Membahas tentang Kisah Nabi Muhammad: Mengenang Wafatnya Rasulullah & Kesedihan Abu Bakar

Pada kesempatan ini kami mau mengulas tentang Membahas tentang Kisah Nabi Muhammad: Mengenang Wafatnya Rasulullah & Kesedihan Abu Bakar,

Rasulullah ﷺ jatuh sakit sepulang dari haji Wada (haji perpisahan). Tepat, dua tahun terakhir di bulan Shafar atau menjelang hari-hari pertama memasuki bulan Rabi’ul Awal tahun 11 Hijriyah.

Seketika itu, Rasul meminta seorang budaknya yg bernama Abu Muwaihibah buat mengantarkan beliau ke pemakaman Baqi. Yakni pemakaman yg menyimpan jasad sahabat-sahabat Nabi Muhammad ﷺ.

Permintaan tersebut sebab beberapa waktu sebelumnya ia mendapatkan perintah dari Allah Swt supaya memintakan ampunan buat ahli kubur yg dimakamkan di pemakaman Baqi.

Sesampainya di situ, beliau berdiri di depan gerbang kuburan seraya berkata, “Salam sejahtera buat kalian semua, wahai penghuni kubur. Semoga apa yg kalian rasakan hari ini lebih baik ketimbang yg dirasakan oleh mereka yg masih hidup. Sebab, mereka mau selalu berhadapan dgn berbagai fitnah yg terus datang silih berganti, dan yg muncul belakangan lebih keji ketimbang sebelumnya.”

Tidak lama, Rasulullah ﷺ menghampiri Abu Muwaihibah dan bertanya, “Abu Muwaihibah, tahukah engkau, telah diberikan kepadaku kunci perbendaharaan dunia dan kekekalan di dalamnya, kemudian Allah juga memberikan kunci surga. Aku disuruh memilih semua itu atau kembali menemui Tuhanku dan surga?”

Abu Muwaihibah menjawab, “Demi ayah bundaku, ambillah kunci perbendaharaan dunia dan kekekalan di dalamnya, kemudian baru ke surga.”

Lalu, Rasul berkata, “Tidak, demi Allah, Abu Muwaihibah, aku telah memilih buat kembali menghadap Tuhanku dan surga.”

Setelah itu, Rasul memintakan ampunan buat ahli Baqi dan langsung beranjak meninggalkan pemakaman Baqi menuju kediaman istrinya, Aisyah.

Sekali pun sedang sakit, Rasulullah ﷺ tetap memenuhi kewajiban beliau sebagai suami dgn berkeliling ke rumah istri-istrinya. Sampai akhirnya rasa sakitnya tak tertahankan lagi. 

Saat itu, beliau tengah berada di kediaman Maimunah. Beliau memanggil semua istri dan meminta izin kepada mereka buat tinggal di tempat Aisyah selama beliau sakit.

Sakit yg dirasakan Rasul terus berlanjut dan lama, kurang lebih sampai 10 hari. Pada hari ke-10, Rasul meninggal dunia dipanggil Sang Khaliq. Beliau wafat pada hari Senin, 12 Rabi’ul Awal. Genap usia 63 tahun.

Sewaktu Rasul sakit parah, Aisyah tak hentinya selalu membaca doa al-Mu’awwidzatain (surah an-Nas, dan al-Falaq) dan doa-doa yg lain. Usai membaca doa itu, ia menarik napas, meniupkan ke tangannya, lalu mengusapkannya ke sekujur tubuh beliau. Tujuannya, mengarapkan barakah dari Allah Swt buat kesembuhan Rasulullah ﷺ.

Ada sebuah riwayat menuturkan, bahwa ketika suhu tubuhnya makin naik, Rasul meminta tujuh kantong geriba air buat diguyurkan ke tubuh beliau. Setelah itu, beliau keluar dari kediaman Aisyah dan menemui kaum Muslimin. Beliau menyampaikan wasiat kepada mereka dan mengiyakannya sembari tubuhnya sempoyongan, “Berhati-hatilah kalian, berhati-hatilah kalian.”

Kepala beliau dibalut dgn sorban, kemudian melangkah memasuki masjid dan naik ke atas mimbar. Di atas mimbar, beliau sembari duduk dan sesaat kemudian berkhutbah di hadapan kaum Muslimin. Ia berkata, “Semoga Allah menjatuhkan kutukannya terhadap orang-orang Yahudi dan Nasrani sebab mereka menjadikan kubur Nabi-nabi mereka sebagai masjid dan tempat ibadah.”

Imbuh, riwayat lain juga mengatakan, ketika Rasul sakit, Rasulullah mempersilakan orang buat membalas apa pun yg pernah beliau lakukan. Beliau berkata, “Barangsiapa pernah kucambuk punggungnya, maka inilah punggungku.”

Setelah itu, Rasulullah turun dari mimbar dan melakukan salat Zuhur. Usai itu, beliau kembali ke mimbar buat melanjutkan ucapan beliau tentang masalah hak-hak seorang muslim dan sebagainya. Tiba-tiba ada seorang laki-laki menghampiri dan berkata, “Uangku ada pada anda sebanyak  tiga dirham.”

Rasulullah mengembalikan uang tersebut dan berkata kepada seorang sahabat, “Berikan kepadanya.”

Seorang lain menyatakan bahwa uangnya ada pada Rasulullah. Yang ini lebih dari 3 dirham. Sekali pun begitu, beliau tetap mengembalikannya dan berkata, “Ambillah olehmu.”

Setelah itu, Rasulullah berwasiat supaya berbuat baik kepada masyarakat Anshar. Beliau berkata, “Aku berwasiat kepada kalian tentang masyarakat Anshar, sebab mereka ialah keluargaku  dan menyimpan seluruh rahasia hidupku. Mereka telah mengorbankan semua yg ada pada diri mereka sehingga harta yg tersisa hanyalah apa yg ada pada mereka. Maka, terimalah orang-orang baik di antara mereka dan lupakanlah orang-orang jahat dari mereka.”

Riwayat lain juga mengatakan, “Sesungguhnya orang-orang bertambah banyak, tetapi masyarakat Anshar mau semakin sedikit, sampai-sampai mereka seperti garam di dalam makanan. Barangsiapa di antara kalian memegang suatu perkara yg berbahaya atau bermanfaat bagi seseorang, hendaknya mereka menerima orang-orang yg berbuat baik di antara mereka dan menjauhi orang-orang yg berbuat buruk di antara mereka.”

Mengakhiri khutbahnya, Rasul bersabda, “Sesungguhnya seorang hamba diperintahkan Allah buat memilih antara dunia dgn apa yg ada di sisi Allah. Maka, ia memilih apa yg ada di sisi Allah.”

Seketika, Abu Bakar langsung terkejut dan menangis. Ia paham bahwa yg diperintahkan Rasul ialah dirinya sendiri. Sebab, Abu Bakar ialah orang yg lebih mengetahui hal tersebut dibandingkan orang lain.

Mendengar tangisan itu, Rasul berkata kepadanya, “Jangan menangis, Abu Bakar. Sesungguhnya orang yg paling terpercaya bagiku, baik buat dijadikan sahabat atau pun menitipkan harta ialah Abu Bakar. Seandainya aku diperbolehkan buat mengambil kekasih selain Tuhanku, aku mau mengambil Abu Bakar sebagai kekasihku, Akan tetapi, cukuplah persaudaraan dalam Islam dan cinta kasihnya. Jangan biarkan satu pintu pun di masjid kalian melainkan harus kalian tutup, kecuali pintu (rumah) Abu Bakar).”

Saat sakit yg dideritanya semakin parah. Ajal telah menghampiri beliau, tepatnya pada hari Kamis, empat hari sebelum malaikat maut menjemput, Rasul berkata kepada para sahabat yg menunggui beliau, di antaranya ada Umar bin Khathab, “Kemarilah kalian, aku mau menuliskan suruat buat kalian, di mana setelah surat itu ditulis, kalian tak mau tersesat.”

Sumber: Disarikan dari keterangan dalam Sirah Nabawiyah karya Syaikh Shafiyurrahman Al-Mubarakfuri

Demikianlah ulasan mengenai Membahas tentang Kisah Nabi Muhammad: Mengenang Wafatnya Rasulullah & Kesedihan Abu Bakar . apabila ada pertanyaan dapat dgn menuliskan pada kolom komentar dibawah ini.

terima kasih





Uncategorized

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.