Saat Gus Dur Temui Mbah Dullah Kajen dalam Senyap

KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur memilih buat terus mengikuti petuah-petuah dan nasihat sejumlah kiai dgn segala keistimewaannya, di antara petuah KH Abdullah Zen bin Salam dari Kajen, Pati, Jawa Tengah atau yg familiar disapa Mbah Dullah. Gus Dur tak mau jauh-jauh dari petuah Mbah Dullah termasuk ketika dirinya baru terpilih menjadi Presiden RI pada 1999.

Kisah yg diungkap oleh Munawir Aziz dalam salah satu artikelnya Teladan Kebangsaan Gus Dur dalam buku Merawat Kebinekaan: Pancasila, Agama dan Renungan Perdamaian (2017) menjelaskan bahwa tiga hari setelah dilantik menjadi Presiden RI, Gus Dur sowan ke kediaman Mbah Dullah di Kajen.

Lazimnya seorang pemimpin negara, Gus Dur mendapat pengawalan cukup ketat dari barisan Paspampres. Aparat keamanan juga melakukan tugasnya dgn rapi kala itu. Namun tak disangka, Gus Dur lebih memilih meninggalkan kawalan. Ia berjalan sendirian masuk ke rumah Mbah Dullah dari pintu belakang.

Sebelum meraih pintu belakang rumah Mbah Dullah, Gus Dur melewati pekarangan belakang rumah KH Sahal Mahfudh, kemudian melewati tempat jemuran para santri, dan gang-gang sempit di antara kamar-kamar pesantren. Gus Dur memilih jalan senyap tersebut dari pengawalan maupun pemberitaan media nasional yg saat itu juga turut memburu kabarnya.

Setelah mencapai Mbah Dullah, Gus Dur ndeprok, duduk lesehan di hadapan Mbah Dullah. Gus Dur mengucap salam yg kemudian diteruskan mengecum tangan lembut Mbah Dullah yg dikenal sebagai kiai sepuh dgn wajah yg bersinar, senyumnya menjernihkan, dan mauidzha hasanahnya menyejukkan.

Mbah Dullah merupakan ulama yg hafal Al-Qur’an, bahkan Hamilul Qur’an (hafal teksnya, paham isinya, dan mengamalkan). Lalu, kenapa Gus Dur memilih jalan senyap dalam menemui Mbah Dullah? Hal ini dilakukan Gus Dur sebab Mbah Dullah juga seorang kiai yg memilih jalan sunyi.

Bagi Gus Dur, Mbah Dullah merupakan salah satu ‘kiai langit’ yg menjadi tempat jujugannya. Petuahnya sangat penting mengenai hal-hal prinsip. Mbah Dullah bagi Gus Dur juga seorang ulama yg mampu memberikan ketenangan dan pencerahan di tengah pilihan-pilihan sulit.

Kaitannya dgn Mbah Dullah, Gus Dur seperti yg diceritakan KH Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus) dalam buku Gus Dur dalam Obrolan Gus Mus (2015) juga memiliki ‘kisah kewalian’ saat hendak berkunjung menemui Mbah Mutamakkin dan Mbah Dullah di Kajen.

Bedanya, Gus Dur mau bertemu Mbah Dullah di rumahnya, sedangkan Mbah Mutamakkin mau ditemui Gus Dur di makamnya yg memang tak pernah sepi peziarah.

Hal itu Gus Mus ungkapkan ketika sedang berbincang santai dgn KH Husein Muhammad. Ketika itu, Gus Mus langsung meminta Kiai Husein buat menyampaikan kemauan Gus Dur tersebut ke Mbah Dullah.

Kiai Husein langsung menuju Kajen, Margoyoso buat menemui kiai kharismatik yg lahir 1917 (informasi dari KH Ma’mun Muzayyin, menantu Mbah Dullah) ini. Kiai Husein langsung menyampaikan tujuannya menemui Mbah Dullah.

“Wah, Gus Dur tak mau bertemu dgn Mbah Mutamakkin, beliau sedang keluar,” tutur Mbah Dullah kepada Kiai Husein.

Kiai Husein sendiri telah mafhum apa yg dimaksud Mbah Mutamakkin sedang keluar seperti yg diungkapkan oleh Mbah Dullah. Orang-orang sholeh memang kerap mempunyai cara tersendiri dalam berkomunikasi meskipun secara jasad telah meninggal. Hal ini tentu di luar batas nalar manusia pada umumnya, sebab ulama mempunyai keistimewaan yg disebut karomah.

Informasi dari Mbah Dullah tersebut disimpan oleh Kiai Husein dan mau dikabarkan ketika dirinya bertemu langsung dgn Gus Dur. Kiai Husein tak mau orang lain salah paham ketika dirinya menyampaikan kabar dari salah seorang kiai sufi dan zahid (bersajaha, zuhud) tersebut.

Atas kemauannya buat sowan kepada dua orang kiai Kajen tersebut, Gus Dur pun langsung meluncur ke Kajen dan ternyata langsung menuju rumah Mbah Dullah. Gus Dur sendiri tak mampir ke rumah Kiai Husein. Kiai Husein pun tak sempat mengabari Gus Dur mengenai penjelasan Mbah Dullah terkait kabar Mbah Mutamakkin.

Usai tiba di kajen, mestinya Gus Dur menemui Mbah Mutamakkin terlebih dahulu sebelum menuju rumah Mbah Dullah. 

“Lah, jarene (katanya) menemui Mbah Mutamakkin dulu, kok ke sini (rumah Mbah Dullah) dulu?” Gus Dur menjawab singkat, “Mbah Mutamakkin ora ono, lagek metu (Mbah Mutamakkin tak ada, sedang keluar).” (Fathoni)





Uncategorized

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.