Membahas tentang Khutbah Jumat: Bertaubatlah Sebelum Hati Berkarat & Terkunci!

Tidak selayaknya manusia menunda-nunda bertaubat. Dalam naskah khutbah Jumat ini umat Islam diingatkan bahwa dosa yg dilakukan terus-menerus dapat menyebabkan tertutupnya hati. Jika Allah telah menutup hati maka Allah mau menguncinya.

 

 

Teks khutbah Jumat berikut ini berjudul “Khutbah Jumat: Bertaubatlah Sebelum Hati Berkarat dan Terkunci!”. Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan dekstop). Semoga bermanfaat! (Redaksi)


Khutbah I

 

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ ذِي الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ، الَّذِيْ أَعَزَّنَا بِالْإِسْلَامِ، وَأَكْرَمَنَا بِالْإِيْمَانِ، وَنَوَّرَ قُلُوْبَنَا بِالْقُرْاٰنِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدِ نِالَّذِي عَلَا النُّجُوْمَ وَالْكَوَاكِبَ الْعِظَامَ، وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْكِرَامِ، بُدُوْرِ التَّمَامِ وَشُمُوْسِ دِيْنِ الْإِسْلَامِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَلَا مَثِيْلَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِي لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ 

أَمَّا بَعْدُ، عِبَادَ الرَّحْمٰنِ، فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ المَنَّانِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ: يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا تُوْبُوْٓا اِلَى اللّٰهِ تَوْبَةً نَّصُوْحًاۗ عَسٰى رَبُّكُمْ اَنْ يُّكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّاٰتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنّٰتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُۙ يَوْمَ لَا يُخْزِى اللّٰهُ النَّبِيَّ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مَعَهٗۚ نُوْرُهُمْ يَسْعٰى بَيْنَ اَيْدِيْهِمْ وَبِاَيْمَانِهِمْ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَآ اَتْمِمْ لَنَا نُوْرَنَا وَاغْفِرْ لَنَاۚ اِنَّكَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ (التحريم: ٨)

 

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Mengawali khutbah pada siang hari yg penuh keberkahan ini, khatib berwasiat kepada kita semua terutama kepada diri khatib pribadi buat senantiasa berusaha meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah subhanahu wata’ala dgn melakukan semua kewajiban dan meninggalkan seluruh yg diharamkan.

 

Hadirin jamaah shalat Jumat rahimakumullah,

Dalam sebuah hadits, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

 

إنَّ المُؤْمِنَ إِذَا أذْنَبَ كَانَتْ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فِي قَلْبِهِ فَإِذَا تَابَ وَنَزَعَ وَاسْتَعْتَبَ صُقِلَ قَلبُهُ وَإِنْ زَادَ زادَتْ حَتَّى يُغْلَقَ قَلْبُهُ فَذَلِكَ الرّانُ الَّذِي قَالَ اللهُ تَعَالَى: كَلَّا بَلْ ۜرَانَ عَلٰى قُلُوْبِهِمْ مَّا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ (المطففين: ١٤)

 

Maknanya: “Sesungguhnya seorang mukmin bila ia berbuat dosa, ditorehkan noktah hitam di hatinya. Apabila ia bertaubat dan berhenti mengerjakan dosa, hatinya dibersihkan. Namun bila ia terus berbuat dosa maka noktah hitam itu juga bertambah sehingga ditutup hatinya. Itulah penutup hati yg difirmankan oleh Allah ta’ala dalam firman-Nya: ‘Sekali-kali tidak! Bahkan apa yg mereka kerjakan itu telah menutupi hati mereka’.” (HR Ash-hab as-Sunan)

 

Dosa bila dilakukan terus-menerus maka pada akhirnya qalbu (hati) mau ditutup oleh Allah ta’ala. Jika qalbu telah ditutup oleh Allah maka Allah mau menguncinya. Ketika itulah iman tak mau menemukan jalan menuju qalbu, dan kufur tak mau dapat lepas darinya, sebagaimana hal itu ditegaskan oleh Imam Muhammad bin Jarir ath-Thabari rahimahullah dalam Tafsir ath-Thabari. Karenanya, tak selayaknya seseorang mengabaikan taubat meskipun kemudian ia mengulang dosa kembali. Karena taubat ialah pembersih dosa dari hati. Jangan sekali-kali seseorang mengatakan, “Untuk apa aku bertaubat, aku telah bertaubat dari banyak dosa sebelumnya, tapi aku mengulangi lagi perbuatan dosa setelah menyesal dan bertaubat, taubatku tak ada gunanya.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

 

كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاؤُوْنَ وَخَيْرُ الْخَطَّائِيْنَ التَّوَّابُوْنَ (رواه الترمذي)

 

Maknanya: “(Sebagian besar) anak Adam itu pelaku kesalahan, dan sebaik-baik pelaku kesalahan ialah mereka yg bertaubat” (HR at-Tirmidzi)

 

Hadirin Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Taubat hukumnya wajib dilakukan seketika begitu seseorang melakukan dosa, baik dosa besar maupun kecil. Janganlah kita meremehkan sebuah maksiat lalu kita lalui begitu saja tanpa taubat. Janganlah kita melihat besar kecilnya maksiat yg kita lakukan. Tapi hendaklah kita melihat kepada siapa kita bermaksiat. Sesungguhnya kita bermaksiat kepada Allah, Tuhan yg menciptakan kita dan menganugerahkan berbagai nikmat dan rezeki kepada kita.

 

Bersegeralah buat bertaubat dari semua dosa dgn cara:

 

  1. Meninggalkan dosa.
  2. Menyesal sebab kita tak menjaga hak Allah yg telah menciptakan kita dan mengaruniakan banyak nikmat yg tak terhitung, lalu kita gunakan nikmat-nikmat itu dalam berbuat maksiat kepada-Nya.
  3. Bertekad bulat dalam hati buat tak mengulangi lagi maksiat yg kita lakukan sebelum ajal menjemput. Kita tak pernah tahu kapan kita meninggalkan dunia yg sementara ini.

 

Allah ta’ala berfirman:

 

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا تُوْبُوْٓا اِلَى اللّٰهِ تَوْبَةً نَّصُوْحًاۗ عَسٰى رَبُّكُمْ اَنْ يُّكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّاٰتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنّٰتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُۙ (التحريم: ٨)

 

Maknanya: “Wahai orang-orang yg beriman! Bertaubatlah kepada Allah dgn taubat yg semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu mau menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yg mengalir di bawahnya sungai-sungai” (QS at-Tahrim: 8)

 

Hadirin jamaah shalat Jumat rahimakumullah,

Jika maksiat yg kita lakukan berupa meninggalkan perkara yg fardhu seperti meninggalkan shalat lima waktu maka wajib kita qadha’. Dan bila maksiat kita berkaitan dgn hak sesama hamba maka diterimanya taubat kita disyaratkan harus mengembalikan hak-hak mereka dan melepaskan diri dari tanggungan terhadap mereka.

 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

 

مَنْ كَانَتْ عِنْدَهُ مَظْلِمَةٌ لِأَخِيهِ فَلْيَتَحَلَّلْهُ مِنْهَا، فَإِنَّهُ لَيْسَ ثَمَّ دِينَارٌ وَلاَ دِرْهَمٌ، مِنْ قَبْلِ أَنْ يُؤْخَذَ لِأَخِيهِ مِنْ حَسَنَاتِهِ، فَإِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُ حَسَنَاتٌ أُخِذَ مِنْ سَيِّئَاتِ أَخِيهِ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ (رواه البخاري)

 

Maknanya: “Barang siapa yg memiliki tanggungan kezaliman kepada saudaranya maka hendaklah ia meminta kehalalan darinya sebab sesungguhnya di akhirat dinar dan dirham tiada guna, sebelum diambil kebaikannya buat diberikan kepada saudaranya. Jika ia tak memiliki kebaikan maka diambil-lah dosa-dosa saudaranya lalu ditimpakan kepadanya” (HR al-Bukhari).

 

Kezaliman yg dimaksud dalam hadits ialah seperti mencaci, memakan harta orang lain tanpa hak, membicarakan keburukannya dan lain sebagainya. Jika seseorang memiliki tanggungan kezaliman kepada orang lain dan ia mati sebelum menyelesaikannya tanpa udzur (tanpa sebab yg dibenarkan oleh syariat) maka orang-orang yg ia zalimi pada hari kiamat mau mengambil kebaikan orang yg berbuat zalim. Jika kebaikannya tak mencukupi maka dosa orang yg dizalimi diambil dan diberikan kepadanya lalu ia dilemparkan ke api neraka.

 

Hadirin rahimakumullah,

Segeralah kita bertaubat sebelum kematian menyergap kita. Kematian mau membuka kedok kita. Dan pengadilan akhirat mau membeberkan dosa-dosa yg pernah kita lakukan di dunia. Tiada seorang pun yg dapat menolong kita.

 

Hadirin rahimakumullah,

Janganlah kita berputus asa dari rahmat Allah, sebanyak apapun dosa dan maksiat yg pernah kita lakukan. Allah ta’ala menegaskan:

 

قُلْ يٰعِبَادِيَ الَّذِيْنَ اَسْرَفُوْا عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوْا مِنْ رَّحْمَةِ اللّٰهِ ۗاِنَّ اللّٰهَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعًا ۗاِنَّهٗ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ (الزمر: ٥٨)

 

Maknanya: “Katakanlah, “Wahai hamba-hamba-Ku yg melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayg”  (QS az-Zumar: 53).

 

Janganlah kita mengatakan, “Aku tak mau diampuni oleh Allah, Allah pasti mau menyiksaku saking banyaknya dosaku.” Haram hukumnya dan termasuk dosa besar apabila seseorang berburuk sangka kepada Allah seperti ini. Inilah yg disebut para ulama dgn al-qunuth min rahmatillah (berputus asa dari rahmat Allah). Kita tak mau pernah tahu apa yg mau Allah perbuat terhadap diri kita. Bagaimana mungkin kita memastikan bahwa Allah mau menyiksa kita?. Allah memang Syadid al ‘Iqab (siksanya pedih), tapi ia juga Ghafur Rahim (Maha Pengampun dan Maha Penyayg).

 

            Begitu juga sebaliknya. Janganlah kita lepas kendali hingga banyak melakukan maksiat tanpa bertaubat, dgn bersandar dan bergantung kepada rahmat Allah. Janganlah kita mengatakan, “Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayg, Dia pasti tak mau menyiksaku meskipun aku banyak melakukan maksiat.” Hal seperti ini disebut oleh para ulama dgn al aman min makrillah (merasa aman dari siksaan Allah). Hukumnya juga haram dan termasuk dosa besar.

 

Yang semestinya ialah kita posisikan diri kita di antara khauf (takut) dan raja’ (berharap). Takut terhadap siksa Allah dan di sisi yg lain tetap berharap rahmat, ampunan dan pahala dari-Nya.

 

Baginda Nabi Muhammad shallallahu ‘alahi wasallam bersabda:

 

إِنَّ اللهَ يُملِي لِلظَّالِمِ حَتَّى إِذَا أَخَذَهُ لَمْ يُفْلِتْهُ (رواه مسلم)

 

Maknanya: “Sesungguhnya Allah menangguhkan balasan terhadap orang yg zalim sehingga ketika (waktunya tiba) Allah tak mau melepasnya (membalasnya dgn siksaan)” (HR Muslim).

 

Oleh sebab itu, janganlah seorang pelaku maksiat tertipu sebab balasan siksa dari Allah tak kunjung datang menimpanya. Lalu dia terus berbuat maksiat dan berbuat zalim tanpa bertaubat dan tanpa takut terhadap siksa Allah. Jika balasan siksa dari Allah betul-betul datang mengenainya, dia pasti binasa dan tak dapat mengelak.

 

Baginda Nabi Muhammad shallallahu ‘alahi wasallam juga bersabda dalam hadits qudsi: Allah ta’ala berfirman:

 

يَا ابْنَ ءَادَمَ، إِنَّكَ مَا دَعَوْتَنِي وَرَجَوْتَنِي، غَفَرْتُ لَكَ عَلَى مَا كَانَ مِنْكَ وَلَا أُبَالِي، يَا ابْنَ ءَادَمَ لَوْ بَلَغَتْ ذُنُوْبُكَ عَنَانَ السَّمَاءِ ثُمَّ اسْتَغْفَرْتَنِيْ، غَفَرْتُ لَكَ وَلَا أُبَالِيْ، يَا ابْنَ ءَادَمَ لَوْ أَتَيْتَنِيْ بِقُرَابِ الْأَرْضِ خَطَايَا، ثُمَّ لَقِيْتَنِيْ لَا تُشْرِكُ بِيْ شَيْئًا لَأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً (رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ)  

 

Maknanya: “Wahai manusia, sungguh selama engkau berdoa kepada-Ku dan mengharap ampunan-Ku maka Aku mau mengampunimu atas dosa-dosa yg engkau lakukan, dan banyaknya dosamu tak berpengaruh bagi-Ku. Wahai manusia, bila dosamu memenuhi bumi dan angkasa sehingga ia naik ke langit, kemudian engkau memohon ampun kepada-Ku maka Aku mau mengampunimu, dan banyaknya dosamu tak berpengaruh bagi-Ku. Wahai manusia, seandainya engkau datang kepada-Ku dgn dosa yg memenuhi bumi kemudian engkau meninggal dalam keadaan tak menyekutukan-Ku dgn sesuatu pun, niscaya Aku mau memberimu ampunan yg sepadan”  (HR at-Tirmidzi).

 

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Demikian khutbah singkat pada siang hari yg penuh keberkahan ini. Semoga bermanfaat dan membawa barakah bagi kita semua. Amin.

 

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

 

Khutbah II

 

اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ 

أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ 

عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

 

Ustadz Nur Rohmad, Anggota Tim Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur dan Aswaja NU Center PCNU Kab. Mojokerto


Baca naskah khutbah lainnya:


​​​​​​​

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.