Assalamu alaikum wr. wb.
Redaksi bahtsul masail NU Online, seorang imam keliru membaca salah satu surat di Juz Amma setelah Al-Fatihah dalam sebuah shalat berjamaah belakangan ini. Kesalahan atau kekeliruan ini menjadi perbincangan publik sebab dilaksanakan di stadion nasional dan di tahun politik. Pertanyaannya, bagaimana dgn status shalat berjamaahnya? Terima kasih. Wassalamu alaikum wr. wb. (Romdoni/Jakarta)
Jawaban
Penanya yg budiman, semoga dirahmati Allah SWT. Para ulama berbeda pendapat perihal status shalat berjamaah lantaran kesalahan bacaan surat oleh imam. Perbedaan pandangan ulama perihal ini mau dikemukakan sebagai berikut.
Kesalahan bacaan surat Al-Quran dalam shalat dalam pandangan Imam Abu Hanifah dan muridnya Syekh Muhammad berimplikasi pada keabsahan shalat. Menurut keduanya, kesalahan bacaan Al-Quran lalu kesalahan bacaan melahirkan makna yg jauh dapat membatalkan shalat.
وتبطل أيضاً عند أبي ØنيÙØ© ومØمد بما له مثل ÙÙŠ القرآن، والمعنى بعيد، ولم يكن متغيراً تغيراً ÙاØشاً. ولا تبطل عند أبي يوسÙØ› لعموم البلوى
Artinya, “Ibadah shalat menjadi batal menurut Imam Abu Hanifah dan Syekh Muhammad sebab bacaan yg memiliki kemiripan dalam Al-Quran, sedangkan makna yg muncul sebab salah bacaan tersebut cukup jauh meski tak fatal. Tetapi ibadah shalat itu tak batal menurut Syekh Abu Yusuf sebab umumul balwa,†(Lihat Syekh Wahbah Az-Zuhayli, Al-Fiqhul Islami wa Adillatuh, [Beirut, Darul Fikr: 1985 M/1405 H], cetakan kedua, juz II, halaman 20).Â
Adapun ulama madzhab Maliki menganggap kesalahan bacaan Al-Quran tanpa sengaja oleh seorang imam dalam shalat tak mempengaruhi keabsahan shalat. Tetapi makmum yg mengikutinya berdosa bila ada orang lain yg masih layak menjadi imam.
ÙˆÙŽ) صَØَّتْ (بÙÙ„ÙŽØْنÙ) ÙÙÙŠ الْقÙرَاءَة٠(وَلَوْ بÙالْÙَاتÙØÙŽØ©Ù) إنْ لَمْ يَتَعَمَّدْ، (ÙˆÙŽØ£ÙŽØ«ÙÙ…ÙŽ) الْمÙقْتَدÙÙŠ بÙÙ‡Ù (إنْ وَجَدَ غَيْرَهÙ) Ù…Ùمَّنْ ÙŠÙØْسÙن٠الْقÙرَاءَةَ ÙˆÙŽØ¥Ùلَّا Ùَلَا
Artinya, “Shalat (dgn) bacaan (salah meski itu ialah Al-Fatihah) tetap sah bila dilakukan secara tak sengaja. Makmum yg mengikuti imam yg salah baca (berdosa bila mendapati imam lain) yg baik bacaannya. Tetapi bila tak ada imam lain yg baik bacaannya, maka makmum tak berdosa,†(Lihat Syekh Ahmad bin Muhammad As-Shawi, Hasyiatus Shawi alas Syarhis Shaghir, juz II, halaman 230).
Pandangan mazhab Syafi’i berbeda lagi. Menurut mazhab ini, kesalahan bacaan Al-Quran selain Al-Fatihah yg tak mengubah makna tak membatalkan shalat dan tak merusak status shalat berjamaah. Tetapi kesalahan bacaan Al-Quran yg mengubah makna bila dilakukan sebab lupa juga tak membatalkan shalat dan tak merusak status shalat berjamaah meski makruh.
وأما السورة Ùإن كان اللØÙ† لا يغير المعنى صØت صلاته والقدوة به لكنه مع التعمد والعلم Øرام وإن كان يغير المعنى Ùإن عجز عن التعلم أو كان ناسيا أو جاهلا صØت صلاته والقدوة به مطلقا مع الكراهة
Artinya, “Adapun surat [selain Al-Fatihah], bila kesalahan itu tak mengubah makna, maka sah lah shalatnya dan sah juga bermakmum kepadanya. Tetapi bila kesalahan itu dilakukan dgn sengaja dan sadar [akan larangan demikian], maka haram. Sementara bila seseorang tak sanggup belajar, lupa atau tak tahu, maka sah lah shalatnya dan sah juga bermakmum kepadanya secara mutlak meski makruh,†(Lihat Syekh M Nawawi Banten, Nihayatuz Zein, [Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyyah: 2002 M/1422 H] cetakan pertama, halaman 126).
Adapun Mazhab Hanbali berpendapat bahwa kesalahan bacaan surat Al-Quran selain Al-Fatihah tanpa sengaja di dalam shalat berjamaah tak masalah. Tetapi bila kesalahan bacaan terjadi pada surat Al-Fatihah dalam shalat, itu menjadi masalah.
وقال الØنابلة : إن Ø£Øال اللØان المعنى ÙÙŠ غير الÙاتØØ© لم يمنع صØØ© الصلاة ولا الائتمام به إلا أن يتعمده، Ùتبطل صلاتهما. أما إن Ø£Øال المعنى ÙÙŠ الÙاتØØ© Ùتبطل الصلاة مطلقاً
Artinya, “Mazhab Hanbali mengatakan bahwa bila imam yg salah itu mengubah makna pada surat selain Al-Fatihah, maka [kesalahan] itu tak mencegah keabsahan shalat dan keabsahan bermakmum kepadanya kecuali bila dilakukan dgn sengaja sehingga [dgn sengaja] batal shalat keduanya. Adapun bila ia mengubah makna pada surat Al-Fatihah, maka batal shalatnya secara mutlak,†(Lihat Syekh Wahbah Az-Zuhayli, Al-Fiqhul Islami wa Adillatuh, [Beirut, Darul Fikr: 1985 M/1405 H], cetakan kedua, juz II, halaman 22).
Kesalahan bacaan sebab lupa sebaiknya tak perlu menjadi masalah publik sebab tiada satu pu imam yg mengmaukan demikian. Tetapi kami menyarankan supaya pihak masjid atau pihak mana pun yg mau menyelenggarakan shalat berjamaah yg melibatkan massa besar buat memilih imam yg memang terbiasa mengimami makmum dalam jumlah besar.
Demikian jawaban singkat kami. Semoga dapat dipahami dgn baik. Kami selalu terbuka dalam menerima kritik dan saran dari para pembaca.
Wallahul muwaffiq ila aqwathih thariq,
Wassalamu ’alaikum wr. wb.
(Alhafiz Kurniawan)
Uncategorized