Membahas tentang Obat Pandemi Prakarsa Imam Syafi’i Diuji buat Covid-19

Dunia ilmiah ketika ini diramaikan dgn penemuan obat atau pil buat Covid-19.  Sebenarnya obat yg dimaksud itu bentuknya bukan pil, melainkan kapsul atau tablet. Namun, sebutan “pil” telah akrab di telinga masyarakat buat menggambarkan wujud obat. Obat buat Covid-19 tak hanya berefek antivirus, tetapi ada juga yg berkhasiat buat mengatasi gejala penyakitnya yaitu dikenal dgn obat simtomatik. Kedua efek tersebut, baik efek antivirus maupun efek buat mengurangi gejala infeksi Covid-19 sama pentingnya dalam kondisi pandemi ketika ini.

 

Seiring dgn waktu, pengobatan pandemi Covid-19 terus mengalami kemajuan. Tidak hanya yg berbentuk tablet atau kapsul, peneliti juga mengembangkan obat yg berbentuk sirup. Seperti yg dilakukan oleh sekelompok peneliti dari Iran, mereka mengembangkan obat sirup dari bahan alami yg sedang diteliti efeknya buat meringankan gejala-gejala Covid-19. Apabila penelitian ini memberikan hasil yg baik, tentu mau sangat membantu pasien anak-anak yg kesulitan menelan tablet atau kapsul. Apalagi, ketika ini varian Omicron telah terbukti banyak menyerang anak-anak.

 

Satu hal yg unik dalam penelitian obat sirup buat Covid-19 ada pada sumber bahan alami yg digunakan. Peneliti di Iran menggunakan tanaman bunga violet atau yg dikenal sebagai Viola odorata buat membuat sirup itu. Berdasarkan namanya, warna bunga tanaman itu ialah violet atau ungu. Menariknya, ternyata bunga violet telah disebutkan oleh Imam asy-Syafi’i sebagai bahan alami berkhasiat obat yg sangat bermanfaat buat mengatasi penyakit-penyakit pada masa pandemi.

 

Dalam kitab Ma Rawahu al-Waun fi Akhbar ath-Thaun, Imam as-Suyuthi menuliskan:

 

“Ibnu Hajar berkata, pendapat yg paling terkenal dari asy-Syafi’i ialah pernyataan yg disampaikan oleh Ibnu Abi Hatim dan yg lainnya, yaitu: Menurut Saya, obat yg paling berkhasiat buat wabah ialah al-Banafsaj (bunga Viola odorata), baik dibuat minyak buat dioles maupun dijadikan minuman” (Imam Suyuthi, Ma Rawahu al-Waun fi Akhbar ath-Thaun, [Damaskus: Darul Qalam], tanpa tahun: 170).

 

Perkataan Imam asy-Syafi’i di atas menunjukkan bahwa Beliau memiliki prakarsa dan pendapat dalam bidang kedokteran, khususnya tentang obat pada masa wabah. Imam asy-Syafi’i selama ini dikenal oleh dunia Islam sebagai mujtahid dan imam mazhab. Namun, jarang yg mengetahui bahwa beliau juga ahli dalam bidang kedokteran. Pendapat-pendapatnya dalam dunia pengobatan jarang diketahui oleh umat Islam, bahkan yg bermazhab Syafi’i sekalipun.

 

 

Imam Ibnu Hajar al-Asqalani dalam kitab Manaqib Imam Syafi’i menyebutkan besarnya perhatian Imam asy-Syafi’i terhadap dunia ilmu pengobatan. Seorang dokter di Mesir bahkan pernah berdiskusi (mudzakarah) dgn Imam asy-Syafi’i tentang kedokteran sehingga dokter itu mengira bahwa Imam Syafi’i ialah pakar kedokteran. Ketika umat Islam melalaikan ilmu kedokteran, Imam asy-Syafi’i sangat menyesal sebab ilmu itu mau jatuh ke tangan kaum Yahudi dan Nasrani.

 

“Al-Hasan bin Sufyan berkata: Harmalah menceritakan kepada kami dgn mengatakan: Asy-Syafi’i pernah menyesali sebab kaum Muslim telah kehilangan kedokteran dan berkata: Mereka telah menyia-nyiakan sepertiga ilmu pengetahuan dan mewakilkannya kepada Yahudi dan Nasrani” (Imam Ibnu Hajar al-Asqalani, Manaqib Imam Syafi’i, terjemah dari Ma’ali at-Ta’sis fi Manaqib Ibnu Idris, terbitan Al-Amiriyah 1301 Hijriah, CV Cendekia Sentra Muslim, tahun 2001, Jakarta: 96-97).

 

Berdasarkan keahlian kedokterannya tersebut, Imam asy-Syafi’i merekomendasikan al-Banafsaj atau bunga violet buat pengobatan wabah. Padahal, pada masa Imam asy-Syafi’i hidup, para ahli sejarah Islam menyatakan bahwa tak ada pandemi apapun yg terjadi. Namun, bukan hal yg tak mungkin Imam asy-Syafi’i yg terkenal sangat hati-hati itu merumuskan pendapatnya tentang bunga violet sebagai obat wabah berdasarkan pengalaman para ahli kedokteran di masa sebelumnya yg mengalami pandemi.

 

Pada masa pandemi Covid-19 ini, sekelompok peneliti kedokteran dan farmasi dari Universitas Teheran bekerja sama dgn Rumah Sakit Az-Zahra di Asfahan mengubilan sirup dari bunga violet buat pasien Covid-19. Hasil penelitian ini masih belum dipublikasikan, tetapi rancangan percobaan yg dilakukan sangat menarik buat diikuti. Para peneliti menguji 2 kelompok pasien yg terdiagnosis Covid-19 di Rumah Sakit Az-Zahra. Satu kelompok diberi sirup yg berisi ekstrak air bunga violet, daun, dan gula. Kelompok yg lain diberi sirup placebo, yaitu sirup yg dibuat mirip dgn obat tetapi tak mengandung obat, hanya mengandung air, gula, dan pewarna makanan tanpa ekstrak bunga violet.

 

Penelitian itu mau menilai perkembangan gejala Covid-19 pada kedua kelompok, baik yg diberi sirup bunga violet maupun yg tidak. Efek yg diamati sebagi hasil penelitian tersebut ialah tingkat keparahan sesak napas dan pengukuran saturasi oksigen pada darah. Sebagaimana yg telah diketahui, gejala Covid-19 yg parah sering terjadi pada saluran napas berupa sesak dan turunnya saturasi oksigen darah.

 

Penelitian yg dilakukan oleh para ahli dari Iran itu bekerjasama dgn industri farmasi yg mau memproduksi sirup bunga violet. Penelitian ini termasuk uji klinik fase 3, yaitu uji obat pada pasien yg sedang sakit dan calon obatnya belum dipasarkan. Peserta uji klinik dalam penelitian ini merupakan 100 orang pasien rawat jalan yg terdiagnosis Covid-19 di rumah sakit, tetapi tak dirawat di rumah sakit. Pasien tersebut telah dicek di rumah sakit dgn tes PCR dan hasilnya positif Covid-19.

 

Iran merupakan salah satu negara di Asia yg terdampak parah oleh Covid-19 pada masa pandemi ini. Iran dulu dikenal dgn Persia, tempat para cendekiawan muslim pada zaman keemasan menghasilkan karya-karya besar. Negara ini mengadopsi sistem pengobatan Unani, yaitu sistem pengobatan tradisional khas Persia yg memiliki unsur islami, terutama dari pengaruh keilmuan Ibnu Sina, Bapak Ilmu Kedokteran yg terkenal itu. Meskipun mengadopsi sistem pengobatan tradisional, Iran juga mengakui dan menerapkan sistem kedokteran modern.

 

Terlepas dari kemungkinan hasil penelitian itu yg belum diumumkan, dasar-dasar upaya pengobatan pada masa pandemi ternyata telah dicetuskan oleh para ulama Islam. Imam asy-Syafi’i dan Ibnu Sina merupakan kebanggaan umat Islam dalam dunia ilmu pengetahuan. Meskipun bunga violet disebutkan oleh Ibnu Sina dalam Al-Qanun fit Thibb dan digunakan di Eropa sebagai obat buat gejala infeksi pernapasan, belum ada ilmuwan kedokteran atau farmasi yg menyebutkan khasiatnya buat pandemi. Imam Syafi’ilah yg pertama memprakarsai bunga violet buat mengatasi gejala pandemi.

 

Tidak hanya di Iran, bunga violet ini juga dapat tumbuh di negara-negara muslim di Eropa, Afrika, bahkan Indonesia. Di Indonesia, bunga violet tercatat menjadi salah satu tanaman koleksi Kebun Raya Cibodas.  Kemuliaan Imam asy-Syafi’i dgn pengetahuan kedokteran ini berpotensi buat meningkatkan kesehatan umat manusia di dunia. Sebagai negara dgn pengikut mazhab Syafi’i terbesar di dunia, telah selayaknya kita sebagai bagian dari kaum muslimin di Indonesia mengenal keistimewaan Beliau supaya dapat meneladaninya.

 

Yuhansyah Nurfauzi, apoteker dan peneliti di bidang Farmasi


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.