– Pengurus DPW Persatuan Guru Madrasah Indonesia (PGMI) Provinsi Sulsel di bawah Pimpinan DR. KH. Kaswad Sartono, M.Ag. yg baru berumur setahun sejak dilantik November tahun lalu kembali membuat gebrakan besar dgn menggelar Seminar berskala Internasional yg mengambil tema besar “Educations in Industrial Revolutions 4.0â€.
Tidak Tanggung tanggung, Seminar sehari yg dilaksanakan di
Auditorium Utama KH. Muhyiddin Zain Kampus Universitas Islam Makassar, Senin,
16 Desember 2019 ini, menghadirkan Pembicara dan Narasumber penting, yakni
Dirjen Pendidikan Islam Kemenag RI Prof. DR. Phill, H. Kamaruddin Amin, MA
selaku keynote speaker, Mrs. Tiarne
Barratt (Research Consultant Advisor di UIN Alauddin Makassar), Kakanwil
Kemenag Provinsi Sulsel H. Anwar Abubakar, dan Dekan Fakultan Pendidikan UIM
DR. KH. Ruslan, MA.
Ketua DPW. PGMI Sulsel H. Kaswad Sartono dalam sambutannya mengatakan
bahwa PGMI Sulsel memiliki 3 program besar yaitu menjadikan PGMI sebagai institusi
strategis bagi peningkatan kapasitas guru guru Madrasah, membina Wawasan
Kebangsaan yg baik bagi guru Madrasah demi tegaknya NKRI dan Pancasila, serta
berupaya meningkatkan kesejahteraan tenaga pendidikan di Madrasah baik yg
telah ASN maupun Non ASN (Honorer).
“Seminar Nasional ini hanya salah satu instrument diantara sekian
banyak Instrumen menuju ke ketiga program besar di atas, semoga seluruh peserta
yg menurut data registrasi berjumlah 800 orang yg berasal dari sebagian
besar Guru Madrasah di Sulsel berkenan atas kegiatan ini,†kata Kaswad Sartono.
Sementara itu, dalam Arahannya sebelum membuka Seminar Internasional
ini secara resmi, Kakanwil Kemenag Prov. Sulsel H. Anwar Abubakar, S.Ag, M.Pd,
menjelaskan bahwa tantangan tenaga
pendidik di madrasah tidaklah mudah, terlebih ketika telah memausi era digital.
“Pertanyannya sekarang mampukah atau sanggupkah guru-guru Madrasah
kita melewati dan menghadapi dinamika pendidikan di masa depan utamanya di era
Revolusi 4.0, semoga PGMI Sulsel dapat menjawabnya dan dapat mewujudkannya,†harap
Kakanwil.
“Saat ini, Madrasah dan guru Madrasah kita di beberapa event kita
mampu memperlihatkan dan mempersembahkan prestasi Nasional bahkan di event
Internasional, hal ini menandakan bahwa
guru-guru madrasah kita kelihatan sangat mau dan sangat serius
mengembangkan dan meningkatkan kualitas dan kapabilitasnya menghadapi Era Revolusi
4.0, dan PGMI harus menangkap ini sebagai sebuah tantangan sekaligus peluang,
prestasi demi prestasi yg telah diraih tersebut harus segera ditularkan ke
seluruh Madrasah dan Guru Madrasah,†sambungnya.
Selaku Keynote Speaker, Direktur Jenderal Pendidikan Islam (Dirjen Pendis) Kemenag RI
Prof. DR. Phil, H. Kamaruddin Amin, MA yg hadir khusus di Makassar buat
acara ini, di awal pemaparannya menegaskan bahwa dalam sebuah ekosistem negara khususnya di
segmen Pendidikan, entitas yg paling penting ialah tenaga pendidik atau
guru.
“Karenanya, kata kuncinya ialah kualitas pendidikan sebuah negara
atau masyarakat dapat diukur dari kualitas guru atau tenaga pendidiknya, ini
yg harus dicamkan baik baik, fokusnya ada di sosok guru atau tenaga pendidik,â€
ungkapnya.
Tantangan guru atau tenaga pendidik kita ketika ini, kata dia, ada
beberapa hal diantaranya mutu dan kualitas secara akademik, manajemen dan
distribusi guru serta kebijakan pemerintah bagaimana menghendel variasi masalah
di tenaga pendidikan Indonesia ketika ini dan ke depannya.
“Karena negara kita Indonesia ialah salah satu negara yg masuk
dalam 4 besar sistem pendidikan terbesar di dunia, dimana jumlah tenaga
pendidiknya atau gurunya sekitar 4 jutaan, 25 persen diantaranya atau sekitar 1
jutaan ada di Kementerian Agama, dari sekitar 1 juta guru di Kemenag tersebut
masih ada 400 ribuan belum tersertifikasi,†papar Kamaruddin Amin.
Menurutnya, ada 3 elemen yg harus bersinergi dalam meningkatkan
kualitas dan mutu guru yakni Pertama, Pemerintah harus memiliki kebijakan atau
policy buat peningkatan kualitas dan kualifikasi guru, khususnya di Kemenag
lebih khusus lagi di fakultas Fakultas pendidikan tarbiyah atau keguruan.
“Menurut tes dari salah satu lembaga Internasional , Indonesia
masih berada di urutan ke 72 dari 77
negara dari sisi kualitas pendidikannya, salah satu sebabnya sebab pendidikan
kita masih berbasis menghafal, lebih mengedepankan aspek kognitif, bukan
critical thingking, olehnya itu buat menuju kesana Gurunya dulu yg harus
diperbaiki,†jelasnya lagi.
Elemen kedua, sambung Kamaruddin, ialah Masyarakat (civil society), dimana guru harus
diposisikan sebagai profesi yg terhormat di tengah masyarakat, masyarakat
juga harus terlibat dalam menciptakan ekosistem pendidikan yg terhormat dan
beradab.
“Dan elemen yg ketiga ialah guru itu sendiri. Guru harus
menghargai dirinya dgn terus menerus menunjukkan kualitas dan kualifikasinya
sebagai seorang guru, baik dari sisi performance, dedikasi, produktifitas karya
maupun moralitas,†ujarnya.
“Guru harus mengajar dgn penuh keikhlasan dan didasari cinta, cinta mau profesi, cinta mau masa
depan generasi bangsa ini, dan cinta pada masa depan negara ini,†terangnya.
Ia mencontohkan bahwa di negara yg telah maju sistem
pendidikannya seperti Finlandia, Denmark, Inggris dan jepang, guru sangat dihargai,
dihormati dan dicintai.
“Karena mereka juga sangat menghormati, menghargai serta mencintai
profesinya dan mencintai lingkungan pendidikan di sekitarnya, sebab guru-guru
di sana sadar bahwa seorang guru itu harus interaktif, atraktif, dinamik,
tematik aktual, mengetahui trend perkembangan lokal dan global, melek literasi
informasi digital, serta memiliki attitude yg mulia, dan guru Madrasah harus
memastikan diri sebagai guru era digital,†ucapnya disambut tepuk tangan oleh
seluruh peserta.
Di akhir pemaparannya, Dirjen Pendis Kemenag yg asli putra Bugis
Sulsel ini menegaskan bahwa pengarusutamaan moderasi beragama yg diusung oleh
Kementerian Agama merupakan tugas utama guru madrasah.
“Guru harus menjadi benteng kokoh buat generasi muda anak didik
kita dari infiltrasi masuknya paham paham radikalisme dan terorisme di anak
didiknya, sebab guru merupakan pahlawan yg membawa indonesia menjadi negara
merdeka, moderat dari sisi keberagamaan yg sampai detik ini menjadikan
masyarakat kita tetap kokok berdiri dgn situasi yg aman dan toleran,
jangan malah sebaliknya, justru guru menjadi actor provokator bagi anak didiknya
agar merusak bangsa ini,†pungkasnya.