Demikian kecil dan sepelanya hasud itu, namun ia dapat menyebabkan keburukan yg luar biasa. Bagaimana tak, sebab hasud dapat merusak berbagai pahala amal kebaikan. Pahala mengaji, shalat, puasa, sedekah, haji, juga pahala umrah semuanya kebakar ludes oleh dosa hasud. Sebagaimana api melahap kayu bakar.
<>Â
الØÂمد لله, الØÂمد لله الذى أعد للمؤمنينوالمؤمنات جنات تجرى منتØÂتها الانهار Ø£ØÂمده سبØÂانالله تعالى وأشكره على نعمه الغزار, وأشهد أنلااله الا الله ÙˆØÂده لاشريك له الملك العزيز الغÙÂار, وأشهد أنسيدنا ونبينا Ù…ØÂمدا عبده ورسوله المختار, اللهم صل وسلم وبارك على عبدك ورسولك Ù…ØÂمد نور الانوار وسر الاسرار وعلى اله الأبرار واصØÂابه الاخيار ومنتبعهم باØÂسانالى يوم القرار. اما بعد.
ÙÂيامعاشر المسلمينرØÂمكم الله أوصيكم ونÙÂسى بتقوى الله وقد ÙÂاز المتقونواØÂثكم على طاعته لعلكم تÙÂÙ„ØÂÙˆÙâ€
 Maasyiral Muslimin Rahimakumullah
Marilah kita bersam-sama meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah swt. Salah satu caranya dgn mengurangi berbagai macam sifat tercela yg telah mengendap dalam hati dan telah terbiasa mendiami hati manusia, terutama sifat hasud. Sebagaimana diterangkan oleh Rasulullah saw bahwa hasud dapat merusak semua amal baik manusia, sebagaimna api melahap kayu bakar.
Hadirin Jama’ah Jum’ah yg Dirahmati Allah
Hasud merupakan salah satu penykait hati yg paling susah dihindari oleh manusia. Hasud dalam bahasa Indonesia sering diterjemahkan dgn istilah dengki atau iri hati. Akan tetapi dalam kenyataan hidup ini, hasud taklah sesingkat keterangan linguistis tersebut. Karena, dapat jadi hasud memiliki kekayaan dalam bentuk praktis tak terhingga. Dan hasud juga memiliki dampak yg luar biasa, secara fisik maupun psikis. Tidak hanya terbatas dalam ranah kehidupan sacral (agama), tetapi juga dalam realita kehidupan yg profane.
Ibarat kata, hasud bagaikan setitik nila yg dapat menyebabkan rusaknya susu sebelanga. Demikianlah gambaran  kecilnya hasud yg memiliki dampak sangat besar. Bagaimana tak, sebab hasud dapat merusak berbagai pahala amal kebaikan. Pahala mengaji, shalat, puasa, haji, juga pahala umrah semuanya kebakar ludes oleh dosa hasud. Sebagaimana api merusak kayu bakar. Demikianlah cara kerja hasud merusak segala macam amal kebaikan.
Jama’ah Jum’ah yg berbahagia
Hasud biasa berawal dari rasa ketak sukaan seseorang kepada orang lain. Kemudian ketak sukaan ini bertambah ketika orang lain tesebut mendapatkan nikmat atau kesenangan, hingga akhirnya muncullah kemauan buat merusak bahkan melenyapkan kenikmatan tersebut dari orang lain itu.
Ada delapan bahaya hasud yg diterangkan dalam kitab Thariqah Muhammadiyah.
Pertama, Ø¥ÙÂساد الطاعة Ifsadut tho’at. Bahwa hasud itu merusak keta’atan kepada Allah. Mislakan seorang pedagang yg jujur yg tak pernah berbohong, bahkan ia seorang yg rajin beribadah, menyempatkan waktu buat shalat di tengah kesibukannya. Tiba-tiba datanglah pedagang baru yg menyamauya dgn modal yg berlimpah. Maka ketika pedagang yg ta’at ini berusaha melakukan perlawanan yg tak sehat dgn tujuan menghentikan lawannya, maka dia telah terkena penyakit hasud. Biasanya ia mau melakukan apapun demi mendapatkan keuntungan lebih besar. Sehingga ia melupakan kaedah berdagang yg baik.
Kedua, bahaya hasud ialah  Ø§Ù„Ø¥ÙÂضاء الى ÙÂعل المعاصى al-Ifdha’u ila fi’lil ma’ashi, yaitu membuka pintu terjadinya makshiat. Bahwa I hasud biasanya membutuhkan pertolongan orang lain buat menghilangkan nikmat orang yg dihasudi. Secara otomatis si hasud mau menarik orang lain melakukan kemaksiatan bahkan juga kejahatan. Misalkan meminta bantuan dukun, meminta bantuan preman atau meminta bantuan orang lain buat melakukan fitnah dan seterusnya.
Ini berarti perasaan hasud menyeret orang lain melakukan makshiat. Bahkan mau menambah makshiat dirinya sendiri, sebab ketika si hasud meminta bantuan kepada orang lain, ia mau menggunakan berbagai macam cerita dan mengarang kebohongan, bukankah ini merupakan makshiat baru?
Bahaya hasud yg Ketiga ialah,ØÂرمانالشÙÂاعة   hirmantus syafa’ah, yaitu menghalangkan diri dari syafaat besok di hari kiamat. Artinya, orang yg selama hidupnya melakukan hasud walaupun memiliki amal tak mau mendapatan syafaat dari Rasulullah saw.
Keempat, hasud dapat menyebabkan orang masuk neraka (duhulun nar). Bahaya keempat ini merupakan dampak dari berbagai bahaya yg lain. Secara otomatis orang yg amalnya telah terhapus dan tak mendapatkan syafaat dari manapun, maka dapat dipastikan bahwa nerakalah tempatnya kelak.
Kelima, الإÙÂضاء الى ضرار غيره al-ifdha’ ila dharari ghairihi. Bahwa hasud dapat membahayakan orang lain. Hal ini sering terjadi sebab orang mau berusaha semaksimal mungkin demi tercapainya tujuan melenyapkan nikmat yg dihasudi. Ini biasanya mau membawa-bawa orang lain. Sebagaimana hasud menyeret orang lain buat melakukan makshiat.
Misalnya, buat menjatuhkan saingan bisnis yg selama ini telah mapan dalam kepailitan, orang yg hasud mau menggunakan berbagai macam cara. Diantaranya membuat fitnah melalui berbagai media yg ia suarakan lewat mulut orang lain. Sehingga pemilik mulut itulah yg akhinya terkena imbasnya.
Bisa juga orang yg hasud itu dgn sengaja mau menghilangkan kenikmatan orang lain dgn cara membakar rumah orang tersebut ketika tidur. Padahal di dalam rumah itu ada pembantu dan keluarga lainnya. Secara otomatis mereka yg tak tahu-enahu urusan ikut menjadi korban.Â
Bahaya keenam ialah,  Ø§Ù„تعاب والهم منغير ÙÂائدةat-ta’ab wal ham min ghairi faidatin. Artinya orang yg hasud selalu disibukkan dgn masalah yg tak ada faedahnya dan juga dirundung kesedihan yg tak terbatas. Misalkan orang yg merasa hasud dgn tetangga yg membeli mobil, maka ia mau selalu kepikiran bagaimana caranya membeli mobil seperti tetangga sebelah, atau bagaimana caranya supaya mobil tetangga sebelah itu cepat rusak. Maka berulahlah dia dgn melakukan berbagai intrik yg menyibukkan dirinya sendiri. Padahal, yg demikian itu tak pernah dipikirkan oleh tetangga sebelah.
Parahnya lagi, sebelum si hasud berhasil merusak mobil ternyata tetangga sebelah telah menukar mobil itu dgn mobil yg lebih baru dan lebih canggih. Maka berpikirlah si hasud dgn intriknya lagi, disibukkanlah dia dgn berbagai pikiran yg menyedihkan hati dan tak pernah berhenti.
Ketujuh,  Ø£Ø¹Ù…Ù‰ القلب ØÂتى يكاد لايÙÂهم ØÂكما منالله ‘amal qalbi hatta yakada la yafhamu hukman min ahkamillahi ta’ala. Hasud mau menyebabkan seseorang buta hatinya dan tak mempedulikan lagi aturan syariat dan hukum Allah swt. Mata hati si hasud telah buta, sehingga ia tak peduli bahwa orang yg dihasudi, yg hendak direbut kenikmatannya ialah saudara sendiri, teman sendiri, sahabat, keluarga sendiri, bahkan juga orang tua sendiri. Begitu pekatnya rasa kebencian dalam hati itu sehingga menutup mata dari pemahaman agama. Si hasud tak lagi dapat mengenali hukum Allah, ia tak peduli lagi dgn ancaman Allah bagi orang yg durhakan, menghianati atau memfitnah keluarga sendiri.
Banyak sekali contoh yg menunjukkan betapa sengitnya persaingan dunia bisnis biasa terjadi antar saudara (adik-kakak) dalam satu keluarga. Karena hasud, kawan dapat menjadi lawan dan saudara dapat menjadi terdakwa.
Terakhir, yg kedelapan ialah  Ø§Ù„ØÂرمانوالØÂذلانalhirmanu wal hidzlanu. Bahwa hasud itu mau menjadikan seseorang terhalang dari keberhasilan. Artinya, si hasud mau semakin menjauhi diri dari kesuksesan. Meskipun si hasud berhasil mencelakai orang lain tetapi ia sama sekali tak puas. Bahkan ia mau semakin merasa jauh dari keberhasilan. Sebagaimana orang yg semakin haus sebab minum air laut.
Demikianlah hutbah jum’ah kali ini semoga Allah swt menjaga hati kita menjauhi hasud dan beberapa penyakit hati lainnya yg sangat merugikan.
بَارَكَ الله٠لÙÂيْ ÙˆÙŽÙ„ÙŽÙƒÙÂمْ ÙÂÙÂيْ اْلقÙÂرْآن٠اْلعَظÙÂيْم٠وَنَÙÂَعَنÙÂيوَإيَّاكÙÂمْ ÙÂبمَا ÙÂÙÂيْه٠مÙÂÙ†ÙŽ اْلآياَت٠وَالذكْر ÙÂالْØÂÙŽÙƒÙÂيْم٠وَتَقَبَّلَ Ù…ÙÂÙ†ÙÂّيوَمÙÂنْكÙÂمْ تÙÂلاَوَتَه٠إنَّه٠هÙÂÙˆÙŽ السَّمÙÂيْع٠اْلعَلÙÂيْمÙÂ
Khutbah II
اَلْØÂَمْد٠لله٠عَلىَ اÙÂØÂْسَانÙÂه٠وَالشÙÂّكْر٠لَه٠عَلىَ تَوْÙÂÙÂيْقÙÂه٠وَاÙÂمْتÙÂنَانÙÂÙ‡ÙÂ. وَاَشْهَد٠اَنْ لاَ اÙÂÙ„ÙŽÙ‡ÙŽ اÙÂلاَّ الله٠وَالله٠وَØÂْدَه٠لاَ شَرÙÂيْكَ لَه٠وَاَشْهَدÙ اَنَّ سَيÙÂّدَنَا Ù…ÙÂØÂَمَّدًا عَبْدÙÂه٠وَرَسÙÂوْلÙÂه٠الدَّاعÙÂÙ‰ اÙÂلىَ رÙÂضْوَانÙÂÙ‡ÙÂ. اللهÙÂÙ…ÙŽÙ‘ صَلÙÂÙ‘ عَلَى سَيÙÂّدÙÂنَا Ù…ÙÂØÂَمَّد٠وÙÂعَلَى اَلÙÂه٠وَاَصْØÂَابÙÂه٠وَسَلÙÂّمْ تَسْلÙÂيْمًا ÙƒÙÂثيْرًا
اَمَّا بَعْد٠ÙÂَياَ اَيÙÂّهَا النَّاس٠اÙÂتَّقÙÂوااللهَ ÙÂÙÂيْمَا اَمَرَ وَانْتَهÙÂوْا عَمَّا Ù†ÙŽÙ‡ÙŽÙ‰ ÙˆÙŽØ§Ø¹Ù’Ù„ÙŽÙ…ÙÂوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكÙÂمْ بÙÂاَمْر٠بَدَأَ ÙÂÙÂيْه٠بÙÂÙ†ÙŽÙÂْسÙÂه٠وَثَـنَى بÙÂمَلآ ئÙÂكَتÙÂه٠بÙÂÙ‚ÙÂدْسÙÂه٠وَقَالَ تَعاَلَى اÙÂÙ†ÙŽÙ‘ اللهَ وَمَلآ ئÙÂكَتَه٠يÙÂصَلÙÂّوْنَ عَلىَ النَّبÙÂÙ‰ يآ اَيÙÂّهَا الَّذÙÂيْنَ آمَنÙÂوْا صَلÙÂّوْا عَلَيْه٠وَسَلÙÂّمÙÂوْا تَسْلÙÂيْمًا. اللهÙÂÙ…ÙŽÙ‘ صَلÙÂÙ‘ عَلَى سَيÙÂّدÙÂنَا Ù…ÙÂØÂَمَّد٠صَلَّى الله٠عَلَيْه٠وَسَلÙÂّمْ وَعَلَى آل٠سَيÙÂّدÙÂناَ Ù…ÙÂØÂَمَّد٠وَعَلَى اَنْبÙÂيآئÙÂÙƒÙŽ وَرÙÂسÙÂÙ„ÙÂÙƒÙŽ وَمَلآئÙÂكَة٠اْلمÙÂقَرَّبÙÂيْنَ وَارْضَ اللّهÙÂÙ…ÙŽÙ‘ عَن٠اْلخÙÂÙ„ÙŽÙÂَاء٠الرَّاشÙÂدÙÂيْنَ اَبÙÂÙ‰ بَكْرÙÂوَعÙÂمَروَعÙÂثْمَانوَعَلÙÂÙ‰ وَعَنْ بَقÙÂيَّة٠الصَّØÂَابَة٠وَالتَّابÙÂعÙÂيْنَ وَتَابÙÂعÙÂيالتَّابÙÂعÙÂيْنَ Ù„ÙŽÙ‡ÙÂمْ بÙÂاÙÂØÂْسَان٠اÙÂلَىيَوْم٠الدÙÂّيْن٠وَارْضَ عَنَّا مَعَهÙÂمْ بÙÂرَØÂْمَتÙÂÙƒÙŽ يَا اَرْØÂÙŽÙ…ÙŽ الرَّاØÂÙÂÙ…ÙÂيْنَ
اَللهÙÂÙ…ÙŽÙ‘ اغْÙÂÙÂرْ Ù„ÙÂلْمÙÂؤْمÙÂÙ†ÙÂيْنَ وَاْلمÙÂؤْمÙÂنَات٠وَاْلمÙÂسْلÙÂÙ…ÙÂيْنَ وَاْلمÙÂسْلÙÂمَات٠اَلاَØÂْيآء٠مÙÂنْهÙÂمْ وَاْلاَمْوَات٠اللهÙÂÙ…ÙŽÙ‘ اَعÙÂزَّ اْلاÙÂسْلاَمَ وَاْلمÙÂسْلÙÂÙ…ÙÂيْنَ ÙˆÙŽØ£ÙŽØ°ÙÂÙ„ÙŽÙ‘ الشÙÂّرْكَ وَاْلمÙÂشْرÙÂÙƒÙÂيْنَ وَانْصÙÂرْ عÙÂبَادَكَ اْلمÙÂÙˆÙŽØÂÙÂّدÙÂيَّةَ وَانْصÙÂرْ مَنْ نَصَرَ الدÙÂّيْنَ وَاخْذÙÂلْ مَنْ خَذَلَ اْلمÙÂسْلÙÂÙ…ÙÂيْنَ ÙˆÙŽ دَمÙÂّرْ اَعْدَاءَالدÙÂّيْن٠وَاعْل٠كَلÙÂمَاتÙÂÙƒÙŽ اÙÂÙ„ÙŽÙ‰ يَوْمَ الدÙÂّيْنÙÂ. اللهÙÂÙ…ÙŽÙ‘ ادْÙÂَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزÙÂÙ„ÙŽ وَاْلمÙÂØÂÙŽÙ†ÙŽ وَسÙÂوْءَ اْلÙÂÙÂتْنَة٠وَاْلمÙÂØÂÙŽÙ†ÙŽ مَا ظَهَرَ Ù…ÙÂنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدÙÂنَا اÙÂنْدÙÂونÙÂيْسÙÂيَّا خآصَّةً وَسَائÙÂر٠اْلبÙÂلْدَان٠اْلمÙÂسْلÙÂÙ…ÙÂيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمÙÂيْنَ. رَبَّنَا آتÙÂناَ ÙÂÙÂÙ‰ الدÙÂّنْيَا ØÂَسَنَةً ÙˆÙŽÙÂÙÂÙ‰ اْلآخÙÂرَة٠ØÂَسَنَةً ÙˆÙŽÙ‚ÙÂنَا عَذَابَ النَّارÙÂ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْÙÂÙÂسَنَاوَاÙÂنْ لَمْ تَغْÙÂÙÂرْ لَنَا وَتَرْØÂَمْنَا Ù„ÙŽÙ†ÙŽÙƒÙÂوْنَنَّ Ù…ÙÂÙ†ÙŽ اْلخَاسÙÂرÙÂيْنَ. عÙÂبَادَالله٠! اÙÂÙ†ÙŽÙ‘ اللهَ يَأْمÙÂرÙÂنَا بÙÂاْلعَدْل٠وَاْلاÙÂØÂْسَان٠وَإÙÂيْتآء٠ذÙÂÙ‰ اْلقÙÂرْبىَ وَيَنْهَى عَن٠اْلÙÂÙŽØÂْشآء٠وَاْلمÙÂنْكَر٠وَاْلبَغْييَعÙÂظÙÂÙƒÙÂمْ لَعَلَّكÙÂمْ تَذَكَّرÙÂوْنَ وَاذْكÙÂرÙÂوااللهَ اْلعَظÙÂيْمَ يَذْكÙÂرْكÙÂمْ وَاشْكÙÂرÙÂوْه٠عَلىَ Ù†ÙÂعَمÙÂه٠يَزÙÂدْكÙÂمْ ÙˆÙŽÙ„ÙŽØ°ÙÂكْر٠الله٠اَكْبَرْ
Â
Redaktur: Ulil Hadrawy
 Â
           `