Kenapa Nabi Muhammad Saw Tidak Mengadakan Peringatan Maulid?

Nabi Muhammad saw memuliakan Rabiul Awwal tahun 571 M sebagai bulan kelahirannya (maulid). Nabi Muhammad saw memberikan isyarat pemuliaan bulan Rabiul Awwal tersebut melalui sabdanya perihal puasa hari Senin.

Suatu hari seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah saw puasa hari Senin. Rasulullah saw pun menjawab bahwa Senin ialah hari kelahirannya (maulid).

ذَاكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ فِيهِ, وَبُعِثْتُ فِيهِ, أَوْ أُنْزِلَ عَلَيَّ فِيهِ

Artinya, “Itu (puasa Senin) hari aku dilahirkan, aku diutus, atau hari wahyu diturunkan kepadaku,” (HR Muslim).

Waktu kelahiran Nabi Muhammad saw (maulid dgn pembacaan kitab-kitab rawi) diperingati setiap tahunnya di banyak tempat di pelosok dunia. Waktu kelahirannya disambut gembira oleh segenap umat Islam sebagai simbol terbitnya fajar baru peradaban dunia dan nilai-nilai kemanusiaan sekaligus keilahian.

Namun demikian, Rasulullah saw sendiri tak pernah mengadakan peringatan maulid (kelahirannya). Rasulullah saw tentu memiliki alas an khusus kenapa ia tak menggelar peringatan maulid semasa hidupnya.

Hal ini kadang menjadi alasan bagi sekelompok orang buat membidahkan praktik peringatan maulid Nabi yg isinya zikir bersama, qira’atul qur’an, pelantunan shalawat, pembacaan kitab rawi (kitab sejarah hidup Nabi Muhammad saw).

Adapun terkait ini, Syekh Jalaluddin As-Suyuthi dalam karyanya Husnul Maqshid fi Amalil Mawlid menjelaskan kenapa Nabi Muhammad saw tak menyelenggarakan peringatan maulid (kelahiran Nabi Muhammad saw) pada hari Senin, bulan Rabiul Awwal, semasa hidupnya. Berikut ini kutipannya:

 

وإن كان النبي صلى الله عليه وسلم لم يزد فيه على غيره من الشهور شيئا من العبادات وما ذلك إلا لرحمته صلى الله عليه وسلم بأمته ورفقة بهم لأنه صلى الله عليه وسلم كان يترك العمل خشية أن يفرض على أمته رحمة منه بهم

Artinya, “Nabi Muhammad saw tak menambahkan sedikitpun ibadah pada bulan Rabiul Awwal dibanding bulan lainnya kecuali sebab kasih sayg dan keramahan Nabi Muhammad saw terhadap umatnya. Rasulullah saw meninggalkan amal tersebut sebab khawatir datang perintah kewajiban buat umatnya; (ia meninggalkannya) sebagai bentuk rahmatnya terhadap mereka.” (Jalaluddin As-Suyuthi, Husnul Maqshid fi Amalil Mawlid, [Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyyah: tanpa tahun], halaman 67).

Keengganan Rasulullah saw buat menyelenggarakan peringatan maulid semasa hidupnya mengandung hikmah tersendiri. Keengganan itu tak lain merupakan bentuk kasih sayg Nabi Muhammad saw supaya tak menambah beban bagi umatnya ke depan. Wallahu a’lam.

 

Alhafiz Kurniawan, Redaktur Keislaman NU Online

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.