Saat Imam al-Ghazali Risau Mendengar Kekalahan Islam di Andalusia

Sang Hujjatul Islam Imam Abdul Hamid Muhammad al-Ghazali atau yg dikenal Imam al-Ghazali ialah ulama yg tak hanya seorang faqih, sufi, maupun filosof, tetapi juga seorang yg mempunyai perhatian serius terhadap kepemimpinan.

Baginya, seorang umara mempunyai tugas penting dalam memperhatikan kesejahteraan dan keamanan rakyatnya. Apalagi saat itu kepemimpinan Islam tak sedikit mendapat represi dari kelompok-kelompok lain demi kepentingan kekuasaan. Seperti kondisi umat Islam di Andalusia.

Sangat risau mendengar kekalahan dan penderitaan kaum Muslimin di Andalusia, Imam al-Ghazali (1058-1111 M) menulis surat kepada Raja Maghribi Yusuf Ibnu Tasyfin yg isinya cukup menggemparkan, sebagai berikut:

“Pilihlah salah satu di antara dua, memanggul senjata buat menyelamatkan saudaramu-saudaramu di Andalusia atau engkau turun tahta buat diserahkan kepada orang lain yg sanggup memenuhi kewajiban tersebut.” 

Isi surat dari penulis kitab Ihya’ Ulumiddin tersebut diungkap B. Wiwoho dalam buku karyanya Bertasawuf di Zaman Edan: Hidup Bersih, Sederhana, dan Mengabdi (2006). Sikap tegas al-Ghazali tentu tak lepas dari konteks perjuangan Islam di Andalusia saat itu. Kelemahan dalam kepemimpinan, konflik internal, dan kekuatan musuh yg semakin banyak ialah di antara sebab jatuhnya masa-masa kejayaan Islam di Andalusia.

Al-Ghazali sendiri merupakan salah seorang ulama masyhur yg hidup ketika Islam di Andalusia mencapai kejayaan emasnya. Tercatat ilmuwan-ilmuwan Muslim yg lahir dari kemajuan peradaban Islam di Spanyol, Ibnu Bajjah, Ibnu Rusyd, Ibnu Arabi, Al-Farabi, Ibnu Sina, dan lain-lain. Kejayaan Islam di Andalusia tak lepas dari perkembangan peradaban ilmu pengetahuan.

Sejumlah displin ilmu dan berbagai teori yg ditemukan oleh para ilmuwan Muslim merupakan pintu masuk bagi perkembangan Islam di Barat, khususnya Eropa. Namun, kepemimpinan yg lemah kerap menjadi faktor runtuhnya masa Islam. Meski demikian, ilmu pengetahuan yg dikembangkan ilmuwan-ilmuwan Muslim tetap masyhur meskipun saat ini masyarakat justru lebih banyak mengenal teori-teori pembaruan yg lahir dari para ilmuwan Barat.

Ketegasan al-Ghazali dalam merespon kepemimpinan Islam di Andalusia merupakan kegelisahan seorang ulama kepada umara-nya. Kritisnya Imam al-Ghazali tak lebih dari perhatian dan kasih sayg kepada seorang pemimpin buat tujuan yg lebih luas, kesejahteraan rakyatnya. Seorang pemimpin wajib melindungi rakyatnya bila mereka dalam kondisi menderita sebab perang. Seperti yg dimaksud al-Ghazali dalam isi suratnya di atas.

Mengenai rakyat, penguasa, dan ulama, al-Ghazali dalam kitab At-Tibbr al-Masbuk fi Nasihat al-Muluk atau Nasihat Bagi Penguasa menjelaskan bahwa watak dan perangai rakyat merupakan buah atau hasil dari watak dan perangai pemimpinnya.

Sebab menurut al-Ghazali, keburukan yg dilakukan orang awam hanyalah meniru dan mengikuti perbuatan para pemimpinnya. Pemimpin di sini tak hanya ditujukan kepada satu orang saja dalam pemerintahan, tetapi juga para pemangku kebijakan di segala sektor. (Fathoni)





Uncategorized

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.