Membahas tentang Khutbah Jumat Bulan Rajab: Allah Ada Tanpa Tempat

Isra’ dan Mi’raj bukanlah dalil bahwa Allah ada di atas. Materi khutbah Jumat ini mengajak kaum Muslimin waspada dgn pemahaman menyimpang yg menyerupakan Allah dgn makhluk, salah satunya Allah ada pada arah atau tempat tertentu, seperti di atas langit, di atas arsy, dan semacamnya.

 

Teks khutbah Jumat berikut ini berjudul “Khutbah Jumat Bulan Rajab: Allah Ada Tanpa Tempat“. Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan dekstop). Semoga bermanfaat! (Redaksi)


Khutbah I

 

الحَمْدُ لِلّٰهِ مُكَوِّنِ الْأَكْوَانِ، الْمَوْجُوْدِ أَزَلًا وَّأَبَدًا بِلَا مَكَانٍ، الْمُنَزَّهِ عَنِ الشَّكْلِ وَالْأَعْضَاءِ وَالْأَرْكَانِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِصِدْقٍ وَإِحْسَانٍ، أَشْهَدُ أنْ لَا إلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمُنَزَّهُ عَنِ الْأَيْنِ وَالزَّمَانِ، وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا رَّسُوْلُ اللهِ الَّذِي كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ 

أَمَّا بَعْدُ، عِبَادَ الرَّحْمٰنِ، فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ المَنَّانِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ: فَاطِرُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ جَعَلَ لَكُمْ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ اَزْوَاجًا وَّمِنَ الْاَنْعَامِ اَزْوَاجًاۚ يَذْرَؤُكُمْ فِيْهِۗ لَيْسَ كَمِثْلِهٖ شَيْءٌۚ وَهُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ (الشورى: ١١)

 

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Mengawali khutbah pada siang hari yg penuh keberkahan ini, khatib berwasiat kepada kita semua terutama kepada diri khatib pribadi buat senantiasa berusaha meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah subhanahu wata’ala dgn melakukan semua kewajiban dan meninggalkan seluruh yg diharamkan.

 

Hadirin jama’ah shalat Jum’at rahimakumullah,

Khutbah pada siang hari ini mengambil tema “Allah Ada Tanpa Tempat”.

 

Hadirin rahimakumullah,

Seperti yg kita tahu bahwa Allah ada tanpa membutuhkan kepada tempat dan arah. Ia ada, tetapi keberadaannya tak di atas ‘arsy, tak di langit, tak di atas, di bawah, di kanan, di kiri, di depan ataupun di belakang. Ia ada tapi keberadaannya tak dapat dibaygkan sama sekali. Ia tak dapat dan tak boleh disamakan dgn apa pun dan siapa pun serta makhluk mana pun. Karena memang Ia bukan makhluk. Ia ialah Khaliq. Hakikat-Nya tak dapat dijangkau oleh pengetahuan makhluk. Tidak ada yg mengetahui hakikat-Nya kecuali hanya Dia. Keyakinan seperti ini telah disepakati oleh para ulama Ahlussunnah wal Jama’ah, salaf maupun khalaf.

 

Salah satu yg dipropagandakan sebagian kelompok berpaham menyimpang tiap menjelang datangnya bulan Rajab hingga bulan yg mulia ini berakhir ialah tentang keberadaan Allah yg digambarkan sebagai dzat yg membutuhkan tempat. Mereka mengaku-ngaku sebagai pengikut ulama salaf padahal ulama salaf terbebas dari keyakinan mereka yg menyimpang. Kaum ini mengajarkan keyakinan bahwa Allah di atas ‘arsy. Terkadang mereka mengatakan Allah di langit. Dan terkadang mereka mengatakan Allah di atas. Mereka juga mempropagandakan bahwa peristiwa Isra’ dan Mi’raj menunjukkan bahwa Allah di atas. Mereka mengatakan, Nabi Muhammad diperintahkan naik ke atas buat sowan menghadap kepada Allah yg berada di atas Sidratul Muntaha. Wal ‘iyadzu billah ta’ala.

 

Sangat penting buat disampaikan ke khalayak bahwa Allah tak membutuhkan kepada apa pun, termasuk kepada tempat dan arah. Hal ini harus terus disampaikan secara masif kepada umat. Jika kita menganggap umat telah tahu mau hal ini, lalu kita berhenti mensyiarkan keyakinan bahwa Allah ada tanpa tempat, sedangkan mereka terus-menerus tanpa henti menyampaikan bahwa Allah membutuhkan tempat, khatib khawatir ketidakbenaran yg disampaikan terus-menerus mau dianggap benar oleh publik. Ini yg sangat berbahaya. Berikutnya, ini dapat menjadi pintu masuk buat mempropagandakan ajaran-ajaran mereka lebih lanjut, seperti pengafiran pelaku tawasul, tabarruk, pembagian tauhid menjadi tiga, dan lain-lain.

 

Isra’ dan Mi’raj bukanlah dalil bahwa Allah di atas. Tidak ada satu pun ulama Ahlussunnah yg berpendapat demikian. Maksud dan tujuan dari Isra’ dan Mi’raj ialah memuliakan Nabi dan memperlihatkan kepada beliau sebagian dari tanda-tanda kemahakuasaan Allah di alam atas serta buat menerima perintah shalat di suatu tempat yg mulia di atas sana yg tak pernah dilakukan dosa dan maksiat di dalamnya.

 

Hadirin rahimakumullah,

Wajib kita yakini bahwa Allah ada tanpa membutuhkan kepada tempat dan arah. Dalil atas keyakinan ini dari Al-Qur’an ialah surat asy-Syura ayat 11 dan ayat-ayat muhkamat lainnya yg berkaitan dgn hal itu. Allah ta’ala menegaskan:

 

لَيْسَ كَمِثْلِهٖ شَيْءٌۚ (الشورى: ١١)

 

Maknanya: “Dia (Allah) tak menyerupai segala sesuatu pun dari makhluk-Nya” (QS asy-Syura: 11).

 

Lafazh ka dan mitsl secara makna sama, yakni seperti. Keduanya digabung dalam satu rangkaian buat menguatkan makna bahwa Allah sungguh-sungguh tak seperti segala sesuatu. Secara harfiah, ayat itu bermakna “Tidak ada yg seperti seperti Allah”. Jika yg seperti seperti Allah saja tak ada, apalagi yg seperti Allah. Jadi ayat ini menegaskan bahwa Allah sama sekali tak serupa dgn apa pun dari semua segi. Oleh sebab itu, seandainya Allah bertempat, maka ia serupa dgn makhluk-Nya yg bertempat.

 

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Sedangkan dalil dari hadits di antaranya ialah sabda baginda Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam yg diriwayatkan oleh Imam Muslim:

 

وَأَنْتَ الظَّاهِرُ فَلَيْسَ فَوْقَكَ شَيْءٌ وَأَنْتَ الْبَاطِنُ فَلَيْسَ دُوْنَكَ شَيْءٌ (رواه مسلم)

 

Maknanya: “Ya Allah Engkaulah azh-Zhahir (segala sesuatu menunjukkan mau ada-Nya)  tak ada sesuatu di atas-Mu, dan Engkaulah al-Bathin (Yang tak dapat dibaygkan) tak ada sesuatu di bawah-Mu” (HR Muslim)

 

Al Hafizh al Baihaqi (w. 458 H) mengomentari hadits ini dalam kitab al Asma’ wa ash Shifat dgn mengatakan: “Jika tak ada sesuatu di atas-Nya dan tak ada sesuatu di bawah-Nya, maka Dia ada tanpa tempat.”

 

Hadirin jamaah shalat Jum’at rahimakumullah,

Ijma’ ulama Ahlussunnah wal Jama’ah juga menjadi rujukan dalam hal ini. Di antara yg mengutip ijma’ bahwa Allah ada tanpa tempat ialah Imam Abu Manshur al Baghdadi (w. 429 H) dalam kitab al Farq baina al Firaq. Beliau mengatakan:

 

وَأَجْمَعُوْا عَلَى أَنَّهُ لَا يَحْوِيْهِ مَكَانٌ وَلَا يَجْرِي عَلَيْهِ زَمَانٌ

 

“Golongan Ahlussunnah wal Jama’ah sepakat menyatakan bahwa sesungguhnya Allah tak diliputi tempat dan tak dilalui zaman.”

 

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Jika kita memahami sifat 20 yg wajib ‘aqli bagi Allah, maka kita mau dgn mudah menyimpulkan bahwa Allah ada tanpa tempat dan tanpa arah. Salah satu sifat 20 bagi Allah ialah Mukhalafatuhu lil Hawadits: Allah berbeda dgn seluruh makhluk. Jika seluruh makhluk-Nya menempati suatu tempat, berarti Allah yg tak serupa dgn makhluk pasti-lah tak menempati suatu tempat. Dia ada tanpa tempat. Begitu juga sifat Qiyamuhu bi Nafsihi: Allah tak membutuhkan kepada selain-Nya. Seandainya Allah menempati ‘arsy, langit atau arah atas, maka artinya Dia membutuhkan kepada makhluk-Nya yg bernama ‘arsy, langit dan arah atas. Tentu ini mustahil.

 

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Begitu pentingnya keyakinan bahwa Allah ada tanpa tempat, sampai-sampai hal ini juga tak luput dari perhatian para ulama Nusantara. Tidak kurang dari Syekh Nawawi al Bantani, Kiai Shaleh Darat, Mufti Betawi Sayyid Utsman, Rais Akbar NU Kiai Muhammad Hasyim Asy’ari, Pendiri Pesantren Zainul Hasan Kiai Muhammad Hasan al-Genggongi, Kiai Raden Asnawi Kudus, Kiai Sirajuddin Abbas, Syekh Ihsan Jampes, Kiai Abul Fadhol Senori Tuban, dan masih banyak lagi yg lain, mereka menegaskan secara eksplisit aqidah “Allah ada tanpa tempat” dalam karya-karya mereka.  

 

Agar khutbah ini tak terlalu panjang, dalam kesempatan yg penuh kemuliaan ini, khatib hanya mengutip apa yg didawuhkan oleh pendiri NU, Rais Akbar NU dan Pendiri Pondok Pesantren Tebuireng KH Muhammad Hasyim Asy’ari yg menyatakan dalam mukadimah kitab at-Tanbihat al-Wajibat liman Yashna’ al-Maulid bi al-Munkarat:

 

وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ الْمُنَـزَّهُ عَنِ الْجِسْمِيَّةِ وَالْجِهَةِ وَالزَّمَانِ وَالْمَكَانِ

 

“Dan aku bersaksi bahwa tak ada Tuhan yg wajib disembah melainkan Allah semata, tak ada sekutu bagi-Nya, Dia maha suci dari berbentuk (berjisim), arah, zaman dan tempat.”

 

Dari paparan khutbah di atas, menjadi jelas bagi kita bahwa keyakinan “Allah ada tanpa tempat” ialah aqidah yg benar dan berlandaskan Al-Qur’an, hadits Baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, kesepakatan umat di berbagai belahan dunia serta didukung dan disebarluaskan oleh para ulama di bumi Indonesia.

 

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Demikian khutbah singkat pada siang hari yg penuh keberkahan ini. Semoga bermanfaat dan membawa barakah bagi kita semua. Amin.

 

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

 

Khutbah II

 

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ 

عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

 

Ustadz Nur Rohmad, Anggota Tim Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur dan Aswaja NU Center PCNU Kab. Mojokerto


Baca juga khutbah bulan Rajab lainnya di “Kumpulan Khutbah Jumat Bulan Rajab


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.