Babak Pertama; Mencari Pemimpin Pengganti Nabi

Akhir-akhir ini sering kali muncul berbagai masalah ke-Islaman yg sangat menyita perhatian masyarakat. Mulai dari Nabi palsu, permasalahan Ahmadiyah, hingga tentang faham Syi’ah. Hal ini sangat menyibukkan berbagai lembaga keagamaan. Baik lembaga yg berada di bawah naungan negara seperti MUI, Kementerian Agama, DPR komisi VIII atau lembaga Islam yg mandiri seperti NU, Muhammadiyah dan organisasi-organisasi Islam yg lain.

Tidak sedikit yg menganalisa bahwa kejadian-kejadian itu merupakan bagian dari permainan politik kekuasaan. Ada juga yg mati-matian menyebutkan bahwa fenomena ini murni bersifat ideologis. Dan ada pula yg melihat dari kaca mata ekonomi. Oleh sebab itu, sebelum kita ikut-ikutan berkomentar, alangkah baiknya bila kita tahu duduk persoalannya.<> Kapan, bagaimana dan dimana mereka mulai ada? Konteks sosial seperti apa yg mendorong lahirnya berbagai aliran tersebut? Barulah setelah itu kita dapat memposisikan mereka dalam ruang ke-Islaman Nusantara ini.

Dengan demikian tulisan ini tentunya mau kembali ke masa lalu. Menelisik sejarah awal semenjak kelahiran Islam di Makkah, kemudian perpindahan dari Rasulullah ke khulafaurrasyidin, hingga transformasi kekuasaan ke beberapa khalifah. Dan yg tak dapat diabaikan ialah berbagai kondisi sosial-politik yg melingkupi perjalanan Islam hingga muncul berbagai perbedaan pemahaman akidah.

Masyarakat Arab dan Lahirnya Islam

Tulisan ini diawali dgn sebuah fragmen kecil yg bercerita tentang kisah Afif al-Kindi. Afif al-Kindi ialah seorang pedagang yg sering datang dan pergi dari dan ke Makkah. Maklumlah Makkah ialah sebuah bandar perdagangan besar pada zamannya (hingga sekarang). Makkah ialah kota strategis buat berdagang. Karena semenjak zaman Nabi Ibrahim Makkah selalu dikunjungi oleh berbagai suku dari macam-macam bangsa. Selain mempunyai tujuan utama beribadah menziarahi Ka’bah Baitullah, orang-orang itu juga datang dgn membawa berbagai barang dagangan buat saling ditukarkan.

Suatu hari pada musim haji Afif al-Kindi datang ke Makkah dgn membawa barang dagangan. Ditengah kesibukan dagang ia berjumpa dgn al-Abbas paman Rasulullah saw. dgn asyiknya mereka berdua saling bercengkrama. Membahas berbagai hal dan informasi. Sebagai pedagang luar, Afif al-Kindi banyak mengorek informasi dari al-Abbas, mulai dari masalah perdagangan, wisatawan, hingga isu-isu terbaru di kota Makkah? Tiba-tiba saja di saat mereka tengah berbincang, mata Afif al-Kindi menatap seorang laki-laki yg sedang shalat menghadap ka’bah lalu disusul seorang perempuan dan seorang pemuda yg turut shalat bersamanya. Sebagai orang asing, Afif al-Kindi melihat hal itu merupakan suatu keanehan. Maka iapun bertanya kepada al-Abbas “agama apakah itu?”. Al-Abbas Menjawab “Itu ialah Muhammad Ibnu Abdullah putra saudara laki-lakiku. Dia menganggap dirinya utusan Allah (rasulullah) yg berobsesi menggulingkan Persia dan Romawi. Sedangkan perempuan itu ialah Khodijah, istri Muhammad, ia percaya dgn apa yg disampaikan suaminya. Dan pemuda itu ialah Ali bin Abi Thalib, ia juga percaya pada apa yg disampaikan Muhammad”. Al-Abbas masih melanjutkan perkataannya “Tak-ku lihat seorangpun (selain tiga orang ini) di muka bumi yg memeluk agama ini”. Kemudian Afif al-Kindi berkata: “Semoga aku menjadi orang yg ke empat”.

Sedari awalnya, Nabi Muhammad saw memang menggandengkan cita-cita perjuangan Islam dgn penggulingan dua kekuasaan dominan, yakni obsesi buat menaklukkan imperium Persia dan Romawi (Bizantium) sebagai adikuasa dunia saat itu. Nabi Muhammad saw. melihat penaklukan itu sebagai jalan kesuksesan dakwah Islam di dunia selanjutnya. Kekuasaan bukan tujuan utama, melainkan sebagai wasilah memuluskan jalan penyebaran Islam. Di sisi lain, pemilihan isu penaklukan bangsa Romawi dan Persia yg diangkat oleh Nabi Muahmmad saw. berfungsi buat menarik perhatian dan menyatukan ambisi politik masyarakat Arab. Wacaana politik ini ternnyata turut menentukan genealogi kemunculan beberapa kelompok (firqah) dalam Islam.

Secara sosiologis, karakter dan lingkungan Arab yg dikelilingi padang pasir juga mempengaruhi watak bangsa Arab. Watak alami pasir itu selain susah disatukan juga bersifat tak stabil atau labil. Ini sesuai dgn kaedah linguistik bahwa kata (عرب ( berarti bergerak, berubah atau labil. Sehingga al-wasith mengungkapkan kata kerobak dgn (عربة.) Watak ini secara tak langsung menjadikan bangsa Arab sulit –kalau tak mustahil- bersatu. Watak itu juga membuat mereka menjadi bangsa yg memiliki fanatisme tinggi sekaligus fatalisme yg mengakar. Tidak mengherankan bila mereka saling bermusuhan antar suku (kabilah) meskipun hanya mengenai urusan sepele. Misalnya hanya sebab persoalan salah menghormati tamu berkobarlah perang fijar. Dalam Sirah Nabawiyah Juz I, Ibn Hisyam menerangkan bahwa perang Fijar terjadi ketika Nabi saw berusia 14 tahun atau 15 tahun, perseteruan tersebut antara bani Quraisy yg didukung Kinanah dgn Bani Qais ‘Ailan.

Di tengah-tengah bangsa seperti itulah Allah swt. mengutus Rasulullah saw, buat membawa misi Islam (risalah Islamiyyah) yg lebih menekankan rehabilitasi moral (akhlaq), persaudaraan (ukhuwah) dan persatuan. Selama kurang lebih 23 tahun beliau mampu meredam fanatisme kesukuan yg telah tertanam dalam diri mereka menjadi fanatisme Islam. Mereka semula bangga dgn gelar kesukuan seperti al-Taymi, al-Adiy, al-Najjariy dan sebagainya, berubah menjadi gelar yg bertalian dgn Islam seperti al-Siddiq, al-Faruq, al-Murtadha dan sebagainya.

Namun, prestasi cemerlang itu tak dapat dipertahankan terus. Persaudaraan yg tercipta pada masa Nabi Muhammad saw, sebagai manifestasi “semangat keislaman” (ghirah Islamiyyah) mengalami kemunduran. Sejarah mencatat bahwa setelah Rasulullah SAW wafat bahkan sebelum jenazah beliau dimakamkan, telah terjadi perdebatan sengit mengenai pengganti (khalifah) nabi sebagai pemimpin Islam. Menurut banyak sumber sejarah, diantaranya Tarikh Ibn Ishak, ta’liq Muhammad Hamidi menerangkan bahwa Rasulullah saw. wafat pada hari Senin tanggal 12 Rabi’ al-Awwal tahun 11 H. dalam usia enam puluh tiga tahun. Namun jenazah beliau barulah dikebumikan pada hari Rabunya Sehingga dalam waktu tiga hari para sahabat justru sibuk mengurusi soal khalifah. Begitu juga keterangan Ibn al-Atsir dalam al-Kâmil fi aI-Târikh, Juz II,

Perdebatan berlangsung di Saqifah Bani Sa’ad yg melibatkan golongan Anshar (Aus dan Khazraj) dan golongan Muahajirin. Di sana terdengar suara minor, “dari pihak kami ada seorang pemimpin, dari kamu juga ada seorang pemimpin”. Perdebatan di Saqifah bani Sa’ad tersebut berakhir dgn terpilihnya Abu Bakar al-Shiddiq sebagai khalifah pertama.

Reaksi atas terpilihnya Abu Bakar sebagai khalifah segera berdatangan. Ada sebagian orang yg menyatakan kesetiaan dgn melantik (membai’at) secara spontan. Tetapi ada juga orang yg tak bersedia membai’at bahkan tak sedikit yg menyatakan keluar dari Islam (murtad). Berikut ini suatu gambaran riddah-nya (kemurtadan) bangsa Arab waktu itu:

“ketika Rasulullah SAW, wafat dan Abu Bakar mengirim pasukan yg dipimpin Usamah, maka bangsa Arab murtad. Suasana menjadi panas. Semua suku murtad kecuali suku Quraisy dan Tsaqif. Semakin kuat posisi Musailamah dan Thulhah. Mayoritas suku Thayyi’ dan Asad berkumpul di rumah Thulaihah. Suku Ghathfan murtad mengikuti “Uyainah ibn Hashn. Ia berkata: seorang nabi dari kubu Asad dan Ghathfan lebih aku sukai dari pada seorang nabi dari suku Quraisy….

Fakta sejarah di atas kalau dianalisis secara cermat memberikan indikasi bahwa munculnya fanatisme kesukuan bangsa Arab pasca Nabi sulit dibendung lagi. Sikap bangsa Arab yg susah buat bersatu kambuh lagi. Kondisi seperti itu masih ditambah lagi dgn keengganan Ali ibn Abi Thalib buat membai’at Abu Bakar sebagai khalifah. Baru setelah istrinya, Fatimah Zahra binti Muhammad saw, wafat Ali menyatakan bai’at.

Pada saat itu, meskipun umat Islam masih satu dalam masalah aqidah dan syari’ah, namun mereka telah mulai terkoyak-koyak dalam kehidupan politik (siyasah). Inilah yg nantinya menjadi awal lahirnya berbagai firqah dalam Islam.

(Ulil Hadrawi, disadur dan disarikan dari berbagai sumber)





Uncategorized

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.