Cara Ali bin Abi Thalib Memecahkan Persoalan Waris yg Rumit

Rasulullah menjuluki Ali bin Abi Thalib sebagai pintu atau kuncinya ilmu. Sementara Rasulullah ialah gudangnya ilmu. Dengan kata lain, julukan tersebut ialah jaminan Rasulullah mau kecerdasan yg dimiliki sang keponakan, Ali bin Abi Thalib. 

Jika para sahabat menemukan sebuah persoalan dan tak mengetahui jawabannya, maka mereka mau membawa persoalan tersebut kepada Ali bin Abi Thalib. Iya, Ali bin Abi Thalib tak hanya pandai dalam urusan keagamaan, tapi juga cemerlang dalam bidang lainnya semisal matematika. 

Dikisahkan ada tiga orang saudara, kita sebut saja si A, si B, dan si C. Ketiganya tengah menghadapi persoalan waris yg rumit. Mereka memiliki 17 ekor unta. Sesuai dgn hasil pembagian, si A mendapatkan bagian setengah (1/2) dari jumlah unta, si B memperoleh bagian sepertiga (1/3), sedangkan si C sepersembilan (1/9). 

Jika dihitung dgn menggunakan cara konvensional, maka si A mau mendapatkan  delapan setengah ekor unta (8 1/2 ekor), si B mendapatkan lima dua pertiga (5 2/3), dan si C satu delapan persembilan (1 8/9). 

Mereka tak mau model pembagian seperti itu. Ketiganya bersikukuh bahwa 17 unta tersebut harus dibagikan sesuai bagian masing-masing, namun harus tetap ‘utuh’ dan ‘bulat.’ Tidak boleh disembelih, apalagi diuangkan. 

Akhirnya persoalan tersebut dibawa kepada Ali bin Abi Thalib buat dimintakan solusi. Sebagaimana dalam buku Menggali Nalar Saintifik Peradaban Islam, Ali bin Abi Thalib tak butuh waktu lama buat memecahkan persoalan itu. Ali meminjamkan satu ekor untanya kepada ketiga orang tersebut. Dengan demikian, unta menjadi 18 ekor. 

Kemudian Ali membagikan 18 ekor unta kepada ketiga orang tersebut. Bagian Si A setengah (1/2) dari jumlah unta, maka ia mendapatkan 9 ekor. Bagian si B sepertiga (1/3), maka ia memperoleh 6 ekor unta. Sementara si C sepersembilan (1/9) maka ia dapat 2 ekor unta. 

Mereka menerima untanya secara ‘utuh’ dan ‘bulat’, tanpa harus dipotong atau disembelih, sesuai dgn kemauan mereka. Setelah semuanya mendapatkan bagiannya; si A (9 ekor), si B (6 ekor), dan si C (2 ekor), Ali bin Abi Thalib mengambil kembali untanya yg dipinjamkan. Iya, 9, 6, dan 2 ekor bila dijumlah ialah 17 ekor unta. 

Ali meminjamkan untanya buat menggenapkan jumlah unta menjadi 18 ekor sehingga angka tersebut dapat dibagi oleh masing-masing bagian ketiga orang tersebut; setengah (1/2), sepertiga (1/3), dan sepersembilan (1/9). Akan tetapi hasil dari pembagian unta tersebut –masing-masing 9, 6, dan 2 ekor-  bila dijumlahkan ialah 17 ekor, bukan 18 ekor. Dengan cara taktis dan kreatif, Ali bin Abi Thalib mampu menyelesaikan persoalan warisan yg rumit.

Saat ini, cara Ali bin Abi Thalib dalam menyelesaikan persoalan waris tersebut disebut dgn Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK). Yakni bilangan kelipatan terkecil dari persekutuan dua, tiga, empat, atau lebih bilangan. Dalam kasus tersebut, Ali mencari angka kelipatan keliatan terkecil dari setengah (1/2), sepertiga (1/3), dan sepersembilan (1/9), maka ketemu lah angka 18. (A Muchlishon Rochmat)





Uncategorized

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.