Ini Tanda-tanda Waliyullah Menurut Ibnu Athaillah

Setiap rasul mengandung sifat kerasulan, kenabian, dan kewalian. Hanya saja setelah Nabi Muhammad SAW, sifat kenabian dan kerasulan tertutup. Pintu terbuka hingga kini ialah kewalian. Sifat kewalian ini yg masih melekat pada beberapa orang di tengah-tengah kita.

Kalau para nabi dan rasul bersifat makshum (terjaga dari maksiat), maka para wali Allah bersifat mahfuzh (selalu dalam bimbingan Allah baik dalam taat maupun dalam khilaf).

Syekh Ibnu Athaillah mengatakan bahwa Allah menyatakan sebagian wali-Nya dan menyembunyikan sebagian lain di tengah masyarakat. Tetapi semua wali-Nya menjadi tanda bagi masyarakat atas kehadiran-Nya.

قال رضي الله عنه سبحان من لم يجعل الدليل على أوليائه إلا من حيث الدليل عليه ولم يوصل إليهم إلا من أراد أن يوصله إليه

Artinya, “Mahasuci Allah yg tak menjadikan tanda bagi para wali-Nya selain tanda yg menunjukkan ada-Nya. Mahasuci Allah yg tak ‘mempertemukan’ kepada para wali selain orang yg dikehendaki sampai kepada-Nya.”

Lalu bagaimana kita dapat mengerti kehadiran wali Allah? Ini yg sulit. Pasalnya, para wali juga manusia biasa seperti hamba Allah lainnya. Hal ini tercantum pada keterangan Syekh Ibnu Abbad berikut ini.

وسمعته يقول يعنى شيخه أبا العباس رضي الله عنه يقول معرفة الولي أصعب من معرفة الله فإن الله معروف بكماله وجماله وحتى ومتى تعرف مخلوقا مثلك يأكل كما تأكل ويشرب كما تشرب وقال فيه وإذا أراد الله أن يعرفك بولي من أوليائه طوى عنك وجود بشريته وأشهدك وجود خصوصيته اهـ

Artinya, “Aku (Syekh Ibnu Athaillah) mendengarnya (maksudnya ialah gurunya), Syekh Abul Abbas Al-Mursi berkata, ‘Mengenal wali lebih sulit dari mengenal Allah. Allah dapat dikenali dgn kesempurnaan dan keindahan-Nya. tetapi kapan kau dapat mengenali tanda wali, makhluk sepertimu. Ia makan sebagaimana kamu makan, ia minum sebagaimana kamu minum.’ Ibnu Athaillah berkata di Latha’iful Minan, ‘Kalau Allah menghendakimu kenal dgn salah satu walinya, Allah melipat unsur manusiawinya di matamu dan Allah memperlihatkanmu keistimewaannya,’” (Lihat Syekh Ibnu Abbad, Syarhul Hikam, Semarang, Maktabah Al-Munawwir, tanpa catatan tahun, juz II, halaman 2).

Meskipun demikian, secara umum para wali dapat teridentifikasi. Minimal mereka mengandung tiga sifat berikut ini sebagaimana keterangan Syekh Zarruq.

ثم الولي يعرف بثلاث: إيثار الحق، والإعراض عن الخلق، والتزام السنة بالصدق

Artinya, “Tetapi waliyullah itu dapat dikenali dgn tiga tanda: mengutamakan Allah, (hatinya) berpaling dari makhluk-Nya, dan berpegang pada syariat Nabi Muhammad SAW dgn benar,” (Lihat Syekh Zarruq, Syarhul Hikam, As-Syirkatul Qaumiyyah, 2010 M/1431 H, halaman 133).

Meskipun Syekh Zarruq menyebutkan demikian, kita tetap sulit menunjuk hidung siapa wali Allah di tengah kita. Mereka beribadah sebagaimana kita. Mereka juga kadang berbuat khilaf seperti kita. Mereka berpakaian seperti kita. Mereka juga entah apa profesi kesehariannya. Hanya bedanya, mereka terjaga dari penyakit batin dan mereka menjaga adab kepada Allah saat berbuat taat maupun saat berbuat maksiat sebab kuasa-Nya atas bimbingan-Nya.

Mereka sama sekali tak terduga. Karena sulitnya menentukan mereka, kita hanya dapat berlaku husnuzzhan (berbaik sangka) kepada setiap orang. Semoga dgn menghormati para kekasih Tuhan itu, kita dapat kelimpahan rahmat-Nya. Amiiin, ya Rabbal alamin. Wallahu a‘lam. (Alhafiz K)





Uncategorized

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.