Membahas tentang Biografi Imam Yahya Abi Zaidah, Penulis Kitab Pertama di Kufah

Selalu ada hal positif yg dapat diserap dari riwayat dan tapak tilas para ulama salaf. Teladan dan keberhasilannya dalam berbagai bidang dapat menjadi pelajaran bagi generasi ketika ini. Di antara sekian banyak ulama inspiratif  itu ialah Imam Yahya bin Abi Zaidah. Perjalanan intelektualnya, produktivitasnya dalam menulis, hingga keulamaannya diakui para ulama lain dan patut dicontoh.

 

Nama lengkapnya ialah Imam Yahya bin Zakaria bin Abi Zaidah bin Maimun al-Aslami bin Fairuz al-Hamdani al-Wadi’i al-Kufi al-Hamdani al-Hanafi. Beliau lahir pada masa Imam Abu Hanifah an-Nu’man, yg sekaligus merupakan salah satu guru darinya. Oleh sebabnya, afiliasi fiqihnya terpengaruhi oleh gurunya, Abu Hanifah.

 

Kendatipun namanya hingga kini tetap harum dan selalu dikenang sepanjang zaman, tetapi tempat dan tahun kelahiran ulama yg satu ini belum diketahui secara persis. Tidak ada riwayat yg penulis temukan secara pasti perihal tahun kelahiran hingga wafatanya.

 

Akan tetapi, dgn menelisik jalan hidupnya, Imam Syamsuddin Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Utsman ad-Dzahabi (wafat 748 H) dalam kitabnya dapat menengarai bahwa Imam Yahya bin Zakaria dilahirkan sekitar paruh pertama abad kedua, tepatnya pada tahun 120 H, dan wafat pada bulan Jumadal Ula tahun 183 H, kemudian dimakamkan di kota Kufah, sebagaimana nisbat pada namanya, al-Kufi. (Ad-Dzahabi, Siyaru A’lamin Nubala, [Muassasah ar-Risalah, cetakan ketiga: 1405 H/1985 M, tahqiq: Imam Syu’ib], juz XI, halaman 72).

 

Perjalanan Intelektual Imam Yahya Abi Zaidah

Menurut Syekh Khairuddin ad-Dimisyqi (wafat 1396 H), keluarga Imam Yahya merupakan keluarga bangsawan pada masa kesultanan Dinasti ‘Abbasiyyah, tepatnya di era kepemimpinan Raja Harun ar-Rasyid. Ayahnya merupakan seorang menteri pada masa itu, begitu juga dgn beberapa saudaranya. (Ad-Dimisyqi, al-A’lam, [Darul ‘Ilmi, cetakan kelima: 2002], juz VIII, halaman 145).

 

Jika dilihat sekilas, maka mau terbesit bahwa kehidupan Yahya kecil sangat istimewa melebih para ulama lain yg kisahnya sangat memprihatinkan, namun kenyataannya, ayah Imam Yahya merupakan sosok yg tak cinta dunia, hasil dari pekerjaannya sering ia sedekahkan kepada fakir-miskin, ia hanya menyisakan secukupnya buat dimakan bersama keluarganya.

 

Dengan sifat ayahnya yg tak cinta dunia, Yahya kecil tumbuh sebagai sosok yg tak cinta pada dunia, ia menghabiskan hari-harinya di Kufah dgn fokus mengaji dan belajar melalui bimbingan langsung dari ayahnya. Di selain waktu bertugas, ayahnya selalu mengajarkan ilmu agama kepadanya hingga Yahya Kecil banyak menguasai beberapa kitab pada masa itu.

 

Keistiqamahan sang anak buat mengaji, dan ketekunan ayah dalam membimbing memberikan pengaruh sangat positif anaknya, semangat dan kemauannya buat memiliki ilmu yg luas dan pemahaman yg dalam sangat tampak dalam dirinya. Semua itu sangat tampak dalam diri Yahya pada masa-masa pertumbuhan, bahkan tak berselang beberapa lama, semua ilmu yg dimiliki ayahnya ia lahap secara perlahan.

 

Selain belajar kepada orang tuanya, ia juga belajar kepada guru-guru ada di Kufah yg pada masa itu, di antara gurunya ialah, (1) Imam Abu Hanifah an-Nukman; (2) Imam Ayyub bin Kaitsan; (3) Imam Idris bin Yazid bin Abdurrahman; (4) Imam Ja’far bin Muhammad bin Ali; dan beberapa guru lainnya. Dari guru-guru tersebut, Yahya memiliki perkembangan yg sangat pesat dalam masalah keilmuan. Bahkan, pada umur yg masih relatif muda, ia telah mampu menghafalkan Al-Qur’an dan beberapa matan-matan kitab lainnya.

 

Di bawah bimbingan para ulama tersohor pada masa itu, ia tumbuh sebagai pribadi yg sangat semangat dalam mencari ilmu. Tidak ada waktu yg ia sia-siakan, semuanya digunakan buat mempelajari ilmu dan menambah pengetahuannya. Imam Yahya tumbuh menjadi sosok yg sangat cerdas, paham ilmu fiqih dgn semua cabang-cabangnya, memiliki rasio yg luas, sehingga sangat mudah memahami semua penjelasannya. Tidak hanya itu, ia juga menjadi salah satu ulama yg sangat kuat daya hafalnya, dan sangat luhur etikanya.

 

Setelah beberapa tahun hidup dalam pengembaraan menjadi seorang thalib (penuntut ilmu), tiba saatnya Imam Yahya menuai hasil, tepatnya setelah beberapa tahun belajar kepada para ulama di masa itu. Beliau akhirnya mulai mandiri, dan dapat merumuskan pendapat sendiri dalam beberapa cabang ilmu syariat. Ilmunya yg sangat luas menjadikannya sebagai salah satu ulama yg sangat disegani oleh para ulama, umara dan dicintai oleh semua rakyatnya.

 

Penulis Kitab Pertama di Kufah

Setelah masa berguru kepada para ulama tersehor waktu itu telah dirasa cukup, tiba saatnya bagi Imam Yahya buat menyebarkan apa yg telah ia dapatkan. Ia pulang ke kampung halamannya buat menyebarkan ilmu yg ia miliki. Ia ialah sosok ulama produktif yg juga berhasil menuliskan beberapa kitab di kota Kufah.

 

Sebagaimana jamak diketahui, sejak beberapa yg lalu, kota Kufah merupakan kota yg memiliki sejarah penting dalam Islam. Salah satu kota yg terletak di Irak, dibangun sejak masa Rasulullah, tepatnya pada masa ekspansi pertama kali Islam ke luar semenanjung Arab. Selain itu, Kufah juga menjadi salah satu pusat munculnya khazanah ilmu Islam yg telah melahirkan sejumlah ulama-ulama produktif. Bahkan, dalam ilmu gramatika Arab, pendapat ulama Kufah menjadi salah satu rujukan paling otoritatif.

 

Akan tetapi, yg banyak tak diketahui ialah, siapakah pengarang (penyusun) kitab pertama kali di kota Kufah? Maka jawabannya ialah Imam Yahya bin Zakaria bin Abi Zaidah. Hal ini sebagaimana ditegaskan oleh ad-Dzahabi dalam kitabnya:

 

هُوَ أَوَّلُ مَنْ صَنَّفَ الْكُتُبَ بِالْكُوْفَةِ

 

Artinya, “Dia (Yahya bin Abi Zaidah) merupakan orang pertama yg menyusun kitab-kitab di kota Kufah.” (Ad-Dzahabi, Siyaru A’lamin Nubala, juz VIII, h. 339).

 

Selain sebagai penyusun kitab pertama, Imam Yahya juga ulama yg sangat produktif dalam menyusun kitab, bayak kitab-kitab karyanya yg kemudian menjadi salah satu referensi yg banyak disyarahi oleh ulama-ulama setelahnya, khususnya ulama kalangan mazhab Hambali. Di antara kitabnya, yaitu; Fatawa Yahya, Mughnisy Syifa min Raudhati Syahariraha, dan beberapa kitab lainnya.

 

Pujian Ulama kepada Imam Yahya Abi Zaidah

Lahirnya Imam Yahya bin Zakaria tentu memberikan kebanggan tersendiri bagi bangsa Kufah, khususnya perihal perkembangan khazanah keilmuan di kota tersebut. Sebelum Kufah menjadi kota terkenal dgn lahirnya beberapa ulama terkemuka, ada sosok Imam Yahya yg menengarai sekaligus menjadi cikal-bakal di balik kesuksesan generasi selanjutnya. Oleh sebabnya, ia mendapatkan banyak pujian dan apresiasi yg sangat tinggi oleh para ulama.

 

Imam Husain bin Umar meriwayatkan bahwa Imam Yahya dalam pandangan Imam Abu Hanifah perihal luasnya ilmu hadits yg ada dalam dirinya laksana pengantin baru yg sangat harum. Artinya, luasnya ilmu hadits yg ada dalam dirinya tak mau pernah mengecewakan orang-orang yg menuntut ilmu kepadanya. Hal ini tak lain selain sebagai apresiasi tinggi dari Imam Abu Hanifah perihal kesuksesan muridnya dalam ilmu hadits,

 

يَحْيَى بِنْ أَبِي زَائِدَةْ فِي الْحَدِيْثِ مِثْلُ العَرُوْسِ العَطِرَةِ

 

Artinya, “(Imam) Yahya bin Abi Zaidah dalam ilmu hadits laksana mempelai wanita yg sangat harum.” (Ad-Dzahabi, Siyaru A’lamin Nubala, juz VIII, h. 339).

 

Menurut pendapat Imam Ali bin Ahmad, Imam Zakaria dan putranya, Imam Yahya bin Zakaria merupakan orang-orang yg dapat dipercaya, keduanya sama-sama alim. Hanya saja, yg memiliki karya hanyalah Imam Yahya, beliau berhasil mengumpulkan hadits dan ilmu fiqih dalam satu kodifikasi. (Abdul Qadir bin Abil Wafa’, al-Jawahirul Mudhiyah fi Thabqatul Hanafiah, [Darul ‘Ashimah, cetakan pertama: 1349 H], juz I, halaman 542).

 

Demikian sekelumit biografi Imam Yahya bin Zakaria, mulai dari kelahiran dan wafatnya, perjalanan intelektualnya dalam mencari ilmu, perjuangan dan pengorbanan hingga semangatnya dalam berupaya mendapatkan ilmu, sehingga beliau dikenal sebagai ulama yg diakui oleh ulama-ulama lain pada masanya hingga ulama setelahnya. Wallahu A’lam bisshawab.

 

Sunnatullah, Pengajar di Pondok Pesantren Al-Hikmah Darussalam Durjan Kokop Bangkalan Jawa Timur.


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.