Membahas tentang Khutbah Jumat: Rezekimu Telah Dijamin & Tak Akan Tertukar

Materi khutbah Jumat ini mengingatkan kita semua bahwa Allah yg Mahakaya telah menjamin rezeki  bagi seluruh makhluk-Nya, tak terkecuali manusia. Bahkan, rezeki dunia diberikan kepada siapa saja, baik yg taat kepada Allah maupun tidak. Yang patut menjadi perhatian ialah sumber dan cara kita bersikap terhadap rezeki.

 

 

Teks khutbah Jumat berikut ini berjudul “Khutbah Jumat: Rezekimu Telah Dijamin dan Tak Akan Tertukar”. Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan dekstop). Semoga bermanfaat! (Redaksi)


Khutbah I

 

الحَمْدُ لِلّٰهِ مُكَوِّنِ الْأَكْوَانِ، الْمَوْجُوْدِ أَزَلًا وَّأَبَدًا بِلَا مَكَانٍ، الْمُنَزَّهِ عَنِ الشَّكْلِ وَالْأَعْضَاءِ وَالْأَرْكَانِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِصِدْقٍ وَإِحْسَانٍ، أَشْهَدُ أنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمُنَزَّهُ عَنِ الْأَيْنِ وَالزَّمَانِ، وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا رَّسُوْلُ اللهِ الَّذِي كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ 

أَمَّا بَعْدُ، عِبَادَ الرَّحْمٰنِ، فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ المَنَّانِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ: وَمَا مِنْ دَاۤبَّةٍ فِى الْاَرْضِ اِلَّا عَلَى اللّٰهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا ۗ كُلٌّ فِيْ كِتٰبٍ مُّبِيْنٍ (هود: ٦)

 

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Mengawali khutbah pada siang hari yg penuh keberkahan ini, khatib berwasiat kepada kita semua terutama kepada diri khatib pribadi buat senantiasa berusaha meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah subhanahu wata’ala dgn melakukan semua kewajiban dan meninggalkan seluruh yg diharamkan.

 

Hadirin jamaah shalat Jumat rahimakumullah,

Khutbah pada siang hari ini mengambil tema “Rezekimu Telah Dijamin dan Tak Akan Tertukar”.

 

Hadirin,

Rezeki berasal dari bahasa Arab: rizqun, yg artinya ma yuntafa‘u bihi, yakni sesuatu yg digunakan dan diambil manfaatnya (Mukhtar ash-Shihah). Sedangkan dalam Syarh al-‘Aqa’id, at-Taftazani menjelaskan bahwa rezeki ialah nama bagi sesuatu yg diberikan oleh Allah kepada hayawan (manusia dan selain manusia, seperti jin dan binatang) lalu ia gunakan dan ambil manfaatnya, baik halal maupun haram.

 

Dari pengertian yg telah kami sebutkan, dapat kita pahami bahwa rezeki ialah sesuatu yg telah digunakan dan diambil manfaatnya, seperti makanan yg telah dimakan, minuman yg telah diminum, pakaian yg telah dikenakan, rumah yg telah ditempati, mobil yg telah digunakan dan lain sebagainya. Adapun seseorang yg telah membeli makanan atau memasak makanan, namun sebab hal tertentu lalu tak ia makan, maka itu bukanlah rezekinya. Begitu juga seseorang yg telah membangun rumah, lalu sebab sebab tertentu tak ia tempati, maka rumah itu bukanlah rezekinya. Benar apa yg dikatakan oleh seorang penyair Arab:

 

قَدْ يَجْمَعُ الْمَالَ غَيْرُ آكِلِهِ * وَيَأْكُلُ الْمَالَ غَيْرُ مَنْ جَمَعَا

 

“Terkadang harta dihimpun oleh selain pemakannya. Dan terkadang harta dimakan oleh yg bukan penghimpunnya.”

 

Rezeki tak terbatas pada harta yg halal. Harta yg haram pun juga disebut rezeki. Sebagaimana hal itu ditegaskan oleh Imam an-Nasafi dalam al-‘Aqidah an Nasafiyyah. Semuanya mau dihisab di pengadilan akhirat. Yang halal mau ditanyakan dari mana diperoleh. Sedangkan yg haram mau dibalas dgn siksaan. Diriwayatkan dari Sayyidina Ali bahwa beliau berkata:

 

الدُّنْيَا حَلَالُهَا حِسَابٌ وَحَرَامُهَا عِقَابٌ (رواه البيهقي في شعب الإيمان)

 

“Dunia ini halalnya ialah hisab dan haramnya ialah siksa” (Diriwayatkan al-Baihaqi dalam Syu’ab al-Iman).

 

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Setiap orang dijamin rezekinya oleh Allah ta’ala sebagaimana dalam firman-Nya:

 

 وَمَا مِنْ دَاۤبَّةٍ فِى الْاَرْضِ اِلَّا عَلَى اللّٰهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا ۗ كُلٌّ فِيْ كِتٰبٍ مُّبِيْنٍ (هود: ٦)

 

Maknanya: “Dan tak satu pun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rezekinya. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua (tertulis) dalam Kitab yg nyata (Lauh Mahfuzh)” (QS Hud: 6).

 

Imam Syafi’i mengatakan:

 

عَلِمْتُ أَنَّ رِزْقِي لَا يَأْكُلُهُ غَيْرِي فَاطْمَأَنَّ بَالِي

 

“Aku mengetahui bahwa rezekiku tak mau dimakan orang lain, maka menjadi tenanglah hatiku.”

 

Rezeki kita tak mau tertukar dgn rezeki orang lain. Rezeki kita juga tak mau diambil oleh orang lain. Imam an-Nasafi mengatakan:

 

وَلَا يُتَصَوَّرُ أَنْ لَا يَأْكُلَ إِنْسَانٌ رِزْقَهُ أَوْ يَأْكُلَ غَيْرُهُ رِزْقَهُ

 

“Dan tak terbayg apabila seseorang tak memakan rezekinya atau rezekinya dimakan selainnya.”

 

Rezeki seseorang telah ada jatah dan takarannya. Sekuat apa pun usaha seseorang bila bukan rezekinya, maka tak mau ia raih. Sebaliknya selemah apa pun upaya seseorang, bila telah ditentukan sebagai rezekinya, pastilah mau ia peroleh. Karenanya kewajiban kita ialah menghindarkan diri dari mencari rezeki dgn cara yg diharamkan dan dari sumber yg haram.

 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

 

إِنَّ رُوْحَ الْقُدْسِ نَفَثَ فِي رُوْعِيْ أَنَّ نَفْسًا لَنْ تَمُوْتَ حَتَّى تَسْتَكْمِلَ رِزْقَهَا فَاتَّقُوْا اللهَ وَأَجْمِلُوْا فِي الطَّلَبِ (رواه الحاكم والبيهقي وأورده القضاعي في مسند الشهاب بلفظه)

 

Maknanya: “Sesungguhnya Jibril menyampaikan wahyu ke hatiku bahwa seseorang tak mau mati sehingga menyempurnakan rezekinya, maka bertakwalah kepada Allah dan carilah rezeki dgn cara yg baik” (HR al-Hakim, al-Baihaqi, dan disebutkan oleh al-Qudha’i dalam Musnad asy Syihab dgn lafaznya).

 

Hadirin jamaah shalat Jumat rahimakumullah,

Meski rezeki telah digariskan dan ditentukan, tetapi Allah dan Rasul-Nya memberitahukan kepada kita beberapa sebab dan kunci pembuka rezeki. Di antaranya:

 

Pertama, takwa.

 

Allah ta’ala berfirman:

 

وَمَنْ يَّتَّقِ اللّٰهَ يَجْعَلْ لَّهٗ مَخْرَجًا ۙ ، وَّيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُۗ (الطلاق: ٣-٢)

 

Maknanya: “Barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia mau membukakan jalan keluar baginya, dan Dia memberinya rezeki dari arah yg tak disangka-sangkanya” (QS ath Thalaq:2-3).

 

Kedua, istighfar dan taubat

 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

 

مَنْ لَزِمَ الْاِسْتِغْفَارَ جَعَلَ اللهُ لَهُ مِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجًا وَمِنْ كُلِّ ضِيْقٍ مَخْرَجًا وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لَايَحْتَسِبُ (رواه أبو داود وابن ماجه وغيرهما)

 

Maknanya: “Barang siapa yg menetapi (memperbanyak) istighfar, maka Allah mau menjadikan baginya kelapangan dari setiap kesedihan, jalan keluar dari setiap kesempitan dan menganugerahkan rezeki kepadanya dari arah yg tak ia sangka-sangka” (HR Abu Dawud, Ibnu Majah dan lainnya)

 

Ketiga, menjauhi maksiat.

 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

 

إِنَّ الرَّجُلَ لَيُحْرَمُ الرِّزْقَ بِالذَّنْبِ يُصِيْبُهُ (رواه الحاكم وابن حبان وغيرهما)

 

Maknanya: “Sesungguhnya seseorang mau terhalang dari suatu rezeki sebab dosa yg dilakukannya.” (HR al-Hakim, Ibnu Hibban, dan lainnya).

 

Keempat, tawakal kepada Allah.

 

Allah ta’ala berfirman:

 

وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسْبُهٗ (الطلاق: ٣)

 

Maknanya: “Dan barang siapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah mau mencukupinya” (QS ath Thalaq: 3).

 

Tawakal ialah bergantung kepada Allah semata dan mengandalkan-Nya dalam segala urusan. Tawakal tidaklah menafikan usaha. Tawakal hakikatnya ialah menyerahkan segala urusan kepada Allah dan percaya penuh kepada-Nya disertai melakukan sebab, usaha dan ikhtiar. Kita tetap bekerja secara lahiriah dan bertawakal kepada Allah secara batin. Meskipun kita bekerja, kita tak menggantungkan tercukupinya kebutuhan kepada pekerjaan, mau tetapi dalam hal tercukupinya segala urusan, kita hanya bergantung kepada Allah.

 

Baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

 

 لَوْ أَنَّكُمْ تَوَكَّلْتُمْ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ، لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ، تَغْدُو خِمَاصًا، وَتَرُوحُ بِطَانًا (رواه أحمد وابن ماجه والحاكم)

 

Maknanya: “Jika kalian bertawakkal kepada Allah dgn sebenar-benar tawakkal, niscaya Allah mau memberikan rezeki kepada kalian seperti Ia memberikan rezeki kepada burung. Burung-burung itu keluar di pagi hari dalam keadaan perut kosong dan kembali ke sarang-sarangnya dalam keadaan perut yg terisi penuh.” (HR Ahmad, Ibnu Majah dan al-Hakim).

 

Kelima, silaturahim.

 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

 

مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ، وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ، فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ (رواه البخاري ومسلم)

 

Maknanya: “Barang siapa yg mau dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, hendaklah ia bersilaturahim” (HR al-Bukhari dan Muslim)

 

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Penting buat kita pahami bersama bahwa banyaknya rezeki bukanlah tanda dicintai oleh Allah. Sebaliknya sempitnya rezeki juga bukanlah tanda dibenci dan dimurkai oleh Allah ta’ala.

 

Dalam sebuah hadits, Baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

 

وَإِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ يُعْطِي الدُّنْيَا مَنْ يُحِبُّ وَمَنْ لَا يُحِبُّ وَلَا يُعْطِي الدِّيْنَ إِلَّا لِمَنْ أَحَبَّ (رواه أحمد)

 

Maknanya: “Sesungguhnya Allah ‘azza wajalla memberikan dunia kepada orang yg Ia cintai dan kepada orang yg tak Ia cintai, dan tak memberikan agama (Islam) kecuali kepada orang yg Ia cintai” (HR Ahmad)

 

Dalam riwayat yg lain:

 

وَإِنَّ اللهَ يُعْطِي الْمَالَ مَنْ يُحِبُّ وَمَنْ لَا يُحِبُّ وَلَا يُعْطِي الْإِيْمَانَ إِلَّا مَنْ يُحِبُّ (رواه الطبراني)

 

Maknanya: “Sesungguhnya Allah memberikan harta kepada orang yg Ia cintai dan kepada orang yg tak Ia cintai, dan tak memberikan iman kecuali kepada orang yg Ia cintai” (HR Ahmad)

 

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Demikian khutbah singkat pada siang hari yg penuh keberkahan ini. Semoga bermanfaat dan membawa barakah bagi kita semua. Amin.

 

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

 

Khutbah II

 

اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ 

أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ 

عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

 

Ustadz Nur Rohmad, Anggota Tim Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur dan Aswaja NU Center PCNU Kab. Mojokerto


Baca naskah khutbah lainnya:


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.