Pasang Surut Hubungan NU & FPI dalam Perkembangan Sejarahnya

– Dalam perkembangan sejarahnya, hubungan NU dan FPI selalu mengalami pasang surut dan tak pernah stabil. Sejak masa Gus Dur dulu, NU-FPI lebih banyak konflik ketimbang bergandgn tangan. Tak hanya konflik omongan, konflik fisik pun sering terjadi antara Laskar FPI dan Banser.

Memang, hubungan kurang baik antara NU dan FPI telah berlangsung lama. Beberapa komponen NU, kerap meminta FPI supaya dibubarkan saja sebab kerap dinilai sering menggunakan kekerasan dalam berdakwah. Banser, yg merupakan badan otonom NU dari GP Ansor, juga pernah adu bentrok dgn FPI.

Tapi, lain dulu lain sekarang. Kini, hubungan NU dan FPI ditengarai sedang bermesraan. Kiai Said Aqil Siradj, dalam sebuah ceramah beberapa waktu yg lalu, menghimbau bahwa warga NU harus menghormati para habaib, tak terkecuali juga habib Rizieq Shihab.

Padahal, dulu Kiai Said pernah menyindir Habib Rizieq sebagai contoh da’i yg kurang baik, maka sekarang Kiai Said justru meminta imam besar FPI itu buat dihormati. Hal itu disampaikan beliau disela-sela acara Istighasah yg dihadiri sejumlah ulama dan diisi dgn shalawat dan doa-doa.

Mengutip dari detik, (31/10/2019), bunyi ceramah Kiai Said kira-kira begini, “Kita harus hormat pada habaib, Allah memerintahkan Nabi Muhammad, ‘Muhammad katakana saya tak mau bayaran, nggak mau imbalan, satu yg saya minta, cintailah keturunanku’. Maka kita wajib menghormati habaib. Semua habaib nggak pandang bulu kita harus hormat, Habib Jindan, Habib Lutfi, Habib Syech”.

Baca Juga:  Apa Itu Banser dan Bagaimana Lirik Mars Banser?

Jamaah lalu menyebut Habib Rizieq, kata Kiai Said, “Habib Rizieq, iya. Alasan yg paling utama ialah sebab perintah Alquran tadi dan kedua sesama ukhuwah Islamiah”.

Boleh dibilang, dawuhnya Kiai Said di atas memiliki nilai positif yg luar biasa. Sebab, dalam sejarahnya, NU-FPI seringkali berseteru tentang berbagai masalah.

Bahkan, dulu Gus Dur pernah dihina Habib Rizieq dgn mengatakan “Gus Dur itu buta mata buta hati”. Hinaan ini berasal ketika Gus Dur berharap FPI sebaiknya dibubarkan lantaran sering membuat kegaduhan dan kekerasan.

Atas
peristiwa hinaan itu, kalangan NU yg dikomando Banser tak tinggal diam. Banser
kemudian menyiapkan pasukan khusus buat melawan FPI. Salah satunya Banser NU
di Mojokerto, siap buat turun melawan FPI.

Setelah era Gus Dur, hubungan NU dan FPI juga memanas lantaran ketua PBNU, Kiai Said Aqil Siradj, pernah menyindir Imam besar FPI, Habib Rizieq, sebagai penceramah yg tak baik.

Baca Juga:  Harlah NU Ke-95; Perjuangan Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari dalam Meneguhkan Komitmen Kebangsaan

Lebih dari itu, ketika Menag merekomendasikan 200 nama da’i penceramah, Kiai Said tak setuju nama Habib Rizieq dicantumkan sebagai salah satu dari ke 200 nama itu.

Menurut Kiai Said, da’i-da’i yg tak mampu memberikan kesejukan dan malah menebar kemarahan dan kebencian, maka ia tak boleh direkomendasikan kepada umat.

Di samping itu, ada gejolak di tubuh FPI yg tak terima dgn keberatan Kiai Said tersebut. Meskipun keberatan itu hanya diucapkan dalam kata-kata.

Belum
selesai perseteruan Kiai Said dgn FPI, kedua ormas ini berseteru lagi dalam
Pilpres 2019. Lebih tepatnya, perseteruan itu telah terjadi sejak adanya demo
berjidil-jilid di Jakarta, tapi puncaknya ketika Pilpres kemarin. Sebab, kedua
ormas ini sama-sama mengusung calonnya masih-masing.

Di tengah hingar-bingar tahun politik, NU-FPI juga berseteru dalam mempersoalkan Bendera Tauhid yg dibakar. Ini terjadi tahun 2018, di mana oknum Banser di Garut ditengarai telah membakar bendera Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Menurut FPI, ini sebentuk penghinaan terhadap Islam dan kalimat tauhid.

Namun, semua konfik itu dapat agak sedikit reda melalui ceramah menyejukkan dari Kiai Said beberapa waktu yg lalu. Menurut saya, ini sebuah fenomena yg baik dan harus disambut dgn baik, tak seharusnya kedua ormas ini (NU-FPI) berseteru terus-menerus.

Baca Juga:  PMII Geruduk Kantor Gubernur Banten Tuntut Percepatan Pembangunan

Konflik pasti terjadi dan tak mungkin dihindari, tapi jangan sampai konflik itu berujung pada perpecahan umat.

Di lain hal, perwakilan FPI, PA 212, juga mengapresiasi ucapan Kiai Said dgn mengatakan bahwa apa yg disampaikan oleh Kiai Said merupakan representasi dari pengamalan ajaran Aswaja.

Mungkin kemesraan ini hanya bersifat sementara, atau bahkan seterusnya, kita tak tahu. Tapi yg jelas, ini sebuah langkah positif yg dilakukan oleh pembesar NU, yg dapat dibilang telah memecah jalan buntu hubungan NU dan FPI selama ini panas-dmau.

Karenanya,
konflik NU-FPI jangan hanya dilihat secara struktural semata. Di bawah itu,
masih ada lapisan masyarakat yg sebenarnya mau kedua ormas besar ini dapat
berdamai dan FPI dapat sedikit mengubah pola dakwahnya supaya lebih moderat dan
anti-kekerasan.





Uncategorized

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.