Berkumpul & Berpisah sebab Allah

Khutbah I

الحمد
لله  الحمد لله الذي هدانا سبل السلام، وأفهمنا بشريعة النبي الكريم، أشهد
أن لا اله إلا الله وحده لا شريك له، ذو الجلال والإكرام، وأشهد أن سيدنا
ونبينا محمدا عبده و رسوله، اللهم صل و سلم وبارك على سيدنا محمد وعلى اله
وأصحابه والتابعين بإحسان إلى يوم الدين، أما بعد: فيايها الإخوان، أوصيكم و
نفسي بتقوى الله وطاعته لعلكم تفلحون، قال الله تعالى في القران الكريم:
أعوذ بالله من الشيطان الرجيم، بسم الله الرحمن الرحيم: يايها الذين امنوا
اتقوا الله وقولوا قولا سديدا، يصلح لكم  أعمالكم ويغفرلكم ذنوبكم، ومن يطع
الله ورسوله فقد فاز فوزا عظيما. وقال تعالى: يايها الذين امنوا اتقوا
الله حق تقاته ولاتموتن الا وأنتم مسلمون، صدق الله العظيم.

Sidang Jum’ah rahimakumullah…

Rasulullah
SAW bersabda bahwa kelak pada hari Kiamat Allah SWT mau memberikan
perlindungan kepada tujuh  (golongan) orang. Salah satu di antaranya
ialah dua orang yg saling mencintai sebab Allah, sehingga mereka
tak bertemu dan tak juga berpisah kecuali sebab Allah sebagaimana
penggalan hadist Rasulullah SAW yg diriwayatkan dari Abi Hurairah RA
berikut ini:

وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ

Artinya: “Dua orang yg saling mencintai sebab Allah. Mereka berkumpul dan berpisah semata-mata sebab Allah.”

Contoh
terbaik dua orang seperti itu ialah Nabi Musa AS dan Nabi Khidir AS
yg kisah kebersamaan mereka sebab cintanya kepada Allah SWT
diabadikan di dalam Al-Qur’an, Surah Al-Kahfi, ayat 65–82. Secara
ringkas kisah kebersamaan Nabi Musa AS dan Nabi Khidir AS dapat
dijelaskan sebagai berikut:

Nabi Musa AS bertemu Nabi Khidir AS
dan kemudian menjalin kebersamaan dgn mengikuti ke mana Nabi Khidir
AS pergi. Dalam kebersamaan ini Nabi Musa AS mau  mengetahui  ilmu
haqiqat dari Nabi Khidir AS. Nabi Khidizir menyetujui maksud Nabi Musa
AS tersebut dgn syarat Nabi Musa AS harus bersabar dgn tak boleh
menanyakan alasan mengapa Nabi Khidir AS melakukan sesuatu hingga Nabi
Khidir AS sendiri berkenan menjelaskannya di saat yg menurutnya tepat.

Sidang Jum’ah rahimakumullah…

Nabi Musa AS menyatakan
setuju atas persyaratan tersebut. Nabi Khidir AS menerima janji Nabi
Musa AS itu walaupun sebetulnya dari awal Nabi Khidir AS telah tahu
bahwa Nabi Musa AS tak mau dapat menepati janji-janjinya. Namun
demikian Nabi Khidir AS perlu membuktikan hal itu dgn memberi
kesempatan kepada Nabi Musa AS buat mengikuti ke mana Nabi Khidir AS
pergi guna mendapatkan pengetahuan tentang ilmu haqiqat.

Begitu
proses pembelajaran mulai berlangsung, terbuki bahwa Nabi Musa AS tak
dapat menepati janjinya sebab setiap kali Nabi Khidir AS melakukan
sesuatu, Nabi Musa AS selalu meminta penjelasan segera dari Nabi Khidir
AS mengapa perbuatan itu dilakukan. Sikap Nabi Musa AS yg seperti ini
menurut Nabi Khidir AS menujukkan ketak sabaran Nabi Musa AS dalam
menunggu penjelasan sehingga merupakan pelanggaran terhadap kesepakatan
yg telah disetuji bersama. Hal seperti ini berlangsung hingga tiga
kali yg berarti Nabi Musa AS melanggar janjinya hingga sejumlah itu.

Sidang Jum’ah rahimakumullah…

Setelah
Nabi Musa AS melakukan pelanggaran sebanyak tiga kali, Nabi Khidir AS
memutuskan mengakhiri kebersamaanya dgn Nabi Musa AS. Namun sebelum
mereka berpisah, Nabi Khidir AS dgn senang hati dan penuh keikhlasan
memberikan penjelasan tentang hal-hal yg kemudian dipertanyakan
alasannya selama kebersamaanya dgn Nabi Musa AS.

Penjelasan
itulah yg sebenarnya merupakan ilmu haqiqat yg mau disampaikan
kepada Nabi Musa AS sesuai permintannya. Penjelasan tersebut disampaikan
sekaligus buat mengakhiri kebersamaannya dgn Nabi Musa AS sebab
Nabi Musa AS sendiri mengatakan apabila melanggar janji hingga tiga kali
maka Nabi Khidir AS dapat mengakhiri kebersamaan itu. Hal ini
sebagaimana dikisahkan dalam ayat 76:

قَالَ إِن سَأَلْتُكَ عَن شَيْءٍ بَعْدَهَا فَلَا تُصَاحِبْنِي قَدْ بَلَغْتَ مِن لَّدُنِّي عُذْرًا

Artinya:
Dia Musa berkata: “Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu setelah
ini, maka jangan lagi engkau memperbolehkan aku menyertaimu,
sesungguhnya engkau  telah cukup (bersabar) menerima alasan dariku.”

Penjelasan
sebagaimana dikisahkan dalam Surah Al-Kahfi tentang tiga hal yg
dilakukan Nabi Khidir AS selama kebersamaanya dgn Nabi Musa AS ialah
sebagai berikut:

1.    Perahu yg dilubangi Nabi Khidir AS
ialah milik orang-orang miskin yg bekerja di laut. Nabi Khidir AS
merusak perahu tersebut dgn membuatnya cacat supaya tak dirampas oleh
raja yg melakukan operasi perampasan terhadap setiap perahu yg
kondisinya baik. Sang raja telah berada di belakang mereka. Dengan
perahu yg keadaannya cacat sang raja tak tertarik buat merampas
perahu tersebut. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam ayat 79.

أَمَّا
السَّفِينَةُ فَكَانَتْ لِمَسَاكِينَ يَعْمَلُونَ فِي الْبَحْرِ
فَأَرَدتُّ أَنْ أَعِيبَهَا وَكَانَ وَرَاءهُم مَّلِكٌ يَأْخُذُ كُلَّ
سَفِينَةٍ غَصْبًا

Artinya: “Adapun perahu itu ialah kepunyaan
orang-orang miskin yg bekerja di laut, dan aku mau membuat perahu
itu cacat sebab di belakang mereka ada seorang raja yg merampas
tiap-tiap perahu (yg tak cacat).”

2.    Seorang bocah
laki-laki yg dibunuh Nabi Khidir AS ialah seorang anak yg
kedepannya mau menjadi anak durhaka. Padahal kedua orang tuanya ialah
orang-orang mukmin dan saleh. Dari pada kedua orang tua itu menuruti
anaknya sehingga menjadi ikut tersesat dan kafir, maka dibunuhlah anak
itu oleh Nabi Khidir AS, dgn maksud menyelamatkan kedua orang tuanya
dari kesesatan dan kekafiran. Selain itu, Nabi Khidir AS juga berharap
Allah SWT mau mengganti anak itu dgn anak saleh yg berbakti dan
mencintai kedua orang tuanya. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam ayat
80-81.

وَأَمَّا الْغُلَامُ فَكَانَ أَبَوَاهُ مُؤْمِنَيْنِ
فَخَشِينَا أَن يُرْهِقَهُمَا طُغْيَانًا وَكُفْرًا. فَأَرَدْنَا أَن
يُبْدِلَهُمَا رَبُّهُمَا خَيْرًا مِّنْهُ زَكَاةً وَأَقْرَبَ رُحْمًا

Artinya:
“Dan adapun anak itu maka kedua orang tuanya ialah orang-orang mukmin,
dan kami khawatir bahwa dia mau mendorong kedua orang tuanya itu
kepada kesesatan dan kekafiran. Dan kami menghendaki, supaya Tuhan
mereka mengganti bagi mereka dgn anak lain yg lebih baik
kesuciannya dari anaknya itu dan lebih dalam kasih saygnya (kepada ibu
bapaknya).”

3.  Dinding rumah yg hampir roboh itu ialah milik
dua orang anak muda yg telah yatim di kota itu. Di bawah dinding
rumah itu terdapat harta benda simpanan bagi mereka berdua. Ayah mereka
ialah orang saleh. Allah menghendaki supaya harta simpanan itu dapat
sampai kepada kedua anak itu hingga mereka dewasa dan dapat mengambil
simpanan itu sebagai rahmat dari Allah SWT. Selanjutnya Nabi Khidir AS
menjelaskan bahwa semua yg beliau lakukan itu bukanlah kemauannya
sendiri melainkan perintah dari Allah SWT. Hal ini sebagaimana
dijelaskan dalam Surah Al-Kahfi, ayat 82.

وَأَمَّا الْجِدَارُ
فَكَانَ لِغُلَامَيْنِ يَتِيمَيْنِ فِي الْمَدِينَةِ وَكَانَ تَحْتَهُ
كَنزٌ لَّهُمَا وَكَانَ أَبُوهُمَا صَالِحًا فَأَرَادَ رَبُّكَ أَنْ
يَبْلُغَا أَشُدَّهُمَا وَيَسْتَخْرِجَا كَنزَهُمَا رَحْمَةً مِّن رَّبِّكَ
وَمَا فَعَلْتُهُ عَنْ أَمْرِي ذَلِكَ تَأْوِيلُ مَا لَمْ تَسْطِع
عَّلَيْهِ صَبْرًا

Artinya:“Adapun dinding rumah itu ialah milik
dua  anak yatim di kota itu, yg di bawahnya tersimpan harta bagi
mereka berdua, dan ayahnya seorang yg saleh, Maka Tuhanmu menghendaki
agar keduanya sampai dewasa dan keduanya mengeluarkan simpanannya itu
sebagai rahmat dari Tuhanmu. Apa yg kuperbuat bukan menurut kemauanku
sendiri. Itulah keterangan perbuatan-perbuatan yg engkau tak sabar
terhadapnya.”

Sidang Jum’ah rahimakumullah…

Pelajaran yg dapat kita petik dari kisah Nabi Musa AS dan Nabi Khidir AS di atas ialah:

a.  
 Apa yg dilakukan Nabi Khidir AS, yakni (1) Secara sengaja dan
sepihak melubangi sebuah perahu yg bukan miliknya; (2) Secara sengaja
dan sepihak membunuh seorang bocah laki-laki padahal anak tersebut tak
melakukan pembunuhan terhadap orang lain, dan (3) Secara sengaja dan
sepihak memperbaiki dinding rumah orang lain yg hampir roboh sehingga
tak menarik bayaran dari pemiliknya, merupakan pelajaran yg
diperlukan Nabi Musa AS buat menambah wawasan keilmuannya mengingat
ketiga hal di atas berdasarkan perintah langsung atau wahyu dari Allah
SWT.

Namun demikian, kita tahu bahwa kita semua bukanlah para
nabi sebagaimana Nabi Musa AS dan Nabi Khidir AS yg memiliki sifat
ma’shum, yakni terjaga oleh Allah SWT dari dosa dan kesalahan besar, 
tetapi kita semua ialah manusia biasa. Artinya pelajaran yg diberikan
Nabi Khidir AS kepada Nabi Musa AS itu memang bukan buat kita sebagai
orang awam sehingga kita tak diperbolehkan meniru Nabi Khidir AS
begitu saja yg dalam kasus pertama, kedua dan ketiga bertentangan atau
setaknya tak sejalan  dgn ilmu syari’at yg dipegang Nabi Musa
AS. Maka dapat dimengerti Nabi Musa AS selalu mengajukan pertanyaan atas
apa yg telah dilakukan Nabi Khidir AS meskipun telah berjanji tak
akan melakukan hal seperti itu.

Justru sikap Nabi Musa AS yg
selalu berpegang teguh pada  ilmu syari’at itulah yg sesungguhnya
menjadi fokus perhatian kita sebagai orang awam. Bagi kita, Ilmu
syari’at sesungguhnya telah mengatur bahwa dalam hal-hal tertentu
seperti keadaan darurat yg memaksa, kita diperbolehkan mencari
alternatif atau jalan keluar yg dalam kondisi normal dilarang. Karena
sifatnya darurat maka tak boleh berlebihan dalam melaksanakannya.  

b.  
 Kedua laki-laki itu, yakni Nabi Musa AS dan Nabi Khidir AS bersepakat
buat menjalin kebersamaan sebab didorong niat bersama buat beribadah
kepada Allah. Nabi Musa AS mau berguru mencari ilmu haqiqat dari Nabi
Khidir AS, dan Nabi Khidir AS sendiri bersedia memberikan ilmunya kepada
Nabi Musa AS dgn syarat-syarat tertentu yg disepakati bersama.

Ketika
kemudian Nabi Musa AS melanggar syarat-syarat itu, maka demi
menghormati apa yg telah disepakati bersama mereka rela berpisah
sebagaimana kesepakatan bersama. Perpisahan tersebut berlangsung dgn
indah  seindah saat awal bertemunya sebab tak ada perasaan dendam
apalagi sikap saling membenci atau permusuhan diantara mereka. Nabi Musa
AS menghormati ilmu hakikat yg dipegangi Nabi Khidir AS. Demikian
pula sebaliknya Nabi Khidir menghormati ilmu syariat yg dipegang teguh
Nabi Musa AS dan harus ditaati umatnya.

Kedua ilmu itu benar
sebab sama-sama bersumber dari Allah SWT. Yang membedakan Nabi Musa AS
dgn Nabi Khidir AS ialah bahwa Nabi Musa AS ialah seorang nabi
sekaligus rasul, sedangkan Nabi Khidir AS ialah seroang nabi saja di
mana wahyu yg diterimanya hanya buat dirinya sendiri dan tak ada
kewajiban menyampaikannya kepada orang lain.  Kedua nabi itu berkumpul
sebab Allah, berpisah pun sebab Allah. Mereka hanya berpisah secara
raga tetapi hati mereka tetap menyatu dan saling mendoakan.

Sidang Jum’ah rahimakumullah

Demikianlah
salah satu contoh tentang dua orang laki-laki yg oleh Rasulullah SAW
dikatakan mau mendapatkan perlidungan dari Allah SWT pada hari Kiamat.
Pada hari itu tak ada perlindungan kecuali perlindungan dari Allah
SWT. Contoh lain yg serupa atau mirip di zaman kita sekarang tentu
dapat kita gali sendiri di lingkungan kita masing-masing. Prinsipnya
ialah dua orang berkumpul sebab Allah dan berpisahpun sebab Allah
yg dilandasi cinta kepada-Nya dan bukan sebab didorong oleh nafsu
yg bersumber dari ajakan setan. Semoga uraian di atas menginspirasi
kita semua dalam berkumpul dan berpisah dgn orang lain sehingga kita
pun kelak termasuk orang-orang yg mau mendapat perlindungan dari
Allah SWT di hari Kiamat. Amin ya rabbal alamin.        

جعلنا
الله واياكم من الفائزين الامنين، وادخلنا واياكم في زمرة عباده المؤمنين :
اعوذ بالله من الشيطان الرجيم، بسم الله الرحمان الرحيم: يايها الذين
امنوا اتقواالله وقولوا قولا سديدا. بارك الله لي ولكم في القران العظيم
ونفعني واياكم بما ف  يه من الايات والذكرالحكيم، وتقبل مني ومنكم تلاوته
انه هو الغفور الرحيم، وقل رب اغفر وارحم وانت خيرالراحمين
.

Khutbah II

الحمد
لله  الحمد لله الذي اكرمنا بدين الحق المبين، وافضلنا بشريعة النبي
الكريم، اشهد ان لا اله الا الله وحده لا شريك له، الملك الحق المبين، 
واشهد ان سيدنا ونبينا محمدا عبده و رسوله، سيدالانبياء والمرسلين، اللهم
صل و سلم وبارك على نبينا محمد وعلى اله وصحبه والتابعين ومن تبعهم باحسان
الى يوم الدين، اما بعد: فيايهاالناس اتقواالله، وافعلواالخيرات واجتنبوا
عن السيئات، واعلمواان الله ياْمركم بامربداْ فيه بنفسه، فقال عز من قائل:
إن الله وملائكته يصلون على النبى، ياأيها الذين أمنوا صلوا عليه وسلموا
تسليما.  اللهم صلّ على سيدنا  محمد و على آل  سيدنا  محمد. اللهم اغفر
للمؤمنين والمؤمنات والمسلمين والمسلمات الاحياء منهم والاموات انك سميع
قريب مجيب الدعوات، وغافر الذنوب انك على كل شيئ قدير. ربنا اغفر لنا
ذنوبنا ولإخواننا الذين سبقونا بالإيمان ولا تجعل في قلوبنا غلا للذين
آمنوا ربنا إنك رءوف رحيم، ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا
عذاب النار. والحمد لله رب العالمين. عبادالله، إن الله يأمر بالعدل
والإحسان وإيتاء ذي القربى وينهى عن الفحشاء والمنكر والبغي يعظكم لعلكم
تذكرون. فاذكرواالله العظيم يذكركم واشكروه على نعمه يزدكم ولذكرالله اكبر
.

Muhammad Ishom,
dosen  Fakultas Agama Islam Universitas Nahdlatul Ulama (UNU)
Surakarta                                                                       





Uncategorized

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.