Keunggulan Anggota Majelis Syura yg Menunjuk Utsman sebagai Khalifah (II)

Pada pembahasan sebelumnya, penulis telah paparkan tiga dari enam sahabat yg menjadi anggota Majelis Syura, sebuah tim yg bertugas buat memusyawarahkan sekaligus menyepakati siapa yg layak menjabat sebagai khalifah sepeninggal Umar. Berikutnya, terpilihlah Utsman bin Affan sebagai pengganti Umar.

 

Baca juga: Keunggulan Anggota Majelis Syura yg Menunjuk Utsman sebagai Khalifah (I)

Pada kali ini, penulis mau paparkan tiga anggota yg lain, yaitu Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqash, dan Thalhah bin Ubaidillah. Penjelasan ini berdasarkan catatan Ibnul Atsir dalam kitabnya, Usdul Ghâbah fi Ma’rifatish Shaḫâbah, sebuah kitab ensiklopedia yg cukup komplit menjelaskan biografi sahabat-sahabat Nabi Muhammad saw.

Abdurrahman bin Auf

Abdurrahman bin Auf lahir 20 tahun setelah peristiwa pasukan gajah menyerbu Kota Makkah dan masuk Islam sebelum Rasulullah saw memasuki Darul Arqam. Ia termasuk golongan sahabat yg lebih dulu memeluk Islam (as-sabiqunal awwalun) dan merupakan salah satu dari lima orang yg masuk Islam di bawah tangan Abu Bakar ash-Shiddiq. Tercatat juga, Abdurrahman sebagai sahabat yg hijrah ke Madinah lebih awal.

Abdurrahman terlibat aktif dalam berbagai peperangan, termasuk dua perang besar dalam sejarah, yaitu Perang Badar dan Perang Uhud. Seusai perang Uhud, ditemukan 21 luka pada tubuhnya. Salah satu lukanya berada di kaki yg mengakibatkannya pincang, termasuk dua gigi serinya juga patah.

Rasulullah pernah mengutusnya ke Kota Daumatul Jandal menemui Kalb buat misi dakwah. Saat itu, Rasulullah berpesan padanya, “Jika Allah memberimu kemenangan, menikahlah dgn putri raja mereka.”

 

Benar saja, Abdurrahman berhasil menaklukan Daumatul Jandal dan menikahi putri raja yg bernama Tumadhir binti Ashbagh. Dari pernikahannya itu, Abdurrahman melahirkan putra yg bernama Abu Salamah. Pernah juga Rasulullah menjadi makmum shalat padanya saat dalam perjalanan.

Abdurrahman juga terkenal sebagai sahabat yg gemar menginfakkan harta di jalan Allah. Konon, dalam satu hari ia dapat membebaskan tiga puluh hamba sahaya.

 

Ma’mar az-Zuhairi pernah mengatakan, “Pada masa Rasulullah, Abdurrahman bin Auf menyedekahkan separuh hartanya, kemudian bersedekah sebanyak 40 ribu, 40 ribu dinar, 500 kuda perang, dan 500 tunggangan lainnya buat fasilitas perang.”

Abdurrahman juga termasuk salah satu sahabat yg telah dijanbilan masuk surga oleh Rasulullah saw.

Sa’ad bin Abi Waqash

Sa’ad bin Abi Waqash termasuk golongan sahabat yg lebih dulu memeluk Islam (as-sabiqunal awwalun), tepatnya pada usia 17 tahun sebelum turun syariat shalat lima waktu. Ia tercatat sebagai salah satu dari sepuluh pemuka sahabat. Ia juga terlibat aktif  dalam berbagai peperangan, termasuk dua perang besar dalam sejarah, yaitu Perang Badar dan Perang Uhud.

Sa’ad dikenal sebagai sosok yg pemberani. Dikisahkan, saat masih fase dakwah rahasia di Makkah, para sahabat melaksanakan shalat dgn bersembunyi di balik bukit supaya tak diketahui oleh orang-orang Musyrik.

 

Sekali waktu saat para sedang shalat, tiba-tiba mereka dipergoki oleh sekelompok orang Musyrik dan mengganggu para sahabat serta mengejek agama Islam, sampai terjadi bentrok antar kedua belah pihak.

Dengan gagah, Sa’ad berhasil mendaratkan hantaman dgn rahang unta pada salah satu orang Musyrik sampai berdarah. Itulah darah pertama yg tumpah sejak Islam didakwahkan. Ini cukup menunjukkan keberanian Sa’ad, mengingat pada fase itu, kekuatan Muslim masih kalah dibanding musuh.

Sa’ad juga termasuk sahabat yg doanya mustajab. Rasulullah saw sendiri pernah berdoa buatnya, “Ya Allah, jadikanlah doa Sa’ad sebagai doa yg diijabah.” 

Sa’ad juga menjadi sebab turunnya salah satu ayat Al-Qur’an, yaitu surat Luqman ayat 15.

Thalhah bin Ubaidillah

Thalhah bin Ubaidillah termasuk golongan sahabat yg lebih dulu memeluk Islam (as-sabiqunal awwalun) di bawah tangan Abu Bakar ash-Shiddiq. Begitu ia menyatakan Muslim, Naufal bin Khuwailid bin Al-‘Adawiyah (salah satu orang Quraisy yg cukup berpengaruh) mengikatnya dgn Abu Bakar di sebuah gunung. Tidak ada orang yg berani mencegahnya, termasuk suku Thalhah sendiri, Bani Tamim. Dari peristiwa pengikatan ini, Thalhah dan Abu Bakar dijuluki Al-Qarînain (dua sahabat).

Thalhah termasuk sahabat yg terlibat aktif dalam berbagai peperangan, termasuk Perang Uhud. Ia juga terlibat dalam Bai’atur Ridhwan. Dedikasinya buat Nabi tak diragukan lagi. Dikisahkan, saat kondisi genting di Perang Uhud dan Rasulullah hampir menjadi bulan-bulanan pasukan lawan, dgn gagah Thalhah rela menjadikan tubuhnya sebagai tameng bagi Rasulullah. Dengan kondisi jari-jarinya yg putus dan kepalanya tertikam, ia masih sempat mengefakuasi Rasuulullah dgn menggendongnya.

Keberaniannya dalam berbagai peperangan dibuktikan dgn beberapa julukan yg Nabi sematkan buatnya. Saat perang Uhud, Nabi menjulukinya Thalhah al-Khair; saat perang ‘Usrah, Nabi menjulukinya Thalhah al-Fayyadh; dan saat perang Hunain, Nabi menjulukinya Thalhah al-Jûd. Dalam tradisi Arab, salah satu fungsi julukan ialah sebagai bentuk pujian atas sebuah prestasi.

Ali bin Thalib pernah mendengar Rasulullah bersabda, “Thalhah dan Zubair mau menjadi tetanggaku di surga nanti.”

Setelah kewafatannya, Thalhah dimimpikan oleh seorang laki-laki. Dalam mimpi itu, Thahlah berpesan supaya jasadnya dipindahkan sebab makamnya tergenangi air. Laki-laki itu mengalami mimpi yg serupa hingga tiga kali. Ia itu pun menceritakan mimpi tersebut kepada Ibnu Abbas. Benar saja, ketika makamnya dibongkar, tanahnya telah berwarna kehijauan akbiat pengaruh air yg menggenang.

Jasad Thalhah masih utuh, bahkan di kedua matanya seperti ada Kafur (sejenis wewangian). Orang-orang kemudian membeli salah satu rumah milik Abu Bakrah dgn harga 10 ribu dinar buat dijadikan makam Thalhah yg baru.

Thalhah merupakan satu dari sepuluh sahabat Nabi yg dijanbilan masuk surga semasa hidupnya.

Dari pemaparan di atas, jelas bahwa ketiga anggota tim Majlelis Syura tersebut ialah orang-orang yg memiliki spesifikasi cukup mapan, baik di sisi Nabi, Umar yg menunjuk langsung sebagai anggota Majelis Syura, maupun Muslim secara keseluruhan. 

Tentu, tulisan yg singkat ini belum mewakili semua data terkait keunggulan mereka. Tidak menuntut kemungkinan pula ada perbedaan data dari sumber lain.

 

Lebih lengkapnya, kita dapat membuka kitab-kitab sejarah dan biografi langsung seperti Al-Kâmil Fit Târîkh karya Ibnul Atsir, Tarîkh At-Thabarî karya At-Thabari, Al-Ishâbah Fi Tamyîzish Shaḫâbah karya Ibnu Hajar, Usdul Ghâbah Fi Ma’rifatish Shaḫâbah karya Ibnul Atsir, dan lain sebagainya. Wallâhu a’lam.

Muhamad Abror, alumnus Pondok Pesantren KHAS Kempek-Cirebon dan Ma’had Aly Sa’idusshiddiqiyah Jakarta

Uncategorized

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.