Dua Sebab Orang Melupmau Mati & Cara Mengobatinya

Imam al-Ghazali dalam kitab Ihya’ Ulumiddin, tepatnya sebagai poin awal ketika membahas thulul amal (panjangnya angan-angan) menyampaikan hadits Rasulullah ﷺ yg disampaikan kepada sahabat Abdullah bin Umar radiyallahu ‘anhuma tentang penyebab lupa mau kematian. Di mana di antara penyebabnya ialah panjangnya angan-angan seseorang sampai lupa bahwa di hadapannya ada kematian. Rasulullah ﷺ bersabda:

 

إذا أصبحت فلا تحدث نفسك بالمساء وإذا أمسيت فلا تحدث نفسك بالصباح وخذ من حياتك لموتك ومن صحتك لسقمك فإنك يا عبد الله لا تدري ما اسمك غدا

 

Artinya, “Jika engkau berada di pagi hari, maka jangan mengkhayal mau apa yg kamu dapatkan di sore hari. Jika kamu berada di sore hari, maka jangan mengkhayal mau apa yg mau kamu dapatkan di pagi hari. Ikatlah kehidupanmu dgn kematianmu. Ikatlah sehatmu dgn sakitmu. Karena sesungguhnya dirimu, wahai Abdullah! Tidak mau tahu seperti apa namamu esok” (HR Ibnu Hibban).

 

Hadits di atas memberikan sebuah pengertian bahwa seharusnya semua manusia tak perlu berangan-angan terlalu panjang tentang masa depan setiap materi dan kesenangan-kesenangan dunia lainnya. Seolah, Rasulullah ï·º hendak memerintahkan umat Islam supaya selalu menjaga kesehatannya dan menggunakannya buat ibadah dan kebaikan, serta mengingat kematian yg telah pasti datangnya. Kehidupan mau tak mempunyai arti ketika jiwa sedang sakit. Pun dgn materi tak ada gunanya ketika kematian telah datang menghampiri. Oleh sebabnya, Rasulullah ï·º memerintahkan supaya kehidupan diikat dgn kematian, dan kesehatan diikat dgn sakit.

 

Menurut Imam al-Ghazali, ada dua pokok penting yg dapat menjadi penyebab panjangnya angan-angan: (1) kebodohan dan (2) cinta dunia dan kesenangan-kesenangannya.

 

Baca: Tiga Persiapan Menghadapi Kematian

 

Dua sebab di atas merupakan penyebab munculnya angan-angan yg panjang dan lupa mau kematian. Dengan keduanya, ia lupa bahwa ada tempat yg lebih baik dari dunia, lupa dgn persiapan-persiapan dalam menunggu datangnya mati, dan persiapan buat akhirat.

 

  1. Cinta Dunia

Menurut al-Ghazali, ketika seseorang telah senang dgn dunia berikut kenyamanan di dalamnya, ia mau merasa berat buat berpisah dgn dunia. Dengannya, seseorang mau tercegah dari berpikir tentang kematian, padahal sebenarnya kematian menjadi penyebab berpisah dgn dunia.

 

Tidak hanya itu, dgn cinta dunia, seseorang mau disibukkan dgn angan-angan yg tak baik. Ia tak mau berpikir kecuali angan yg sesuai dgn kehendaknya sendiri, berupa hidup panjang dan kenyamanan-kenyamanan dunia, mulai dari harta, keluarga, rumah, teman, kendaraan, dan sebab-sebab lainnya. Dalam keadaan seperti itu, al-Ghazali mengomentari:

 

فيصير قلبه عاكفا على هذا الفكر موقوفا عليه فيلهو عن ذكر الموت

 

Artinya, “Maka hatinya mau disibukkan dgn pikiran ini (dunia dan kesenangannya), terhenti dgnnya, maka ia mau lupa dari mengingat mati” (Imam al-Ghazali, Ihya’ Ulumiddin, [Bairut: Darul Ma’rifah 2010], juz 4, h. 456).

 

Ketika hati dan pikirannya hanya berpikir tentang materi, disertai angan panjang yg selalu mengintai, seseorang cenderung lengah dari kematian dan segala persiapannya. Jikapun terbesit soal kematian dan kemauan mempersiapkan kedatangannya, justru mau selalu ada penunda yg dapat membuatnya lupa kembali. Imam al-Ghazali melanjutkan,

 

الأيام بين يديك إلى أن تكبر ثم تتوب وإذا كبر فيقول إلى أن تصير شيخا فإذا صار شيخا قال إلى أن تفرغ من بناء هذه الدار وعمارة هذه الضيعة أو ترجع من هذه السفرة أو تفرغ من تدبير هذا.

 

Artinya, “Hari-hari ada di depanmu sampai engkau tua, kemudian bertobat. Ketika tua telah datang, maka ia berkata, sampai sangat tua. Ketika ia telah sangat tua, ia mau berkata, sampai selesainya bangunan rumah ini, pembangunan desa, atau setelah pulang dari bepergian, atau setelah selesainya semua urusan” (Imam al-Ghazali, Ihya’ Ulumiddin, 2010, juz 4, h. 456).

 

Dalam keadaan seperti itu, menurut al-Ghazali telah tak ada ruang sama sekali buat berpikir tentang kematian dan semua persiapannya. Yang ia pikirkan hanyalah bagaimana caranya memiliki dunia dgn segala kesempurnaan yg disenanginya. Hari-hari ia lewati hanya dgn pikiran urusan dunia, ia tak lagi mempedulikan akhirat dgn segala nikmat dan siksanya. Kebutaan mau dunia telah membuatnya terhipnotis bahwa tak ada yg lebih sempurna selainnya. Ia tak sadar diri bahwa semakin ia berpikir mau dunia, mau semakin kuat pula rasa cintanya.

 

Semua pokok yg terlintas dalam benaknya disebabkan besarnya kecintaan pada dunia. Ia bersenang-senang dgn kenikmatannya yg tak abadi itu, bahkan ia lupa mau sabda Rasulullah ï·º beberapa abad yg lalu, yaitu:

 

أحبب من أحببت فإنك مفارقه

 

Artinya, “Cintailah apa pun yg engkau suka sebab sungguh kalian pasti berpisah dgnnya.”

 

Pada hakikatnya, Rasulullah tak melarang mau rasa cinta dan senang pada dunia. Hanya saja, seharusnya rasa cinta itu harus disertai dgn persiapan-persiapan kematian yg mau ia hadapi selanjutnya. Seharusnya, kesenangannya tak lantas menjadikan ia lupa bahwa apa pun yg ada di dunia mau berpisah disebabkan kematian.

 

  1. Kebodohan

Kebodohan di sini dapat diartikan dgn dua pengertian. Pertama, tak tahu bahwa akhirat jauh lebih sempurna dan nikmat dari kesenangan dunia. Kedua, tak tahu bahwa dunia sama sekali tak ada artinya di sisi Allah ï·».

 

Dengan kebodohannya itu, seolah ia mau selalu hidup di dunia sesuai dgn kemauannya. Ia tak sadar bahwa kematian dapat datang sesuai dgn catatan takdir yg telah Allah ï·» tentukan. Sama sekali kematian tak memandang sehat, sakit, kaya, miskin, siang, malam, musim hujan, dan musim kemarau.

 

Semua kelalaian, dan lupa mau kematian itu menurut al-Ghazali disebabkan tak pernah berpikir mau datangnya kematian. Dalam kitabnya mengatakan:

 

 

 

Artinya, “Jika seandainya orang-orang yg lupa (kematian) berpikir dan tahu bahwa mati tak mempunyai waktu secara khusus, maka telah tentu mau menyadari, dan sibuk dgn mempersiapkan (kedatangan)nya.” (Imam al-Ghazali, Ihya’ Ulumiddin, 2010, juz 4, h. 457).

 

Menurut al-Ghazali, berpikir tentang datangnya kematian yg tanpa kompromi merupakan jalan terbaik buat dapat terlepas dari belenggu dunia dan kenikmatannya. Hanya saja, kebodohan dgn semua itu, disertai dgn besarnya rasa cinta pada dunia telah membuatnya buta dgn segalanya, yg terlintas dalam benaknya hanyalah angan-angan panjang tentang dunia dan segala kenyamanannya.

 

Cara Mengobatinya

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa penyebab panjangnya angan-angan dan lupa mau kematian ialah dua hal. Bagaimana cara mengobatinya? Resep dari Imam al-Ghazali ialah dgn cara menjernihkan pikiran dari lubuk hati paling dalam, disertai dgn seringnya mendengarkan kalam-kalam hikmah dari para ulama yg hatinya suci dari kecintaan pada dunia.

 

Menurut al-Ghazali, yg paling sulit ialah mengobati sifat cintanya pada dunia. Kecintaan itu bagaikan penyakit kronis yg tak dapat disembuhkan, kecuali dgn keimanan yg mantap mau hari akhir (kiamat), dgn cara mengimani pada dahsyatnya siksa Allah ï·» saat itu, dan agungnya pahala yg Allah berikan pada orang-orang yg hatinya telah tak mempedulikan dunia dan segala kenikmatannya.

 

Jika obat ini telah tertanam dalam jiwanya, sedikit demi sedikit mau terkikis kecintaannya pada dunia. Ia mulai menganggap bahwa rasa cinta pada sesuatu yg hina merupakan kehinaan. Ketika ia telah melihat kehinaan dunia dan keindahan akhirat, ia mau enggan menoleh pada dunia secara keseluruhan, bahkan meski seandainya semua jagat raya diberikan kepadanya.

 

وكيف وليس عنده من الدنيا إلا قدر يسير مكدر منغص فكيف يفرح بها

 

Artinya, “Bagaimana mungkin dapat bahagia dgnnya (dunia), sedangkan baginya nilai dunia itu remeh, penuh kesukaran, dan kesusahan?” (Imam al-Ghazali, Ihya’ Ulumiddin, 2010, juz 4, h. 457).

 

Merupakan hal yg aneh, bila seseorang meninggalkan indahnya intan permata demi satu batu kerikil. Begitu pun dgn dunia dan akhirat. Sangat tak masuk akal ketika seseorang berjuang mati-matian demi dunia dan isinya yg nilainya tak lebih dari batu kerikil tanpa kemuliaan dan keindahan, lantas meninggalkan akhirat yg nilainya melebihi intan permata dgn segala keindahan dan kemuliaannya.

 

Ustadz Sunnatullah, pengajar di Pondok Pesantren Al-Hikmah Darussalam Kokop Bangkalan Jawa Timur.





Uncategorized

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.