Geger Nabi Palsu di Toraja, MUI: Harus Dilawan Dakwah Intensif ke Seluruh Pelosok Daerah

– Terkait munculnya pengakuan seorang warga Toraja Paruru Daeng Tau sebagai nabi terakhir, Majelis Ulama (MUI) Sulawesi Selatan menganggap fenomena ini harus dilawan dgn mengoptimalkan dakwah di daerah-daerah pelosok.

Sekretaris MUI Sulsel Prof Muh. Ghalib yg berbincang dgn Detikcom, menyebutkan munculnya aliran sesat dgn pengakuan pimpinannya sebagai nabi seperti di Toraja, harus disikapi dgn meningkatkan dakwah secara terus-menerus dgn cara-cara santun dan baik, sesuai ajaran Alquran dan ajaran Nabi Muhammad.

“Para ulama, muballigh dan Ormas Islam, harus terus-menerus memberi pencerahan pada umat di daerah pelosok, khususnya bagi para pengikut aliran tersebut, dgn memberi pemahaman bahwa ajaran tersebut keliru dan sesat, supaya mereka mau kembali ke ajaran Islam yg benar, sesuai Alquran dan hadis Nabi,” ujar Ghalib. Dikutip dari media detik, Senin (2/11/2019)

Ghalib yg juga Direktur Pascasarjana UIN Alauddin Makassar menegaskan, bahwa dalam Alquran telah dijelaskan bahwa Nabi Muhammad ialah Nabi sekaligus Rasul Allah penutup dari para nabi-nabi.

“Nabi juga bersabda lewat hadisnya, bahwa tak ada lagi nabi setelah beliau, jadi kalau ada pihak yg mengaku-ngaku nabi telah pasti sesat, fenomena terjadi sebab dia sama sekali tak paham atau mereka salah paham” tambah Ghalib.

Ghalib yg juga Guru Besar Ilmu Perbandingan Agama dan Filsafat UIN Alauddin ini berharap, penanganan pada kelompok aliran yg dipimpin Paruru ini harus dilakukan secara baik, supaya Paruru dan pengikutnya tak merasa menjadi korban aksi main hakim sendiri dari pihak Ormas Islam atau dari pengurus MUI setempat.

“Kalau terjadi dialog, harus dilakukan dgn cara yg baik, supaya yg telah ikut ajaran ini dapat tereliminasi, dapat memahami dan kembali pada ajaran Islam yg benar,” pungkas Ghalib.

Sebelumnya, Paruru daeng Tau, pria asal Tana Toraja, Sulsel, mengaku sebagai nabi terakhir di dunia. Dia memerintahkan penganutnya buat hanya menjalankan salat dua kali sehari. Kepada pengikutnya yg berjumlah hingga 88 keluarga, Paruru memberikan ajaran yg berbeda dgn Islam, semisal hanya menjalankan salat dua kali dan tak mewajibkan berpuasa.

Baca Juga:  Beda Pendapat Soal Ajaran Islam, MUI dan Thariqat Tajul Khalwatiayah Syekh Yusuf Akhirnya Berdamai





Uncategorized

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.