebut pun tak mereka kabulkan. Mereka pun menyiarkan berita kedatangan Nabi kepada kaum kafir Quraisy di Mekah.

Selain itu, mereka juga menghasut anak-anak kecil buat melempari Nabi dgn batu hingga mata kaki Nabi berdarah. Zaid bin Haritsah menjadi benteng Nabi ketika beliau dilempari batu oleh anak-anak kecil. Nabi Muhammad tetap berdoa dgn lembut penuh dgn kebaikan.

Dalam riwayat lain, KH Zakky Mubarak (2022) mengungkapkan bahwa ketika Rasulullah membagi-bagikan harta rampasan perang, ada seorang Badui yg mengucapkan kalimat kasar yg tak layak diucapkan terhadap Rasulullah s.a.w.

Badui itu mengatakan: “Bagikan harta rampasan itu secara adil! Inilah bagian yg kumaukan dari perang itu”. Para sahabat Nabi merasa tersinggung dgn ucapan Baduwi itu, mereka mau memberikan pelajaran dgn kasar, sesuai dgn ucapannya yg sangat menyakitkan itu. 

Nabi Muhammad melarang sahabatnya bersikap kasar terhadap Badui itu, Nabi tak merasa kaget atau heran terhadap ucapan tersebut, sebab beliau mengetahui bahwa watak dan tabiat manusia itu berbeda-beda. Sebagian mereka ada yg bersikap kasar dan cepat tersinggung, ada pula yg bersikap sabar dan bijaksana, tergantung bagaimana orang itu mendapat pendidikan dan bagaimana mereka dibentuk oleh masyarakatnya.

Ada seorang sahabat menemui Rasulullah yg sangat dicintainya. Ia datang buat memperoleh nasihat supaya memperoleh kebaikan dan kesuksesan dalam segala kehidupannya. Rasulullah memberikan nasihat kepadanya dgn kalimat yg sangat singkat: قاَلَ لاَ تَغْضَبْ “Kamu jangan marah.” (HR. Bukhari)

Sahabat itu merasa tak puas, ia datang dari jauh buat meminta nasihat dari Nabi, kok hanya mendapat kalimat yg singkat saja. Ia pun meminta kepada Nabi Muhammad supaya menambah kembali nasihat-nasihat yg sangat dibutuhkannya. Kemudian Nabi menjawab seperti jawaban yg pertama dan seterusnya sampai tiga kali.

Setelah tiga kali meminta nasihat dan diberi nasihat yg singkat itu, baru sahabat itu memahami dan menyadari, betapa luhurnya nasihat itu. Kalimat itu meskipun singkat tetapi mengisyaratkan suatu nasihat yg luas dan sangat bermanfaat. Memang apabila seorang manusia dapat mengendalikan nafsunya (emosinya) dalam segala kehidupan pasti mau memperoleh sukses yg ia cita-citakan.

Dalam riwayat lain, Nabi Muhammad saw juga berusaha menenangkan para sahabatnya yg dibuat marah ketika mendapati seorang Badui kencing di Masjid Nabawi. Kisah ini diriwayatkan dalam kitab Shahih Bukhari.

Rasulullah saw memerintahkan para sahabat buat membiarkan orang Badui tersebut menyelesaikan hajatnya. Setelah orang itu selesai, Rasulullah pun tak memarahinya. Rasulullah meminta diambilkan satu ember air, lalu menuangkannya di tempat si Badui itu buang air kecil. Masjid Nabawi yg masih berlantaikan tanah pasir membuat air kencing si Badui dapat cepat diserap bumi.

Kisah tersebut juga menggambarkan betapa Rasulullah sangat toleran, sabar, dan mau membimbing umatnya yg belum tahu dgn penuh kasih sayg. Beliau tak malah menghakimi orang Badui tersebut dgn marah-marah. Bahkan beliau juga melarang sahabatnya buat tak bertindak anarkis dan melarang orang Badui tersebut.

Penulis: Fathoni Ahmad

Editor: Muchlishon

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.