Fiqih Difabel: Ragam & Karakteristik Disabilitas

 

Secara umum disabilitas dibagi ke dalam tiga kategori, antara lain:

 

1. Kategori Disabilitas Berat

Para penyandang disabilitas pada kategori ini ialah individu yg bergantung pada bantuan orang lain dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Para penyandang disabilitas berat dikategorikan sebagai Mampu Rawat, mereka biasanya mengalami Cerebral Palsy (CP) berat atau mengalami disabilitas ganda baik intelectual disability dan CP. Jika mereka mengalami disabilitas intelektual maka IQ mereka kurang dari 30, sehingga mereka hanya dapat berbaring di atas tempat tidur atau hanya duduk di kursi roda. Untuk aktivitas sehari-hari seperti mandi, buang air, berpakaian, makan, dan berpindah tempat mereka sangat tergantung pada bantuan orang lain.

 

2. Kategori Disabilitas Sedang

Para penyandang disabilitas dalam kategori ini masih mampu melakukan kegiatan sehari-hari termasuk merawat diri sendiri seperti membersihkan diri, makan, berganti pakaian, dan berpindah tempat. Sebagian dari mereka mengalami disabilitas intelektual dgn IQ antara 30 – 50. Beberapa dari mereka juga masih dapat dilatih buat aktivitas-aktivitas keterampilan motorik, seperti membuat kerajinan tangan, membersihkan lingkungan, dan mencuci piring, sehingga mereka juga dikategorikan sebagai penyandang disabilitas Mampu Latih.

 

3. Kategori Disabilitas Ringan

Para penyandang disabilitas yg masuk dalam kategori ini ialah mereka yg telah dapat hidup mandiri, mampu melakukan aktivitas keseharian, dan bersosialisasi dgn masyarakat sekitarnya. Para penyandang disabilitas pada kategori ini juga disebut sebagai penyandang disabilitas mampu didik. Dengan menggunakan alat bantu yg sesuai dgn jenis disabilitasnya, mereka mampu mendapatkan pendidikan yg baik atau bersekolah. Beberapa dari mereka mengalami disabilitas intelektual dgn IQ lebih dari 70.

 

Ragam disabilitas sangat luas dan ketiga kategori tersebut berada dalam semua ragam disabilitas. Mengacu pada Pasal 4 Undang – Undang No. 8 Tahun 2018 tentang Penyandang Disabilitas, maka ragam disabilitas dibagi ke dalam empat kategori, yaitu a) Penyandang Disabilitas Fisik, b) Penyandang Disabilitas Intelektual, c) Penyandang Disabilitas Mental dan/atau, d) Penyandang Disabilitas Sensorik.

 

Sementara variasi atau spektrum pada setiap tipe atau jenis disabilitas sangat luas sehingga karakteristik masing-masing tipe disabilitas pun menjadi berbeda. Berikut ialah penjelasan empat ragam disabilitas beserta karakteristik dan penjelasan bagaimana kita berinteraksi dgn masing-masing ragam disabilitas.

a. Penyandang disabilitas fisik, yg di masyarakat biasa disebut sebagai Penyandang Disabilitas Daksa atau Orang dgn Gangguan Mobilitas. Mereka ialah individu yg mengalami ketakmampuan buat menggunakan kaki, lengan, atau batang tubuh secara efektif sebab kelumpuhan, kekakuan, nyeri, atau gangguan lainnya. Kondisi ini mungkin diakibatkan kondisi ketika lahir, penyakit, usia, atau kecelakaan. Meski demikian, kondisi ini dapat berubah dari hari ke hari dan kondisi ini juga dapat berkontribusi pada disabilitas lain seperti gangguan bicara, kehilangan ingatan, tubuh pendek, dan gangguan pendengaran.

 

Orang dgn gangguan mobilitas dan gangguan gerak seringkali terhambat secara sosial dan fisik buat berpartisipasi di dalam masyarakat. Hambatan sosial berupa stigma negatif di masyarakat sementara hambatan fisik ialah lingkungan yg tak aksesibel. Oleh sebab itu, penerimaan masyarakat dan lingkungan yg aksesibel sangat dibutuhkan buat memastikan para penyandang disabilitas fisik ini dapat berpartisipasi dan berkontribusi di dalam masyarakat.

 

Terkait dgn kondisi penyandang disabilitas fisik, maka ada beberapa hal yg perlu buat diperhatikan, antara lain:

 

  • Perlu disediakan bidang miring atau lift pada setiap perbedaan ketinggian pada lantai
  • Perlu disediakan toilet (kamar mandi) yg khusus dgn dilengkapi fasilitas buat berpegangan
  • Disediakan tempat duduk prioritas pada ruang-ruang publik dan tempat duduk tersebut sebaiknya dekat dgn pintu keluar dan masuk ruangan
  • Alat bantu bagi penyandang disabilitas daksa seperti tongkat, kruk, dan kursi roda ialah barang pribadi yg penting, sehingga jangan digunakan atau diperlakukan sebagai mainan

 

b. Penyandang disabilitas intelektual, yg dahulu disebut Cacat Mental dan sekarang banyak disebut sebagai Disabilitas Mental. Disabilitas intelektual ialah mereka yg mengalami fungsi intelektual secara signifikan serta gangguan prilaku adaptif. Spektrum atau variasi penyandang disabilitas intelektual sangat luas, mulai dari mereka mengalami down syndrome, autisme, kesulitan konsentrasi, dan gangguan berpikir lainnya termasuk mereka yg disebut sebagai orang dgn gangguan jiwa. Orang yg mengalami disabilitas intelektual rata-rata memiliki tingkat IQ antara 35 hingga 70.

 

Terdapat tiga faktor penyebab disabilitas intelektual;

 

  • Faktor sebelum dilahirkan. Disabilitas dapat terjadi sebab perkawinan satu kelompok orang yg ber-IQ rendah atau mental retardasi. Jenis ini biasanya memiliki disabilitas ringan. Disabilitas ini juga dapat disebabkan oleh penyakit berat dan tekanan kehidupan emosional yg dialami saat ibunya sedang mengandung. Kondisi kesehatan ibu hamil juga dapat menjadi penyebab terjadinya disabilitas intelektual, misalnya penyakit infeksi yg pada awal pertumbuhan janin seperti TBC, rubella, syphilis, atau kelainan jumlah dan bentuk kromosom yg menyebabkan mongolisme atau down syndrome. Tindakan kesehatan juga dapat menyebabkan disabilitas intelektual, misalnya penyinaran dgn sinar rontgen dan radiasi, kesalahan pemasangan alat kontrasepsi, dan usaha aborsi.
  • Faktor saat dilahirkan. Penanganan saat melahirkan yg tak tepat sehingga tenaga medis terpaksa menggunakan alat bantu kelahiran dapat berpengaruh pada struktur otak bayi. Disabilitas intelektual juga dapat disebabkan oleh kurangnya oksigen yg dialami janin saat proses kelahiran.
  • Faktor setelah dilahirkan. Seorang anak dapat mengalami disabilitas intelektual bila terserang penyakit berat, seperti demam tinggi yg diikuti dgn kejang, radang otak (encephalitis), dan radang selaput otak (meningitis). Disabilitas juga dapat disebabkan oleh gangguan metabolisme pertumbuhan. Kekurangan gizi yg berat dan lama pada masa anak- anak umur di bawah 4 tahun dapat mempengaruhi perkembangan otak, yg masih dapat diperbaiki sebelum anak berusia 6 tahun. Gangguan jiwa berat yg diderita dalam masa anak-anak dan depresi yg timbul sebab kurangnya komunikasi verbal juga dapat menyebabkan orang mengalami disabilitas intelektual, di samping faktor-faktor sosial budaya yg berhubungan dgn penyesuaian diri.

 

Terkait dgn kondisi penyandang disabilitas intelektual tersebut maka beberapa hal perlu diperhatikan dalam melakukan interaksi dgn mereka. Dalam berkomunikasi dgn mereka, gunakanlah media yg konkrit, menarik, dan dekat dgn kehidupannya. Selain itu sampaikan informasi dgn jelas, pendek, bertahap, serta diulang secara konsisten. Usahakan ketika berkomunikasi berhadapan langsung dgn mereka dan gunakan bahasa atau istilah sederhana yg lekat dgn keseharian.

 

c. Penyandang disabilitas rungu dan/atau wicara. Penyandang disabilitas rungu ialah mereka yg mengalami hambatan buat mendengar, sementara penyandang disabilitas wicara ialah mereka yg mengalami gangguan atau hambatan melakukan komunikasi verbal. Beberapa komunitas penyandang disabilitas rungu lebih suka menyebut dirinya sebagai komunitas Tuli. Bagi mereka istilah Tuli mengacu pada komunitas yg memiliki cara berkomunikasi sendiri yg berbeda dgn komunitas orang dengar. Jadi istilah Tuli bagi mereka bukan istilah yg berkonotasi negatif. Sementara orang yg memiliki gangguan pendengaran ialah mereka yg memiliki persoalan mendengar yg diakibatkan oleh beberapa faktor, antara lain bertambahnya usia, penyakit, atau faktor lain misalnya benturan yg menyebabkan gendang telinga rusak. Sehingga orang yg mengalami gangguan pendengaran biasanya masih dapat menggunakan alat bantu dengar buat berkomunikasi. Sementara disabilitas wicara seringkali disebabkan oleh rusaknya pita suara. Hal yg perlu diketahui ialah seseorang yg sejak kecil tuli berpotensi juga memiliki disabilitas wicara. Namun, seseorang yg memiliki disabilitas wicara belum tentu tuli sebab dapat jadi mereka hanya mengalami gangguan pada pita suara atau organ verbal mereka.

 

Dalam kehidupan sehari-hari, orang yg memiliki disabilitas rungu atau wicara dapat dikenali melalui karakteristik yaitu mereka tak menyadari adanya bunyi bila tak melihat ke sumber bunyi atau tak ada getaran. Seorang yg tuli atau hambatan pendengaran seringkali terlihat mendekatkan telinga ke sumber bunyi dan bila berbicara keras dan tak jelas. Selain itu mereka cenderung menggunakan mimik atau gerakan baik tangan atau tubuh buat berkomunikasi.

 

Dengan memperhatikan kondisi para penyandang disabilitas rungu wicara, maka ada beberapa hal yg perlu diperhatikan dalam rangka berkomunikasi dan berinteraksi dgn mereka. Apabila kita berkomunikasi dgn mereka, kita harus berbicara berhadapan muka dan mengucapkan kata – kata dgn gerakan bibir yg jelas. Jika memungkinkan gunakan bahasa isyarat, hindari komunikasi verbal (suara), dan gunakan komunikasi non-verbal seperti tulisan ataupun gerak anggota tubuh. Agar maksud mudah dipahami maka gunakan bahasa yg sederhana yg digunakan sehari-hari. Hal penting yg perlu diperhatikan ialah penyediaan informasi visual di berbagai area publik yg memudahkan penyandang disabilitas rungu-wicara melakukan aktivitas di ruang publik.

 

d. Penyandang disabilitas netra. Disabilitas netra ialah hambatan atau gangguan penglihatan. Secara umum netra terbagi ke dalam dua kelompok yaitu buta total (totally blind) dan disabilitas netra ringan (low vision). Buta total ialah sebuah kondisi di mana seseorang tak dapat melihat obyek sama sekali kecuali hanya bayg cahaya sehingga mereka hanya dapat membedakan situasi gelap dan terang. Kondisi demikian dapat terjadi pada masa sebelum kelahiran (pre-natal) sebab faktor genetik (keturunan) atau adanya virus yg menyerang janin pada masa kehamilan. Para penyandang disabilitas netra total mengandalkan komunikasi audio atau verbal. Tulisan braille merupakan salah satu metode yg digunakan oleh mereka buat berkomunikasi. Pada era digital saat ini teknologi alat bantu bagi penyandang disabilitas netra telah berkembang dgn baik, di mana para penyandang disabilitas netra dapat menggunakan komputer bicara. Dalam penampilan sehari-hari pada umumnya mereka menggunakan kacamata hitam dan buat mobilitasnya mereka menggunakan tongkat khusus, yaitu tongkat berwarna putih dgn garis merah horizontal.

 

Penyandang disabilitas netra ringan (low vision) hanya kehilangan sebagian penglihatannya dan masih memiliki sisa penglihatan yg dapat digunakan buat beraktivitas. Kondisi ini tak dapat dibantu dgn menggunakan kacamata. Jarak pandang maksimal buat penyandang low vision ialah enam meter dgn luas pandangan maksimal dua puluh derajat. Alat bantu yg dapat digunakan ialah komputer yg mampu menampilkan karakter huruf lebih besar sehingga mereka dapat membaca teks dgn baik.

 

Para penyandang disabilitas netra pada umumnya memiliki kepekaan pendengaran yg lebih baik dibandingkan mereka yg tak mengalami disabilitas netra, sebab informasi yg mereka dapatkan hanya bersumber dari satu pintu yaitu alat pendengaran. Dengan demikian mereka memiliki daya ingat yg lebih baik disebabkan tak terjadi distorsi informasi yg disebabkan oleh penglihatan.

 

Dalam berinteraksi dgn mereka terdapat beberapa hal yg penting buat diperhatikan. Etika umum yg harus diperhatikan dalam membantu penyandang disabilitas netra ialah bertanya terlebih dahulu sebelum membantu. Kita harus memberi tahu bila kita datang atau pergi meninggalkan penyandang disabilitas netra. Kita juga harus memberitahu bila kita sedang memindahkan barang yg ada di rumah. Selain itu, sebab para penyandang disabilitas netra tak mampu mengenali arah mata angin, maka buat memberikan petunjuk arah sebaiknya menggunakan konsep arah jarum jam.

 

Baca juga: Difabel Muslim Indonesia, Sejauh Mana Terpenuhi Hak-haknya?

 

 

===

Artikel ini dinukil dari buku “Fiqih Penguatan Penyandang Disabilitas” yg disusun dan diterbitkan oleh tim Lembaga Bahtsul Masail PBNU, Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M), serta Pusat Studi dan Layanan Disabilitas (PSLD) Unibraw. Unduh buku (PDF) ini di kanal Download NU Online.

 





Uncategorized

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.