Syukur merupakan salah satu sifat mahmudah yg harus dimiliki seorang muslim. Syukur taklah sekedar ungkapan  rasa terimakasih seorang hamba kepada Allah swt, tetapi juga merupakan wahana menuju (wushul) kepada Allah swt.<>
انالØÂمد لله الذى أرسل رسوله بالهدى ودينالØÂÙ‚ ليظهره على الدينكله. أرسله بشيرا ونذيرا وداعيا الى الله Ø¨Ø§Ø°Ù†Ù‡ وسراجا منيرا. أشهد انلا اله الا الله ÙˆØÂده لا شريك له. شهادة اعدها للقائه ذخرأ. واشهد انمØÂمدا عبده Ùˆ رسوله. ارÙÂع البرية قدرا. اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا Ù…ØÂمد وعلى أله وأصØÂابه وسلم تسليما كثيرا. أما بعد. ÙÂياأيها الناس اتقوالله ØÂÙ‚ تقاته ولاتموتنالا وأنتم مسلمون.
Jama’ah Jum’ah rahimakumullah
Marilah pada kesempatan ini kita bersama-sama meningkatkan ketaqwaan diri dan keluarga kita dgn melakukan berbagai amal kebaikan yg dapat memperbanyak pahala. Diantaranya dgn memenuhi perintah-Nya bersyukur atas segala nikamt dan rahmat yg diberikan oleh-Nya kepada kita semua.
Jama’ah Jum’ah yg berbahagia
Pada dasarnya syukur merupakan salah satu sifat mahmudah yg harus dimiliki seorang muslim. Dalil tentang perintah bersyukur sangatlah jelas diterangkan dalam al-Baqarah ayat 152
ÙÂاذكرونى أذكركم واشكروا لى ولا تكÙÂروÙâ€
Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku
Seringkali orang memahami bahwa syukur merupakan uangkapan manusia atas nikmat yg diberikan oleh Allah swt kepada mereka, sehingga syukur terkesan hanya sebagai  ‘re-aksi‘ seorang hamba kepada Tuhannya, Allah swt. Padahal sesungguhnya taklah sesederhana itu. Karena sesungguhnya syukur merupakan salah satu wasilah mendekatkan diri kepada Allah swt. Syukur merupakan laku ibadah tersendiri yg apabila dikelola dgn benar oleh hamba mau mempermudahkan perjalanan mendekati Yang Maha Agung. Atau yg oleh para ahli tasawwuf dikatakan sebagai wushul kepada Allah swt.
Begitulah kiranya, Allah swt menaruh kata syukur bedekatan dgn kata dzikir dalam ayat diatas. Tidak lain sebab, posisi syukur sama pentingnya dgn dzikir kepadaNya. Keduanya (dzikir dan syukur) sama-sama mau menghantarkan kita kepada-Nya.
Apabila diperhatikan secara seksama, potongan pertama ayat di atas yg berbunyi ‘fadzkuruni adzkurkum’ mengandung pemahaman bahwa barang siapa mengingat Allah swt maka Allah swt juga  akan mengingatnya. Artinya barang siapa berdzikir kepada-Nya, maka Allah swt mau selalu dekat dgnnya.
Mengenai hal ini Rasulullah saw pernah berkata kepada para sahabatnya “maukah kalian aku tunjukkan amal yg paling bagus, yg paling bersih (di sisi-Nya) dan lebih berharga dari pada infaq emas-perak, juga lebih bernilai dibandingkan bila kalian memenggal leher musuh dan kemudian musuh itu memenggal lehermu (mati syahid di medan perang)â€. Para sahabat kemudian menjawab  “mau ya Rasul†lalu nabi membalas “itulah dzikir kepada Allah swtâ€.
Pada kesempatan lain dalam hadits qudsi juga diterangkan “ana ma’a abdi idza dzkaroni,
Aku mau selalu menyertai hamabaku, selama hambaku ingat kepadaku dan kedua bibirnya selalu bergerak-gerak.
Kedua hadits di atas menunjukkan betapa dzikir itu sungguh berharga di sisi-Nya. Karena dzikir merupakan wahana mendekatkan diri kepadaNya. Dan begitupula dgn syukur yg tak kalah berharganya dgn dzikir, sebagaimana keduanya diperintahakn oleh Allah dalam al-Baqarah ayat 152dgn redaksi ‘fadzkuruni dan wasykuruli ’.
Pertanyaannya kemudian, syukur seperti apakah yg berharga senilai dgn dzikir? Syukur seperti apakah yg dapat menghantarkan kita mendekat kepada Nya? yaitu syukur yg mengandung tiga hal sekaligus pertama, syukur billisan, syukur bil janan dan syukur bil arkan
Ketiganya merupakan satu kesatuan yg tak terpisahkan, bila ketiganya tak terkumpul dalam satu tindakan, maka syukur itu tak mau mampu mendorong diri manusia mendekat kepadaNya.
Hadirin Jama’ah Jum’ah yg Dimuliakan Allah swt.
Pertama, Syukur billisan. Yaitu menggunakan lisan sebagai media representasi rasa terimakasih kepada Tuhan dgn mengucapkan kalimat ‘alhamdulillah’. Kalimat yg hanya terdiri dari dua kata ini bila terucap dari mulut seorang hamba, maka sejatinya hamba itu telah mengakui keagungan dan kemewahan rahmat Allah swt atas segala yg telah ditakdirkan dan diberlakukan kepadanya. Sebagaimana tersimpan dalam huruf ‘al’ dalam al-hamdu yg bermakna ‘lil istighraq’. Artinya segala macam puja dan puji hanya kepada-Nya. Ini sekaligus juga menepis adanya pengakuan lain selain Allah swt. membersihkan dari dari rasa syirik yg mungkin menempel dalam hati kecil manusia.
Oleh sebab itu Allah swt menggaransi siapapun yg mengucapkan Alhamdulillah dgn ridha-Nya. Maka dari itu marilah kita bersama-sama melatih diri membiasakan mengucap Alhamdulillah dalam laku kita. baik setelah makan, setelah minum, setelah berpakaian, setelah shalat dan lain sebagainya. Karena bilalau Allah swt telah meridhai kita, rasanya Allah tak mau membiarkan makanan yg telah masuk ke dalam perut kita sebagai penyakit. Jika Allah telah meridhai kita maka kehidupan kita mau berjalan di atas trek ketentuan-Nya.
Demikian keterangan hadits Rasulullah saw;
عَنْ أَنَس٠بْن٠مَالÙÂك٠قَالَ قَالَ رَسÙÂول٠اللَّه٠صَلَّى اللَّه٠عَلَيْه٠وَسَلَّمَ Ø¥ÙÂÙ†ÙŽÙ‘ اللَّهَ لَيَرْضَى عَنْ الْعَبْد٠أَنْ يَأْكÙÂÙ„ÙŽ الْأَكْلَةَ ÙÂÙŽÙŠÙŽØÂْمَدَه٠عَلَيْهَا أَوْ يَشْرَبَ الشَّرْبَةَ ÙÂÙŽÙŠÙŽØÂْمَدَه٠عَلَيْهَا. رواه مسلمÂ
Bahwa Rasulullah saw pernah bersabda sesungguhnya Allah swt (pasti) meridhai seorang hamba yg makan makanan kemudian bersyukur (mengucap alhamdulillah) atau meminum minuman kemudian bersyukur (mengucap alhamdulillah) .
Namun, tak hanya berhenti sekedar ucapan alhamdulillah saja.Tetapi harus disertai dgn tambahnya rasa dalam hati (biljanan)akan rasa cinta kepada Allah swt sebagai Sang Pemberi rizki. Itulah perasaan yg diutamakan. Baru menyusul kemudian rasa senang dan gembira mau rizki yg diberikan kepadanya.
Disinilah para Jama’ah yg Dirahmati Allah… yg perlu digaris bawahi bahwa yg utama ialah menambahkan rasa cinta kepada Allah Sang Pemberi nikmat, lalu setelah baru rasa senang dan gembira atas rizki yg diberikan oleh-Nya.
Yang ketiga dan terakhir, ialah menyertai ucapan dan perasaan itu dgn tindakan konkrit (bilarkan). Berupa berbagai macam kewajiban syariat yaitu zakat, bila memang telah memenuhi syaratnya. Artinya, nikamt yg diberikan Allah kepadanya harus digunakan sebagai alat mendekatkan diri kepada Allah swt. Jangan sampai rizki pemberian dari-Nya menemuhi salah sasaran dipergunakan selain kepentingan ilahiyah.
Jika memang ketiga hal ini dirangkai dalam satu tindakan syukur, maka Allah mau menjamin kehidupan hamba itu dan meridhainya. Hal ini pulalah yg mau menghantarkan kita memahami ayat special buat syukur yg berbunyi
لَئÙÂنشَكَرْتÙÂمْ لأَزÙÂيدَنَّكÙÂمْ وَلَئÙÂنكَÙÂَرْتÙÂمْ Ø¥ÙÂÙ†ÙŽÙ‘ عَذَابÙÂيلَشَدÙÂيد
Bahwa Allah pasti mau menambahkan kepada mereka yg bersyukur dan menyiksa mereka yg kufur.
Demikianlah khutbah kali ini semoga, bermanfaat bagi kita semua, amin.
بَارَكَ الله٠لÙÂيْ ÙˆÙŽÙ„ÙŽÙƒÙÂمْ ÙÂÙÂيْ اْلقÙÂرْآن٠اْلعَظÙÂيْم٠وَنَÙÂَعَنÙÂيوَإيَّاكÙÂمْ ÙÂبمَا ÙÂÙÂيْه٠مÙÂÙ†ÙŽ اْلآياَت٠وَالذكْر ÙÂالْØÂÙŽÙƒÙÂيْم٠وَتَقَبَّلَ Ù…ÙÂÙ†ÙÂّيوَمÙÂنْكÙÂمْ تÙÂلاَوَتَه٠إنَّه٠هÙÂÙˆÙŽ السَّمÙÂيْع٠اْلعَلÙÂيْمÙÂ
Khutbah II
اَلْØÂَمْد٠لله٠عَلىَ اÙÂØÂْسَانÙÂه٠وَالشÙÂّكْر٠لَه٠عَلىَ تَوْÙÂÙÂيْقÙÂه٠وَاÙÂمْتÙÂنَانÙÂÙ‡ÙÂ. وَاَشْهَد٠اَنْ لاَ اÙÂÙ„ÙŽÙ‡ÙŽ اÙÂلاَّ الله٠وَالله٠وَØÂْدَه٠لاَ شَرÙÂيْكَ لَه٠وَاَشْهَد٠اَنَّ سَيÙÂّدَنَا Ù…ÙÂØÂَمَّدًا عَبْدÙÂه٠وَرَسÙÂوْلÙÂه٠الدَّاعÙÂÙ‰ اÙÂلىَ رÙÂضْوَانÙÂÙ‡ÙÂ. اللهÙÂÙ…ÙŽÙ‘ صَلÙÂÙ‘ عَلَى سَيÙÂّدÙÂنَا Ù…ÙÂØÂَمَّد٠وÙÂعَلَى اَلÙÂه٠وَاَصْØÂَابÙÂه٠وَسَلÙÂّمْ تَسْلÙÂيْمًا ÙƒÙÂثيْرًا
اَمَّا بَعْد٠ÙÂَياَ اَيÙÂّهَا النَّاس٠اÙÂتَّقÙÂوااللهَ ÙÂÙÂيْمَا اَمَرَ وَانْتَهÙÂوْا عَمَّا Ù†ÙŽÙ‡ÙŽÙ‰ وَاعْلَمÙÂوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكÙÂمْ بÙÂاَمْر٠بَدَأَ ÙÂÙÂيْه٠بÙÂÙ†ÙŽÙÂْسÙÂه٠وَثَـنَى بÙÂمَلآ ئÙÂكَتÙÂه٠بÙÂÙ‚ÙÂدْسÙÂه٠وَقَالَ تَعاَلَى اÙÂÙ†ÙŽÙ‘ اللهَ وَمَلآ ئÙÂكَتَه٠يÙÂصَلÙÂّوْنَ عَلىَ النَّبÙÂÙ‰ يآ اَيÙÂّهَا الَّذÙÂيْنَ آمَنÙÂوْا صَلÙÂّوْا عَلَيْه٠وَسَلÙÂّمÙÂوْا تَسْلÙÂيْمًا. اللهÙÂÙ…ÙŽÙ‘ صَلÙÂÙ‘ عَلَى سَيÙÂّدÙÂنَا Ù…ÙÂØÂَمَّد٠صَلَّى الله٠عَلَيْه٠وَسَلÙÂّمْ وَعَلَى آل٠سَيÙÂّدÙÂناَ Ù…ÙÂØÂَمَّد٠وَعَلَى اَنْبÙÂيآئÙÂÙƒÙŽ وَرÙÂسÙÂÙ„ÙÂÙƒÙŽ وَمَلآئÙÂكَة٠اْلمÙÂقَرَّبÙÂيْنَ وَارْضَ اللّهÙÂÙ…ÙŽÙ‘ عَن٠اْلخÙÂÙ„ÙŽÙÂَاء٠الرَّاشÙÂدÙÂيْنَ اَبÙÂÙ‰ بَكْرÙÂوَعÙÂمَروَعÙÂثْمَانوَعَلÙÂÙ‰ وَعَنْ بَقÙÂيَّة٠الصَّØÂَابَة٠وَالتَّابÙÂعÙÂيْنَ وَتَابÙÂعÙÂيالتَّابÙÂعÙÂيْنَ Ù„ÙŽÙ‡ÙÂمْ بÙÂاÙÂØÂْسَان٠اÙÂلَىيَوْم٠الدÙÂّيْن٠وَارْضَ عَنَّا مَعَهÙÂمْ بÙÂرَØÂْمَتÙÂÙƒÙŽ يَا اَرْØÂÙŽÙ…ÙŽ الرَّاØÂÙÂÙ…ÙÂيْنَ
اَللهÙÂÙ…ÙŽÙ‘ اغْÙÂÙÂرْ Ù„ÙÂلْمÙÂؤْمÙÂÙ†ÙÂيْنَ وَاْلمÙÂؤْمÙÂنَات٠وَاْلمÙÂسْلÙÂÙ…ÙÂيْنَ وَاْلمÙÂسْلÙÂمَات٠اَلاَØÂْيآء٠مÙÂنْهÙÂمْ وَاْلاَمْوَات٠اللهÙÂÙ…ÙŽÙ‘ اَعÙÂزَّ اْلاÙÂسْلاَمَ وَاْلمÙÂسْلÙÂÙ…ÙÂيْنَ ÙˆÙŽØ£ÙŽØ°ÙÂÙ„ÙŽÙ‘ الشÙÂّرْكَ وَاْلمÙÂشْرÙÂÙƒÙÂيْنَ وَانْصÙÂرْ عÙÂبَادَكَ اْلمÙÂÙˆÙŽØÂÙÂّدÙÂيَّةَ وَانْصÙÂرْ مَنْ نَصَرَ الدÙÂّيْنَ وَاخْذÙÂلْ مَنْ خَذَلَ اْلمÙÂسْلÙÂÙ…ÙÂيْنَ ÙˆÙŽ دَمÙÂّرْ اَعْدَاءَالدÙÂّيْن٠وَاعْل٠كَلÙÂمَاتÙÂÙƒÙŽ اÙÂÙ„ÙŽÙ‰ يَوْمَ الدÙÂّيْنÙÂ. اللهÙÂÙ…ÙŽÙ‘ ادْÙÂَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزÙÂÙ„ÙŽ وَاْلمÙÂØÂÙŽÙ†ÙŽ وَسÙÂوْءَ اْلÙÂÙÂتْنَة٠وَاْلمÙÂØÂÙŽÙ†ÙŽ مَا ظَهَرَ Ù…ÙÂنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدÙÂنَا اÙÂنْدÙÂونÙÂيْسÙÂيَّا خآصَّةً وَسَائÙÂر٠اْلبÙÂلْدَان٠اْلمÙÂسْلÙÂÙ…ÙÂيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمÙÂيْنَ. رَبَّنَا آتÙÂناَ ÙÂÙÂÙ‰ الدÙÂّنْيَا ØÂَسَنَةً ÙˆÙŽÙÂÙÂÙ‰ اْلآخÙÂرَة٠ØÂَسَنَةً ÙˆÙŽÙ‚ÙÂنَا عَذَابَ النَّارÙÂ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْÙÂÙÂسَنَاوَاÙÂنْ لَمْ تَغْÙÂÙÂرْ لَنَا وَتَرْØÂَمْنَا Ù„ÙŽÙ†ÙŽÙƒÙÂوْنَنَّ Ù…ÙÂÙ†ÙŽ اْلخَاسÙÂرÙÂيْنَ. عÙÂبَادَالله٠! اÙÂÙ†ÙŽÙ‘ اللهَ يَأْمÙÂرÙÂنَا بÙÂاْلعَدْل٠وَاْلاÙÂØÂْسَان٠وَإÙÂيْتآء٠ذÙÂÙ‰ اْلقÙÂرْبىَ وَيَنْهَى عَن٠اْلÙÂÙŽØÂْشآء٠وَاْلمÙÂنْكَر٠وَاْلبَغْييَعÙÂظÙÂÙƒÙÂمْ لَعَلَّكÙÂمْ تَذَكَّرÙÂوْنَ وَاذْكÙÂرÙÂوااللهَ اْلعَظÙÂيْمَ يَذْكÙÂرْكÙÂمْ وَاشْكÙÂرÙÂوْه٠عَلىَ Ù†ÙÂعَمÙÂه٠يَزÙÂدْكÙÂمْ ÙˆÙŽÙ„ÙŽØ°ÙÂكْر٠الله٠اَكْبَرْ
Â
redaktur: Ulil Hadrawy