Ayat Al-Quran Ini Abadikan Tawassul Yahudi dgn Nabi Muhammad SAW

Tawassul merupakan salah satu bentuk doa buat hajat tertentu. Karena salah satu bentuk doa, ia dapat dimaqbul dan ditolak. Dengan tawassul, seseorang tak mengganti siapa yg dimohon (Allah). Yang dituju dalam berdoa tetap Allah dalam tawassul. Hanya saja ketika berdoa, seseorang menyertakan orang-orang mulia di sisi Allah dgn maksud memudahkan penerimaan-Nya.

Tawassul seperti ini juga dilakukan masyarakat Yahudi Khaibar dalam menghadapi musuh-musuhnya sebelum Rasulullah SAW lahir. Dengan mengambil Nabi Muhammad SAW sebagai wasilah, Yahudi Khaibar dapat memukul mundur suku-suku yg menjadi lawannya. Sebagaimana diketahui, Nabi Muhammad SAW ialah sosok yg tak asing bagi masyarakat Yahudi. Pasalnya gambaran dan ciri-ciri Rasulullah SAW tampak jelas dalam kitab-kitab suci mereka.

Tawassul ini digunakan Yahudi Khaibar sebagai keterangan Sahabat Ibnu Abbas RA berikut ini:

قال ابن عباس رضي الله عنهما: كانت يهود خيبر تقاتل غطفان، فلما التقوا هزمت يهود فدعت يهود بهذا الدعاء، وقالوا إِنَّا نَسْئَلُكَ بِحَقِّ النَّبِيِّ الأُمِّيِّ الَّذِيْ وَعَدْتَنَا أَنْ تُخْرِجَهُ لَنَا فِي آخِرِ الزَّمَانِ؛ إِلّا أَنْ تَنْصُرَنَا عَلَيْهِمْ. قال: فكانوا إذا التقوا دعوا بهذا الدعاء  فهزموا غطفان، فلما بعث النبي صلى الله عليه وسلم كفروا، فأنزل الله تعالى: “وَكَانُوا مِنْ قَبْلُ يَسْتَفْتِحُونَ عَلَى الَّذِينَ كَفَرُوا” أي بِكَ يَا مُحَمَّدُ، إلى قوله فَلَعْنَةُ اللَّهِ عَلَى الْكَافِرِينَ

Artinya, “Ibnu Abbas bercerita bahwa dahulu Yahudi Bani Khaibar kerap bentrok fisik dgn Bani Ghathfan. Kalau perang berkecamuk, satuan pasukan Yahudi Khaibar itu mesti cerai-berai. Yahudi Khaibar lalu berdoa seperti ini, ‘Innâ nas’aluka bi haqqin nabiyyil ummiyyil ladzî wa ‘adtanâ an tukhrijahû lanâ fî âkhiriz zamân illâ an tanshuranâ’ (Ya Allah, kami memohon kepada-Mu melalui kebenaran nabi ummi yg Kaujanbilan kepada kami diutus di akhir zaman, kecuali Kaubantu kami mengalahkan mereka). Setiap kali berperang, Yahudi Khaibar selalu berdoa seperti ini dan mereka berhasil memorakporandakan satuan pasukan Ghathfan. Lalu Allah menurunkan ayat, ‘Mereka itu sebelumnya memohon kemenangan atas orang-orang kafir,’ maksudnya ‘lewat tawassul dgnmu hai Muhammad,’ hingga akhir ayat, ‘maka laknatullah jatuh mengenai orang-orang kafir,’” (Lihat Sayyid Muhammad bin Alwi bin Abbas Al-Maliki Al-Hasani, Mafahim Yajibu an Tushahhah, Surabaya, Haiatus Shafwah Al-Malikiyyah, tanpa catatan tahun, halaman 137).

Riwayat ini merupakan sababun nuzul atas Surat Al-Baqarah ayat 89. Untuk lebih jelas, ada baiknya dikutip secara utuh Surat Al-Baqarah ayat 89 berikut ini:

وَلَمَّا جَاءَهُمْ كِتَابٌ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ مُصَدِّقٌ لِمَا مَعَهُمْ وَكَانُوا مِنْ قَبْلُ يَسْتَفْتِحُونَ عَلَى الَّذِينَ كَفَرُوا فَلَمَّا جَاءَهُمْ مَا عَرَفُوا كَفَرُوا بِهِ فَلَعْنَةُ اللَّهِ عَلَى الْكَافِرِينَ

Artinya, “Ketika sebuah kitab dari sisi Allah membenarkan apa yg ada di tangan mereka itu datang kepada mereka–padahal mereka itu sebelumnya memohon kemenangan atas orang-orang kafir–, tetapi ketika sesuatu yg telah mereka kenal dgn baik itu datang ke tengah mereka, mereka mengingkarinya, maka laknatullah jatuh mengenai orang-orang kafir,” (Surat Al-Baqarah ayat 89).

Bagaimana dgn validitas riwayat Sahabat Ibnu Abbas ini? Dalam catatan kaki, Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliki Al-Hasani menyebutkan bahwa riwayat ini dapat ditemukan pada Tafsir Al-Qurhubi, Al-Jami‘ li Ahkamil Quran, juz II, halaman 26-27. Keterangan Ibnu Abbas RA sangat masyhur di kitab-kitab tafsir yg muktamad.

Pandangan Ibnu Abbas RA ini selanjutnya dikutip ulama tafsir dari kalangan ahli hadits yg otoritatif, yaitu Ibnu Abi Hatim, At-Thabari, Al-Baghawi, Al-Alusi, As-Syaukani. Pandangan ini juga dikutip oleh Ibnu Katsir dalam Kitab Al-Bidayah. Riwayat ini diterima di bab tafsir dan asababun nuzul khususnya. Riwayat ini juga dimasukkan oleh Imam Al-Baihaqi dalam Kitab Dalail, di mana ia tak meriwayatkan hadits palsu di dalamnya seperti diutarakan di pendahuluan.

Hanya saja setelah Rasulullah SAW diutus dan hadir di tengah mereka, mereka mengingkarinya sehingga mereka juga terbilang kufur sebagaimana Bani Ghathfan masa itu. Sekarang ini praktik tawassul melalui Nabi Muhammad SAW masih diamalkan oleh sebagian besar umat Islam. Wallahu a‘lam. (Alhafiz K)





Uncategorized

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.