Nabi Muhammad saw sebagai uswah atau teladan bagi umatnya. Beliau laksana oase di tengah padang pasir, sumber cahaya di tengah kegelapan.
Rasulullah saw menunjukkan cinta kasih yg tertinggi terhadap orang-orang yg beriman, sebagaimana tertuang dalam firman Allah swt:
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat mengmaukan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayg terhadap orang-orang mukmin. (QS at-Taubah : 128)
Dikisahkan, ketika salah seorang sahabat beliau wafat, beliau bertanya kepada orang-orang di pemakaman apakah almarhum memilik utang? Nabi membacakan ayat di atas dan mengumumkan, siapa pun yg telah memberi pinjaman kepada almarhum supaya datang menemui beliau buat pelunasan utangnya.
Rasulullah saw sebagai sosok kebanggaan umat manusia ini selalu menghargai setiap orang. Dalam berbuat baik kepada orang lain, beliau tak memandang agama yg dianut oleh manusia.
Dikisahkan dalam sebuah riwayat bahwa setiap kali Rasulullah membuka pintu pagi-pagi buat menjalankan shalat Subuh di masjid, telah tertumbuk di ambang pintu rumah beliau kotoran. Nabi mengambil air dan membersihkan tempat itu dahulu, baru dapat meneruskan niatnya buat shalat subuh di masjid.
Keesokan harinya, bukan setumpuk kotoran manusia yg beliau dapatkan di muka pintu, malah dua tumpuk besar. Dan esok harinya, bertambah lagi hingga tingga gundukan besar. Demikianlah selanjutnya. (baca Muhammad Husain Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, 2007)
Namun Nabi tak mengeluh. Dengan sabar beliau bersihkan sendiri tempat bernajis itu tiap hari, sampai akhirnya orang jahat yg melakukan perbuatan keji itu merasa bosan sendiri dan menghentikan tindakannya menumpuk kotoran di depan pintu rumah Nabi Muhammad.
Begitulah teladan Rasulullah dalam menghadapi orang-orang yg jahat dan mau mencelakakannya. Beliau membalasnya dgn kebaikan. Air tuba dibalas air susu. Dan ini membuat musuh-musuhnya malu, insyaf, lalu meminta maaf, bahkan ada pula yg menerima risalah Rasulullah. Kecuali, tentu saja, Abu Jahal, sebab gembong kaum musyrikin ini, meski mengetahui kebenaran risalah Rasulullah, hatinya telah tertutup oleh kesombongannya.
Itulah teladan yg ditunjukkan oleh junjungan kita nabi besar Muhammad dalam membalas kejahatan orang lain yg ditimpakan kepada beliau. Kesabaran dan kasih sayg beliau justru kerap kali melunakkan hati para musuhnya.
Nabi Muhammad ialah manusia kasih sayg. Beliau sering kita sebut dalam dzikir-dzikir kita dgn sebutan: Habibullah. Alias kekasih Allah. Yang memiliki arti dia mencintai dan dicintai Allah. Para sufi seperti Imam Rabbani, Maulana Khalid dan Syah Waliyyullah Addahlawi mengatakan bahwa cinta ialah peringkat yg tertinggi.
Satu peristiwa lain yg berhubungan dgn cinta, belas kasih dan toleransi beliau yg luas kepada umat manusia terjadi selama Penaklukan kota Makkah (Fatkhu Makkah). Setelah penaklukan selesai, semua orang berkumpul di sekitar Nabi Muhammad dan menatap mata beliau, mereka mulai menunggu beliau membuat keputusan mengenai nasib mereka.
Sampai di saat-saat terakhir, sebuah kelompok kecil, yg di antaranya ialah anak Abu Jahal, Ikrimah, telah menghadang orang-orang muslim buat memasuki Makkah. Sekali lagi, rasa kekerasan dan dendam mereka meradang. Pada ketika kondisi dan suasana yg begitu tegang ini, Rasulullah saw bertanya kepada orang-orang Makkah yg menunggu dgn antisipasi dan kecemasan, “Apa yg dapat aku lakukan buat kalian?” tanya beliau.
Beberapa orang Makkah yg tahu benar betapa mulia, pemaaf dan kemurahan hati beliau, tak kuasa menahan diri dan menunjukkan perasaan dan berkata, “Engkau ialah orang yg paling murah hati dan paling mulia.” Tujuan Nabi Muhammad saw ialah bukan harta maupun kekayaan, bukan juga soal kekuasaan, bukan juga penaklukan. Tujuan beliau ialah buat menyelamatkan umat manusia.
Penulis: Fathoni Ahmad
Editor: Muchlishon