Memahami Shalat Lahir & Batin

Memahami Shalat Zahir dan Batin

Seluruh Muslim di dunia ini sepakat tanpa ada perbedaan mengenai kewajiban shalat. Sejak kecil orang tua telah mengajarkan anak-anaknya buat mendirikan shalat. “Wa aqîmus shalata, dan dirikanlah shalat” telah lekat di otak kita masing-masing, lantas mengapa Allah SWT menggunakan lafaz aqîmû (dirikanlah) bukan shallû (shalatlah)?

Imam Al-Muhasibi mengingatkan kita semua dalam kitabnya Risalatul Mustarsyidin:

وَقُمْ بَيْنَ يَدَيْه فِي صَلَاتِكَ جُمْلَةً

Artinya, “Dirikanlah shalat di hadapan Allah SWT dgn seluruhnya,” (Lihat Al-Harits Al-Muhasibi, Risâlatul Mustarsyidin, [Darus Salam], halaman 132).

Abdul Fattah Abu Guddah memberi penjabaran mengenai nasihat Al-Harits Al-Muhasibi di atas, bahwa yg dimaksud dgn mendirikan shalat seluruhnya ialah, engkau mendirikan shalat dgn seluruh jiwa ragamu yg terdiri dari jiwa, hati dan akal seraya menyempurnakan bentuk dan adab dalam shalat, maka makna inilah yg dimaksud dari mendirikan shalat.

Abdul Fattah Abu Guddah menyebutkan dalam komentarnya atas Kitab Al-Muhasibi di atas:

وإقامة الصلاة معناها أداؤها كاملة الأركان والشروط الظاهرة والباطنة

Artinya, “Mendirikan shalat maknanya ialah melaksanakan secara sempurna rukun-rukun dan syarat-syarat yg lahir dan batin,” (Lihat Al-Harits Al-Muhasibi, Risâlatul Mustarsyidin, [Darul Salam], halaman 132).

Jika seseorang telah mendirikan shalat dgn makna seperti yg disebutkan di atas, maka shalatnya mau membuahkan hasil. Untuk mendapatkan hasil tersebut, seorang yg mendirikan shalat mesti melengkapi rukun dan syarat yg lahir dan yg batin.

Maka perkara lahir yg mesti disempurnakan ialah berupa ketenangan diri dan khusyu’ di dalam sujud dan ruku‘, serta berusaha memahami dan memperhatikan bacaan shalat yg berupa zikir, doa dan yg lainnya.

Adapun perkara batin yg harus disempurnakan yaitu menghadirkan rasa takut kepada Allah, dan menghadirkan sifat ihsan ketika shalat, artinya ia beribadah seakan-akan Allah melihatnya, bila tak dapat juga, maka sesungguhnya Allah melihatnya. Tatkala ia dapat menghadirkan rasa ini, kesibukan apapun takkan terlintas di benaknya, sebab keagungan Allah telah menyelimutinya.

Makna shalat inilah yg dimohon pertama kali oleh Nabi Ibrahim dari Allah SWT bagi keluarganya, Nabi Ibrahim berdoa:

رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ

Artinya, “Ya Tuhanku, Jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yg tetap mendirikan shalat, Ya Tuhan Kami, terimalah doaku,” (Surat Ibrahim ayat 40).

Begitu pula Allah memerintahkan Nabi Muhammad buat mengajak keluarganya mendirikan shalat dgn makna seperti diatas, serta sabar menghadapi kesulitan dalam melaksanakannya, sebagaimana firman Allah SWT:

وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًا نَحْنُ نَرْزُقُكَ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَى

Artinya, “Perintahkanlah keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yg memberi rezeki kepadamu. Akibat (yg baik) itu ialah bagi orang yg bertakwa,” (Surat Thaha ayat 132).

Sebagaimana disebutkan di atas, shalat yg sempurna mau membuahkan hasil. Di antara hasil shalat yg baik ialah tercegahnya seseorang dari kelakuan maksiat dan buruk. Allah menyebutkan dalam Al-Qur`an:

وَأَقِمِ الصَّلاةَ إِنَّ الصَّلاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ

Artinya, “Dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar. Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) ialah lebih besar (keutamaannya ketimbang ibadah-ibadah yg lain). Allah mengetahui apa yg kamu kerjakan,” (Surat Al-Ankabut ayat 45).

Begitu pula, ia mau tahan dari cobaan yg menerpanya, serta menghalau segala masalah dgn hati yg tenang. Disebutkan dalam Surat Al-Baqarah ayat 153:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ

Artinya, “Hai orang-orang yg beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yg sabar,” (Surat Al-Baqarah ayat 153).

Dan masih banyak nilai berharga yg didapatkan dari shalat yg sempurna. Maka jangan heran bila banyak orang bertanya, “mengapa orang Islam shalat lima waktu namun tak semua dari mereka baik perangai dan perbuatannya?” Jawabannya sebab mereka melaksanakan shalat masih berupa amalan lahirnya, belum mendirikan shalat yg sesungguhnya sebagaimana yg dijelaskan di atas.

Semoga kita dapat mengamalkan “shalat” di setiap detik kehidupan kita. Agar ibadah lima waktu yg kita kerjakan setiap hari ini memiliki buah hasil yg bermanfaat bagi diri sendiri, maupun orang lain, di dunia maupun di akhirat. Amn. (Ustadz Amien Nurhakim)





Uncategorized

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.