Jenis-jenis Keramat Para Wali Allah dalam Kajian Tasawuf

Allah SWT menutup pangkat kerasulan (risalah) dan kenabian (nubuwwah) pada Nabi Muhammad SAW. Allah tak lagi menganugerahkan risalah dan kenabian kepada manusia sepeninggal Nabi Muhammad SAW. Tetapi Allah tak menutup derajat kewalian (wilayah).

Setelah kenabian dan kerasulan Nabi Muhammad SAW, tak ada lagi nabi dan rasul utusan Allah. Hal ini perlu disebutkan mengingat adanya klaim-klaim orang-orang yg mendakwakan diri sebagai nabi atau rasul-Nya.

Allah SWT membekali nabi dan rasul-Nya dgn mukjizat, yaitu sebuah kejadian di luar kebiasaan yg dapat menunjukkan kebenaran nabi dan rasul tersebut; dan tentu saja menunjukkan kekuasaan dan keesaan-Nya.

Tetapi Allah hingga kini masih menganugerahkan derajat kewalian kepada orang-orang yg Dia kehendaki sepeninggal Nabi Muhammad SAW. Dia mengangkat mereka sebagai wali-Nya sebagai bukti bagi orang hari ini atas kebenaran yg dibawa oleh para nabi dan rasul-Nya.

Allah membekali para wali-Nya dgn karamatul auliya atau keramat para wali. Keramat merupakan kejadian di luar kebiasaan seseorang tanpa mendakwakan diri sebagai nabi dan rasul.

Karamatul auliya yg Allah berikan dapat berbentuk ijabah doa, kemunculan makanan tanpa sebab yg jelas di waktu kesulitan, kemunculan air di waktu kehausan, kemudahan menempuh jarak tertentu dalam tempo singkat, keselamatan dari intaian musuh, mendengar suara petunjuk dari hatif (suara tanpa kehadiran orang yg mengatakannya), dan banyak lagi peristiwa di luar kebiasaan sehari-hari yg tak lazim. (Abul Qasim Al-Qusyairi, Ar-Risalatul Qusyairiyyah, [Kairo, Darus Salam: 2010 M/1431 H], halaman 191).

Keramat para wali Allah yg diangkat oleh Al-Qur’an antara lain ialah keramat yg diberikan kepada Maryam yg memiliki makanan di luar musimnya, keramat ashabul kahfi, keramat Khidhir (yg dianggap sebagai wali, bukan nabi, oleh sebagian ulama).

Adapun keramat para wali Allah yg diangkat oleh hadits Nabi Muhammad SAW antara lain ialah kisah Juraij, rahib di tengah Bani Israil, anak bayi yg dapat berbicara kepada ibunya terkait cita-citanya kelak, hadits tiga orang Bani Israil yg terperangkap dalam gua, sapi yg dapat berbicara kepada manusia, dan hadits Uwais Al-Qarni.

Semua ini ialah keramat para wali yg masyhur di masyarakat. Adapun berikut ini ialah keramat para wali Allah yg lebih besar ketimbang “keajaiban-keajaiban” di luar kelaziman sebagaimana telah disampaikan sebelumnya.

واعلم أنَّ من أجلّ الكرامات التي تكون للأولياء: دوام التوفيق للطاعات، والعصمة عن المعاصي والمخالفات

Artinya, “Ketahuilah, keramat paling mulia bagi para wali ialah senantiasa taufik Allah buat berbuat taat kepada-Nya dan perlindungan-Nya (atas wali-Nya) dari maksiat dan pelanggaran,” (Al-Qusyairi, 2010 M/1431 H: 192).

Dengan demikian, kita tak hanya menjadikan kejadian di luar kelaziman seseorang sebagai indentifikasi atas kewaliannya. Tetapi yg patut diperhitungkan sebagai keramat para wali ialah taufik Allah pada seseorang yg membuatnya terus-menerus ibadah dalam arti yg luas kepada Allah dan perlindungan-Nya dari kemaksiatan.

Inilah ragam keramat para wali Allah yg menunjukkan kebenaran para nabi dan rasul utusan Allah dan juga menunjukkan kekuasaan serta keesaan-Nya.

Penulis: Alhafiz Kurniawan

Editor: Abdullah Alawi





Uncategorized

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.