Mengaku NU? Ini Kriteria Nahdliyin Menurut KH Ali Maksum

– Habib Hasyim Basyaiban mengungkapkan bahwa kebangkitan kedua atau an-nahdlah ats-tsaniyah Nahdlatul Ulama dapat terwujud bila setiap warga warga NU setidaknya memenuhi sejumlah kriteria nahdliyin, mau dan mampu berproses menjadi baik.

Hal tersebut diungkapkan dalam tausiah pada peringatan hari lahir ke-96 Nahdlatul Ulama dan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW.

Kegiatan diselenggarakan Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Kajen, Pekalongan, Jawa Tengah, Jumat (5/4). Acara dipusatkan di Madrasah Diniyah Sullamut Taufiq Dusun Sajimerto Desa Salit Kajen Pekalongan.

Dilansir dari Nu Online (06/04), Habib Hasyim Menyitir perkataan KH Ali Maksum yg mengemukakan bahwa buat menjadi warga NU yg baik seseorang harus memenuhi beberapa kriteria nahdliyin.

“Pertama, al-amalu binahdlatil ulama yakni mau mengamalkan amaliah Ahlussunnah wal Jamaah an-Nahdliyah dalam kehidupan sehari-hari,” katanya.

Sedangkan kedua ialah al-ilmu binahdlatil ulama dalam artian mengetahui apa itu Nahdlatul Ulama. “Seseorang harus paham betul mengapa harus berNU dan mengerti urgensi NU sebagai wadah Ahlussunnah wal Jamaah,” terangnya.

Baca Juga:  KH Ali Maksum; Biografi Lengkap dan Kiprahnya dalam Perkembangan Nahdlatul Ulama

Dalam pandangannya, setiap nahdliyin juga harus memahami karakter khusus atau khasais NU.

“Misalnya bahwa NU dalam memahami Al-Qur’an dan hadits sebagai sumber hukum Islam selalu bersandar pada pemahaman tiga generasi terbaik dalam sejarah Islam yakni para sahabat, tabiin dan tabiit tabiin,” urainya. Karakter NU yg lain misalnya tak mudah mengafirkan kelompok lain yg berbeda pemahaman, lanjutnya.

“Ketiga, at-taallum binahdlatil ulama yaitu mau mengaji NU,” tegasnya.

Hal ini memberikan pengertian mengaji kepada kiai NU yg memiliki otoritas dan sanad keilmuan yg jelas. “Jangan sampai orang NU ngaji agamanya hanya kepada Google,” sergahnya.

Kriteria keempat ialah al-fikratu binahdlatil ulama. “Ini artinya dalam berpikir mengikuti cara dan metode NU. Jangan sampai ada orang NU tapi rasa wahabi, amaliahnya Aswaja tetapi cara berpikirnya wahabi atau khawarij,” tandasnya.

Baca Juga:  Godaan Warga NU di Akhir Zaman

Untuk kriteria kelima yakni al-jihadu binahdlatil ulama artinya mau berjuang di NU. “Karena sesungguhnya berjuang di NU sama dgn menjaga risalah Nabi SAW. Sudah saatnya orang NU merapatkan dan menyatukan barisan atau tauhidus sufuf,” jelasnya.

Sedangkan yg terakhir ialah ash-shabru binahdlatil ulama. “Yakni mampu bersabar dalam berjuang dan berkhidmat di NU,” katanya.

KH Ahmad Muzaki mengingatkan dua tugas penting Nahdlatul Ulama yakni menjaga agama Islam dan Negara Kesatuan Republik Indonesia atau NKRI. Keduanya harus dapat diemban dgn baik dan berjalan secara beriringan.

“NU mau selalu siap menjadi garda terdepan dalam membela agama, bangsa, dan negeri. Setiap upaya yg mau memecah belah bangsa, merongrong persatuan dan kesatuan negeri mau berhadapan dgn NU,” tegas Ketua MWCNU Kajen ini ketika sambutan.

Baca Juga:  Peduli Korban Gempa Maluku, NU Salurkan Bantuan Kemanusiaan

Lebih lanjut Kiai Muzaki menyampaikan bahwa dalam rangka memperingati hari lahir ke-96 NU, MWCNU Kajen telah menggelar serangkaian kegiatan antara lain ziarah tokoh NU, istighatsah, dan doa bersama demi terwujudnya pemilu damai.

Ada juga pemberian santunan yatim, donor darah, serta ditutup pengajian umum dalam rangka Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW.





Uncategorized

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.