Khutbah I
صَدَقَ الله٠العَظÙيمْ
Jamaah Jumat rahimakumullah,
Rasulullah SAW telah bersabda dalam sebuah hadits yg diriwayatkan dari Abu Hurairah RA bahwa kelak pada hari Kiamat Allah SWT mau memberikan perlindungan kepada tujuh (golongan) orang. Salah satunya ialah golongan pemuda yg menyibukkan dirinya dgn beribadah kepada Allah sebagaimana disebutkan dalam penggalan hadits berikut:
Artinya: “Pemuda yg tumbuh dan berkembang dgn beribadah kepada Allah SWTâ€.
Jamaah Jumat rahimakumullah,
Masa muda ialah masa di mana nafsu atau syahwat sedang menggelora sehingga tak jarang banyak pemuda terjerumus dalam kemaksiatan. Apalagi mereka yg telah terpengaruh oleh pandangan hidup hedonis, seperti “Muda foya-foya; tua kaya raya; dan mati masuk surgaâ€. Pandangan itu jelas keliru sebab tak logis dan tak berdasar. Bagaimana mungkin dgn hidup foya-foya mau menjadi kaya raya di usia tua? Lalu bagaimana mau mati masuk surga dgn foya-foya di usia muda dan menumpuk harta di usia tua? Semboyan hidup ini memang keliru dan harus ditinggalkan sebab tak mendidik dan bahkan menjerumuskan.
Namun, pemuda yg mampu mengisi hari-harinya dgn ibadah kepada Allah ialah yg terselamatkan baik di dunia mamupun di akhirat, sebagaimana Ashabul Kahfi (para pemuda Kahfi) yg menghindari kezaliman penguasa demi mempertahankan aqidah mereka dan keleluasaan beribadah kepada Allah SWT. Dalam surah ke-18 di dalam Al-Qur’an ini, Allah SWT menceritakan kisah para pemuda itu. Surah itu diberi nama Al-Kahfi sesuai dgn nama kelompok pemuda tersebut. Penamaan surah ini menjadi bukti bahwa Ashabul Kahfi mendapat perhatian besar di dalam Al-Qur’an.
Jamaah Jumat rahimakumullah,
Ashabul Kahfi ialah nama sekelompok pemuda beriman yg hidup pada masa Raja Diqyanus di Romawi, beberapa ratus tahun sebelum diutusnya Nabi Isa AS. Mereka hidup di tengah masyarakat penyembah berhala dgn seorang raja yg dzalim. Ketika sang raja mengetahui ada sekelompok pemuda yg tak menyembah berhala, maka sang raja marah lalu memanggil dan memerintahkan mereka buat mengikuti kepercayaan sang raja. Tapi Ashabul Kahfi menolak perintah itu dan lari menjauh dari sang raja. Dikejarlah mereka buat dibunuh. Namun, mereka selamat dari kejaran pasukan raja dgn bersembunyi di sebuah gua.
Kisah tersebut antara lain bersumber dari ayat 10 Surah Al-Kahfi sebagai berikut:
Artinya: “(Ingatlah) tatkala pemuda-pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua lalu mereka berdoa: “Wahai Tuhan kami berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yg lurus dalam urusan kami (ini)”.
Ashabul Kahfi mencari tempat berlindung di sebuah gua demi menyelamatkan diri dari ancaman pembunuhan oleh pasukan Raja Diqyanus sebab menolak buat berhenti menyembah Allah SWT. Mereka berdoa supaya Allah SWT senantiasa memberinya petunjuk yg lurus dalam setiap urusan yg mereka hadapi. Usaha mereka buat bersembunyi di gua dan doa-doa mereka supaya Allah senantiasa memberinya petunjuk merupakan bukti bahwa Ashabul Kahfi ialah sekelompok pemuda yg gigih mempertahakan iman, yakni iman tauhid yg hanya menyembah Allah SWT.
Dengan perlindungan Allah SWT mereka kemudian tidur selama bertahun-tahun di dalam gua itu. Kisah ini dapat kita temukan sumbernya pada ayat 11 Surah Al-Kahfi sebagai berikut:
Ùَضَرَبْنَا عَلَى آذَانÙÙ‡Ùمْ ÙÙÙŠ الْكَهْÙ٠سÙÙ†Ùينَ عَدَدًا
Artinya: “Maka Kami tutup telinga mereka bertahun-tahun dalam gua itu.”
Allah melindungi mereka dgn membuat mereka tak mendengar apa-apa. Dengan cara ini mereka tidur nyenyak hingga ratusan tahun. Berapa lama sebenarnya mereka tidur dalam gua itu menjadi perdebatan di antara dua kelompok dalam Ashbul Kahfi sendiri ketika telah bangun sebagaimana dapat kita lihat pada ayat 12 berikut ini:
Artinya: “Kemudian Kami bangkitkan mereka (dari tidurnya) buat Kami menguji siapakah dari dua golongan di antara mereka yg lebih tepat kiraannya, tentang lamanya mereka hidup (dalam gua itu)”.
Mereka kemudian bangun sebab Allah yg membangunkannya sebagaimana sebelumnya mereka tidur sebab Allah yg menidurkannya. Dengan kata lain mereka tidur selama berabad-abad itu sebab memang Allah menghendaki demikian dalam rangka menyelamatkan jiwa dan iman mereka. Ibnu Katsir dalam Tafsir Al-Qur’an al-‘Adzim; menyebut angka 309 tahun buat menunjukkan lamanya mereka tidur dalam gua. Mereka mulai tidur di jaman pemerintahan Raja Diqyanus dan baru bangun setelah raja yg berkuasa telah berganti beberapa generasi. Masyarakat beserta sang raja pada saat itu telah beriman kepada Allah SWT.
Jamaah Jumat rahimakumullah,
Sebagaimana telah disinggung sebelumnya bahwa kisah Ashabul Kahfi di dalam Al-Qur’an bukanlah kisah yg kebetulan, tetapi Allah SWT memang sengaja menceritakan kisah itu sebab banyak pelajaran berharga di dalamnya yg dapat menjadi petunjuk bagi kita semua. Kesengajaan itu dapat kita lihat pada ayat 13 Surah Al-Kahfi berikut ini:
Artinya:: “Kami ceritakan kisah mereka kepadamu (Muhammad) dgn sebenarnya. Sesungguhnya mereka itu ialah pemuda-pemuda yg beriman kepada Tuhan mereka dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk;”
Allah sengaja mengangkat kisah Ashabul Kahfi sebagai kisah teladan dari para pemuda yg memang layak buat menjadi suri teladan dari generasi ke generasi. Apalagi di zaman sekarang dimana tingkat godaan lebih besar dari pada jaman dahulu. Yang lebih ditekankan dalam kisah Ashabul Kahfi ini ialah perlunya mempertahankan iman dalam kondisi apa pun. Iman memiliki peran sangat penting sebab dari situlah mau lahir amal-amal saleh dalam kehidupan di dunia ini yg buahnya mau dinikmati terutama di akhirat nanti.
Jamaah Jumat rahimakumullah,
Hadits Nabi yg menyatakan bawa ada tujuh golongan orang yg mau mendapat perlindungan dari Allah SWT, yg salah satunya ialah para pemuda yg tumbuh dan berkembang dgn suka beribadah kepada Allah SWT, maka Ashabul Kahfi yg terdiri dari tujuh orang pemuda itu menjadi salah satu contohnya. Mereka ialah sekelompok pemuda yg tak menjadikan masa muda sebagai pembenar buat bermaksiat kepada Allah SWT dgn hidup berfoya-foya, tetapi justru banyak menghabiskan waktunya buat beribadah kepada Allah SWT. Ketika keselamatan jiwa mereka terancam, Allah melindungi mereka dgn membuatnya tidur selama berabad-abad hingga situasi kondusif.
Setelah mereka bangkit dan kembali pada kehidupan nyata, para pemuda itu melanjutkan ibadahnya kepada Allah SWT. Di dunia mereka mendapat perlindugan dari Allah SWT. Terlebih nanti di Hari Kiamat, mereka mau mendapat perlindungan dan pertolongan bersama-sama dgn keenam golongan orang lainnya, yakni: (1) para pemimpin yg adil, (2) orang-orang yg hatinya bergantung di masjid, (3) dua orang yg saling menyaygi sebab Allah, bersatu sebab Allah dan berpisah sebab Allah, (4) orang-orang yg diajak berbuat zina oleh wanita cantik dan kaya namun mereka menolak sebab takut pada Allah, (5) orang-orang yg bersedekah dgn ikhlas, dan (6) Orang-orang yg ketika mengingat Allah dalam kesendirian berlinang airmatanya.
Jamaah Jumat rahimakumullah,
Mudah-mudahan apa yg telah saya uraikan tersebut dapat bermanfaat khususnya buat diri saya sendiri, dan para jamaah pada umummya, dan lebih khusus bagi para pemuda. Semoga Allah SWT senantiasa menujukkan kita ke jalan yg diridhai-Nya. Amin, ya rabbal alamin
باَرَكَ الله٠لÙيْ وَلكمْ ÙÙÙŠ القÙرْآن٠العَظÙيْمÙØŒ ÙˆÙŽÙ†ÙŽÙَعَنÙيْ ÙˆÙŽØ¥ÙيّاكÙمْ بÙالآيات٠وذÙكْر٠الØÙŽÙƒÙيْمÙ. إنّه٠تَعاَلَى جَوّادٌ كَرÙيْمٌ Ù…ÙŽÙ„ÙÙƒÙŒ بَرٌّ رَؤÙوْÙÙŒ رَØÙيْمٌ
Khutbah II
أَمَّا بَعْد٠Ùَياَ اَيّÙهَا النَّاس٠اÙتَّقÙوااللهَ ÙÙيْمَا أَمَرَ وَانْتَهÙوْا عَمَّا Ù†ÙŽÙ‡ÙŽÙ‰ وَاعْلَمÙوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكÙمْ بÙأَمْر٠بَدَأَ ÙÙيْه٠بÙÙ†ÙŽÙْسÙه٠وَثَـنَى بÙمَلآ ئÙكَتÙه٠بÙÙ‚ÙدْسÙه٠وَقَالَ تَعاَلَى Ø¥Ùنَّ اللهَ وَمَلآئÙكَتَه٠يÙصَلّÙوْنَ عَلىَ النَّبÙÙ‰ يآ اَيّÙهَا الَّذÙيْنَ آمَنÙوْا صَلّÙوْا عَلَيْه٠وَسَلّÙÙ…Ùوْا تَسْلÙيْمًا. اللهÙمَّ صَلّ٠عَلَى سَيّÙدÙنَا Ù…ÙØَمَّد٠صَلَّى الله٠عَلَيْه٠وَسَلّÙمْ وَعَلَى آل٠سَيّÙدÙناَ Ù…ÙØَمَّد٠وَعَلَى اَنْبÙيآئÙÙƒÙŽ وَرÙسÙÙ„ÙÙƒÙŽ وَمَلآئÙكَة٠اْلمÙقَرَّبÙيْنَ وَارْضَ اللّهÙمَّ عَن٠اْلخÙÙ„ÙŽÙَاء٠الرَّاشÙدÙيْنَ أَبÙÙ‰ بَكْر٠وَعÙمَر وَعÙثْمَان وَعَلÙÙ‰ وَعَنْ بَقÙيَّة٠الصَّØَابَة٠وَالتَّابÙعÙيْنَ وَتَابÙعÙÙŠ التَّابÙعÙيْنَ Ù„ÙŽÙ‡Ùمْ بÙاÙØْسَان٠اÙلَىيَوْم٠الدّÙيْن٠وَارْضَ عَنَّا مَعَهÙمْ بÙرَØْمَتÙÙƒÙŽ يَا أَرْØÙŽÙ…ÙŽ الرَّاØÙÙ…Ùيْنَ
اَللهÙمَّ اغْÙÙرْ Ù„ÙلْمÙؤْمÙÙ†Ùيْنَ وَاْلمÙؤْمÙنَات٠وَاْلمÙسْلÙÙ…Ùيْنَ وَاْلمÙسْلÙمَات٠اَلاَØْيآء٠مÙنْهÙمْ وَاْلاَمْوَات٠اللهÙمَّ أَعÙزَّ اْلإÙسْلاَمَ وَاْلمÙسْلÙÙ…Ùيْنَ ÙˆÙŽØ£ÙŽØ°Ùلَّ الشّÙرْكَ وَاْلمÙشْرÙÙƒÙيْنَ وَانْصÙرْ عÙبَادَكَ اْلمÙÙˆÙŽØÙ‘ÙدÙيَّةَ وَانْصÙرْ مَنْ نَصَرَ الدّÙيْنَ وَاخْذÙلْ مَنْ خَذَلَ اْلمÙسْلÙÙ…Ùيْنَ ÙˆÙŽ دَمّÙرْ أَعْدَاءَ الدّÙيْن٠وَاعْل٠كَلÙمَاتÙÙƒÙŽ Ø¥ÙÙ„ÙŽÙ‰ يَوْمَ الدّÙيْنÙ. اللهÙمَّ ادْÙَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزÙÙ„ÙŽ وَاْلمÙØÙŽÙ†ÙŽ وَسÙوْءَ اْلÙÙتْنَة٠وَاْلمÙØÙŽÙ†ÙŽ مَا ظَهَرَ Ù…Ùنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدÙنَا اÙنْدÙونÙيْسÙيَّا خآصَّةً وَسَائÙر٠اْلبÙلْدَان٠اْلمÙسْلÙÙ…Ùيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمÙيْنَ. رَبَّنَا آتÙناَ ÙÙÙ‰ الدّÙنْيَا Øَسَنَةً ÙˆÙŽÙÙÙ‰ اْلآخÙرَة٠Øَسَنَةً ÙˆÙŽÙ‚Ùنَا عَذَابَ النَّارÙ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْÙÙسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْÙÙرْ لَنَا وَتَرْØَمْنَا Ù„ÙŽÙ†ÙŽÙƒÙوْنَنَّ Ù…ÙÙ†ÙŽ اْلخَاسÙرÙيْنَ. عÙبَادَالله٠! Ø¥Ùنَّ اللهَ يَأْمÙرÙنَا بÙاْلعَدْل٠وَاْلإÙØْسَان٠وَإÙيْتآء٠ذÙÙŠ اْلقÙرْبىَ وَيَنْهَى عَن٠اْلÙÙŽØْشآء٠وَاْلمÙنْكَر٠وَاْلبَغْي يَعÙظÙÙƒÙمْ لَعَلَّكÙمْ تَذَكَّرÙوْنَ وَاذْكÙرÙوا اللهَ اْلعَظÙيْمَ يَذْكÙرْكÙمْ وَاشْكÙرÙوْه٠عَلىَ Ù†ÙعَمÙه٠يَزÙدْكÙمْ ÙˆÙŽÙ„ÙŽØ°Ùكْر٠الله٠أَكْبَرْ
Muhammad Ishom, dosen Fakultas Agama Islam Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Surakarta