Hadits 15 Ramadhan Hari Jumat Ada Musibah Besar, Bisakah Dipercaya?

Bulan Ramadhan dapat disebut sebagai bulan yg teramat spesial bagi umat Islam. Sudah selayaknya ia disambut dgn penuh suka cita dan rasa bahagia, sebab pada bulan suci ini semua amal ibadah dilipatgandakan pahalanya oleh Allah subhanahu wa ta’ala.

 

Meski demikian, masih saja ada sekelompok orang yg menyebarkan rasa cemas pada masyarakat di bulan suci Ramadhan ini. Salah satunya dgn ‘meramal’ bahwa Ramadhan tahun ini merupakan pembuka terjadinya kekacuan di bulan-bulan setelahnya, mengingat Ramadhan kali ini diawali dgn hari Jumat dan tanggal lima belas Ramadhan juga bertepatan dgn hari Jumat. Ramadhan yg diawali dgn Jumat diprediksi sebagai petunjuk atas banyaknya musibah pada tahun tersebut.

 

Kelompok ini bukan tak mendasarkan ramalannya pada dalil apa pun. Mereka memastikan terjadinya kekacauan pada tahun ini dgn menyitir hadits yg diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud berikut:

 

إِذَا كَانَ صَيْحَةٌ فِي رَمَضَانَ فَإِنَّهَا تَكُونُ مَعْمَعَةٌ فِي شَوَّالٍ، وَتَمَيَّزُ الْقَبَائِلُ فِي ذِي الْقَعْدَةِ، وَتُسْفَكُ الدِّمَاءُ فِي ذِي الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمِ وَمَا الْمُحَرَّمُ – يَقُولُهَا ثَلاَثًا – هَيْهَاتَ هَيْهَاتَ يُقْتَلُ النَّاسُ فِيهَا هَرْجًا هَرْجًا قَالَ : قُلْنَا : وَمَا الصَّيْحَةُ ØŸ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ : هَذِهِ تَكُونُ فِي نِصْفٍ مِنْ رَمَضَانَ يَوْمَ جُمُعَةٍ ضُحًى، وَذَلِكَ إِذَا وَافَقَ شَهْرُ رَمَضَانَ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ تَكُونُ هَدَّةٌ تُوقِظُ النَّائِمَ، وَتُقْعِدُ الْقَائِمَ، وَتُخْرِجُ الْعَوَاتِقَ مِنْ خُدُورِهِنَّ فِي لَيْلَةِ جُمُعَةٍ سَنَةً كَثِيرَةَ الزَّلاَزِلِ وَالْبَرْدِ، فَإِذَا وَافَقَ رَمَضَانُ فِي تِلْكَ السَّنَةِ لَيْلَةَ جُمُعَةٍ فَإِذَا صَلَّيْتُمُ الْفَجْرَ يَوْمَ جُمُعَةٍ فِي النِّصْفِ مِنْ رَمَضَانَ – فَادْخُلُوا بُيُوتَكُمْ، وَسَدِّدُوا كُوَاكُمْ، وَدَثِّرُوا أَنْفُسَكُمْ، وَسُدُّوا آذَانَكُمْ، فَإِذَا أَحْسَسْتُمْ بِالصَّيْحَةِ فَخِرُّوا لِلَّهِ سُجَّدًا، وَقُولُوا سُبْحَانَ الْقُدُّوسِ، سُبْحَانَ الْقُدُّوسِ، رَبَّنَا الْقُدُّوسَ Ø› فَإِنَّهُ مَنْ فَعَلَ ذَلِكَ نَجَا، وَمَنْ تَرَكَ Ù‡ÙŽÙ„ÙŽÙƒÙŽ.

 

“Ketika terdapat suara yg dahsyat (dentuman) tepat di bulan Ramadhan, maka pertanda mau terjadi huru-hara di bulan Syawal, kelompok masyarakat (kabilah) memisahkan diri di bulan Dzulqa’dah, banyak pertumpahan darah di bulan Dzulhijjah dan Muharram. Dan apa yg terjadi di bulan Muharram? (Nabi mengucapkannya tiga kali). Sayg sekali, saat itu banyak di antara manusia yg berperang satu sama lain dan keadaan sangat kacau.

 

Maka kami bertanya: ‘Apa suara dahsyat itu wahai Rasulullah?’ Beliau menjawab: ‘Suara itu terjadi di pertengahan bulan Ramadhan pada waktu dhuha di hari Jumat. Suara itu muncul tatkala bulan Ramadhan bertepatan dgn malam Jumat. Suara teriakan ini mau membangunkan orang-orang tidur, menjatuhkan orang-orang yg tegap berdiri, dan menjadikan para wanita terhempas keluar dari kamar-kamarnya pada malam Jumat selama satu tahun, banyak terjadi gempa dan cuaca yg sangat dmau.

 

Apabila bulan Ramadhan bertepatan dgn malam Jumat maka tatkala kalian telah melaksanakan shalat subuh pada hari Jumat di pertengahan bulan Ramadhan, maka masuklah ke dalam rumah-rumah kalian, kuncilah pintu-pintu rumah, selimutilah diri kalian, dan tutupilah telinga-telinga kalian.

 

Apabila kalian merasa ada suara dahsyat, maka menyungkurlah dgn bersujud kepada Allah dan ucapkanlah: “Subhânal Quddûs, Rabbunal Quddûs”. Barang siapa yg mengamalkan hal itu maka mau selamat, dan barang siapa meninggalkannya maka mau celaka” (HR Asy-Syasyi).

 

Dapatkah kita mempercayai prediksi-prediksi bahwa berbagai kekacauan seperti yg disebutkan dalam hadits di atas mau terjadi pada Ramadhan tahun ini, mengingat bulan Ramadhan tahun ini diawali hari Jumat?

 

Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, penting kiranya kita mengetahui bagaimana posisi kekuatan hadits di atas. Apakah benar bahwa hadits tersebut dapat dijadikan sebagai pijakan dalil yg sahih?

 

Patut dipahami bahwa hadits tentang adanya suara dahsyat pada hari Jumat yg bertepatan dgn tanggal lima belas Ramadhan sama sekali tak disebutkan oleh para ulama hadits yg diakui kredibilitasnya, seperti Imam al-Bukhari, Imam Muslim, Imam Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah, an-Nasa’I, dan at-Tirmidzi. Hadits yg menjelaskan tentang suara dahsyat ini disebutkan oleh Imam asy-Syasyi, At-Thabrani, dan Ahmad as-Syaibani. Berdasarkan hal ini, kualitas sanad dalam hadits di atas patut dipertanyakan.

 

Salah satu kritikus hadits, Imam al-‘Uqaili dalam kitabnya, adh-Dhu’afa’ al-Kabir menyebutkan kritik tentang hadits ini:

 

ليس لهذا الحديث أصل من حديث ثقة ولا من وجه يثبت

 

“Hadits ini tak memiliki dasar dari hadits yg terpercaya dan juga tak dari jalan (metode) yg ditetapkan (oleh para ulama hadits)” (Abu Ja’far Muhammad bin ‘Amr al-‘Uqaili, adh-Dhu’afa’ al-Kabir, juz 1, hal. 51).

 

Berpijak dari referensi tersebut maka dapat dipastikan bahwa status hadits di atas ialah hadits yg dlaif (lemah).

 

Bahkan bila kita menelaah lebih lanjut tentang para perawi hadits di atas, kita temukan banyak sekali para rawi (periwayat) yg diragukan kredibilitasnya oleh para ulama hadits. Salah satu ialah Abdul Wahab bin Husein. Imam Hakim dalam salah satu hadits yg terdapat rawi Abdul Wahab bin Husein berkomentar bahwa ia merupakan orang yg tak diketahui profilnya (majhul). Imam adz-Dzahabi lantas menanggapi perkataan Imam Hakim tersebut:

 

وفيه عبد الوهاب بن حسين وهو مجهول، قلت ذا موضوع

 

“Di dalam hadits ini terdapat Abdul Wahab bin Husain, dia ialah orang yg tak diketahui. Aku (adz-Dzahabi) berkata: ‘Hadits ini maudlu’ (palsu)” (Adz-Dzahabi, Mukhtashar Istidrak adz-Dzahabi ‘ala Mustadrak al-Hakim, juz 4, hal. 522).

 

Sedangkan dari aspek matan (isi hadits), hadits ini juga tergolong sebagai hadits yg tak dapat dijadikan pijakan. Sebab, isinya mengandung peristiwa-peristiwa di masa mendatang yg dijelaskan secara spesifik. Maka tak heran bila Ibnu Qayyim al-Jauziyah mengategorikan sebagai hadits yg batal secara matan. Dalam al-Manar al-Munif beliau menjelaskan:

 

ومنها أحاديث التواريخ المستقبلة وقد تقدمت الإشارة إليها وهي كل حديث فيه إذا كانت سنة كذا وكذا حل كذا وكذا

كحديث يكون في رمضان هدة توقظ النائم وتقعد القائم وتخرج العواتق من خدورها وفي شوال همهمة وفي ذي القعدة تمييز القبائل بعضها إلى بعض وفي ذي الحجة تراق الدماء

 

“Sebagian dari tanda hadits yg tak dapat dijadikan pijakan ialah hadits-hadits tentang sejarah masa yg mau datang. Keterangan tentang ini telah aku jelaskan sebelumnya, yaitu setiap hadits yg di dalamnya terdapat penjelasan bahwa pada tahun sekian dan sekian, terjadi ini dan ini. Seperti hadits yg menjelaskan bahwa pada bulan Ramadhan terdapat suara dahsyat yg dapat membangunkan orang-orang tidur, menjatuhkan orang-orang yg tegap berdiri, dan menjadikan para wanita terhempas keluar dari kamar-kamarnya. Pada bulan syawal terdapat huru-hara, di bulan Dzulqa’dah kelompok masyarakat memisahkan diri satu sama lain, dan di bulan Dzulhijjah terjadi pertumpahan darah” (Ibnu Qayyim al-Jauziyah, al-Manar al-Munif, hal. 110).

 

Maka dgn demikian dapat disimpulkan bahwa hadits tentang adanya suara dahsyat pada hari Jumat tanggal lima belas Ramadhan tak dapat dijadikan sebagai dasar pijakan hukum, sebab memiliki sanad dgn perawi yg bermasalah serta isi matan yg dianggap oleh sebagian ulama bukan bersumber dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

 

Dengan demikian, ramalan bahwa Ramadhan tahun ini merupakan pembuka atas kekacauan yg terjadi pada tahun ini ialah klaim yg tak benar dan berpijak pada dalil hadits yg tak dapat dijadikan dasar, sehingga tak dapat dipercayai kebenarannya.

 

Tidak baik bagi kita menaruh prasangka buruk pada hari Jumat tanggal lima belas Ramadhan ini, sebab hari Jumat merupakan hari terbaik di antara hari-hari yg lain, seperti yg disabdakan oleh Nabi Muhammad:

 

خَيْرُ يَوْمٍ طَلَعَتْ عَلَيْهِ الشَّمْسُ يَوْمُ الْجُمُعَةِ فِيهِ خُلِقَ آدَمُ وَفِيهِ أُدْخِلَ الْجَنَّةَ وَفِيهِ أُخْرِجَ مِنْهَا

 

“Hari terbaik dimana matahari terbit ialah hari Jumat, pada hari itu Nabi Adam diciptakan, dimasukkan ke surga dan dikeluarkan dari surga” (HR Al-Bukhari).

 

Maka sebaiknya pada Ramadhan tahun ini, kita perbanyak menebarkan kabar baik dan menggembirakan pada orang lain, terlebih saat ini bangsa kita sedang diberi cobaan menghadapi pandemi virus Covid-19. Jangan sampai kekhawatiran masyarakat dalam menghadapi pandemi diperparah dgn kabar-kabar buruk yg sama sekali tak dapat dipertanggungjawabkan. Wallahu a’lam.

 

 

Ustadz M. Ali Zainal Abidin, Pengajar di Pondok Pesantren Annuriyah, Kaliwining, Rambipuji, Jember

 





Uncategorized

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.