Empat Alasan Mengapa Madinah Dipilih sebagai Tempat Hijrah Rasulullah

Dalam sebuah hadits riwayat Bukhari, Rasulullah bercerita bahwa suatu ketika dirinya pernah bermimpi berhijrah dari Makkah ke suatu kota yg memiliki banyak pohon kurma. Pada saat itu, Rasulullah mengira bahwa kota tersebut ialah Yamamah atau Hajar. Namun dugaan Rasulullah meleset, ternyata tempat yg dipilih buat tempat hijrah ialah Madinah, yg sebelumnya bernama Yatsrib. 

 

Lalu apa sebetulnya yg menyebabkan Madinah dipilih sebagai tempat buat berhijrah Rasulullah dan umat Islam secara keseluruhan? Perintah Allah telah pasti menjadi alasan utama. Rasulullah tak mau berhijrah kecuali atas perintah Allah. Bahkan Allah melalui malaikat Jibril juga telah menentukan waktu Rasulullah berhijrah ke Madinah, yaitu tengah malam. Di saat para elite kaum kafir Quraisy yg mengepung rumah Rasulullah buat menghabisinya lengah.  

 

Dipilihnya Madinah sebagai tempat berhijrah juga tak lepas dari beberapa penduduk Madinah yg telah berbaiat kepada Rasulullah, dalam Baiat Aqabah pertama dan kedua. Tentu itu menjadi modal bagus bagi Rasulullah dan umat Islam. Namun selain dua hal itu, mungkin saja ada hal-hal lainnya yg menyebabkan mengapa Madinah yg dipilih sebagai tempat berhijrah. Mengapa tak kota-kota lainnya? Mengapa Madinah?

 

Dalam buku Membaca Sirah Nabi Muhammad dalam Sorotan Al-Qur’an dan Hadits-hadits Shahih (M Quraish Shihab, 2018), disebutkan bahwa dipilihnya Madinah sebagai tempat hijrah sebab kota tersebut memiliki beberapa keistimewaan dibandingkan dgn kota lainnya. Pertama, penduduknya memiliki sikap ramah. Suku Aus dan Khazraj yg mukim di Madinah sebetulnya berasal dari Yaman. Sementara orang-orang Yaman dikenal sebagai orang yg memiliki budi yg halus dan perasaan yg lembut. 

 

“Penduduk Yaman datang kepadamu. Mereka itu lembut hati dan halus perasaan,” kata Rasulullah ketika rombongan dari Yaman mengunjunginya usai Perang Khaibar. 

 

Kedua, penduduk Madinah memiliki pengalaman berperang. Suku Aus dan suku Khazraj, ditambah komunitas Yahudi Madinah, ‘tak pernah akur’. Dalam sejarahnya, mereka kerap kali melancarkan peperangan antara satu suku dgn yg lainnya. Peperangannya tak hanya setahun dua tahun, tapi berlangsung secara bertahun-tahun. Tercatat ada sekitar 10 kali peperangan yg dilalui suku-suku di Madinah. Perang Samir menjadi awal, sementara Perang Bu’ats menjadi perang terakhir. 

 

Perang Bu’ats merupakan perang terbesar dan terjadi lima tahun sebelum Rasulullah berhijrah. Ketika Rasulullah dan Islam datang, masyarakat Madinah menjadi bersatu dan tak perang saudara lagi. Perlu diketahui, pengalaman berperang ini menjadi sesuatu yg penting buat menjaga ajaran agama Islam.

 

Ketiga, Rasulullah memiliki hubungan darah dgn penduduk Madinah. Pada saat kecil, Rasulullah pernah diajak ibundanya Sayyidah Aminah buat berkunjung ke Madinah. Pada kesempatan itu, Sayyidah Aminah mengajak Rasulullah buat berziarah ke makam Sayyidina Abdullah, suaminya dan ayahanda Rasulullah. Di samping itu, Sayyidah Aminah juga mengajak Rasulullah berkunjung ke sanak saudaranya di Madinah, Bani Najjar. 

 

Keempat, letak Madinah yg strategis. Madinah memiliki letak geografis yg strategis. Bagaimana tak, di sebelah timur dan barat Madinah merupakan sebuah wilayah yg terjal. Terdiri dari dataran tinggi, dataran rendah yg penuh dgn bebatuan yg keras sehingga menyulitkan siapa pun –terutama musuh- buat memasuki kota Madinah. 

 

Hanya dari sisi utara Madinah yg menjadi wilayah terbuka. Maka tak heran ketika terjadi Perang Khandaq, Salman al-Farisi mengusulkan kepada Rasulullah supaya umat Islam membuat parit di sepanjang wilayah utara Madinah. Tujuannya ialah buat menghalangi musuh masuk ke kota Madinah. 

 

Merujuk buku Madinah: Kota Suci, Piagam Madinah, dan Teladan Nabi Muhammad saw. (Zuhairi Misrawi, 2009), Madinah merupakan sebuah kota yg dibentuk atau dibangun oleh orang-orang yg melarikan diri (eksodus) dari tempat asalnya, entah disebabkan konflik atau pun ekonomi. 

 

Madinah atau Yatsrib memiliki sejarah yg panjang. Konon, awal mula orang-orang datang ke wilayah Madinah ialah pengikut Nabi Nuh as. yg selamat dari bencana banjir yg maha dahsyat. Setelah satu tahun 10 hari berada di atas kapal Nabi Nuh as dan banjir surut, mereka yg selamat ada yg bepergian ke wilayah Madinah. Diantara dari mereka ialah Yatsrib bin Qaniyah bin Mahlail bin Iram bin Abil bin Iwadh bin Iram bin Sam bin Nuh as. Diperkirakan kejadian itu terjadi pada tahun 2600 SM.

 

Maka akhirnya tempat tersebut dikenal sebagai kota Yatsrib, dan kemudian Rasulullah mengganti nama kota Yatsrib menjadi Madinah ketika beliau hijrah ke kota tersebut. Rasulullah tinggal di Madinah selama 10 tahun. Sama seperti Makkah, Madinah juga kota yg istimewa bagi Rasulullah secara personal. Dalam sebuah kesempatan Rasulullah pernah berdoa: Ya Allah anugerahilah pahala yg berlipat ganda di Madinah, sebagaimana Engkau telah memberikan berkah di Makkah. (A Muchlishon Rochmat)





Uncategorized

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.