Jalan Sufi Kalangan Disabilitas Menurut Ibnu Athaillah

Keterbatasan fisik seperti orang sakit dan kalangan disabilitas tetap memiliki kesempatan buat beribadah sebab jalan menuju Allah terbuka bagi siapa saja. Jalan ini tak tertutup buat kalangan tertentu. Jalan ilahi ini dapat ditempuh oleh semua orang dgn latar belakang sosial apa pun.

Jangan disangka kasih sayg Allah berkurang buat mereka yg sedang mendapat ujian. Pasalnya, kasih sayg Allah tetap melekat pada ujian dan cobaan yg menjadi takdir manusia sebagaimana keterangan Al-Hikam berikut ini.

من ظن انفكاك لطفه عن قدره فذلك لقصور نظره

Artinya, “Siapa saja yg mengira kelembutan kasih Allah terpisah dari takdir-Nya, maka itu terjadi sebab keterbatasan pandangannya.”

Dengan keterangan ini, dapat disimpulkan bahwa kelembutan kasih sayg Allah tak menjauh dari takdir misalnya disabilitas, keterbatasan fisik, dan pelbagai bentuk cobaan hidup lainnya. Dalam hadits kudsi berikut ini, Allah mengatakan bahwa cobaan hidup merupakan jalan hamba-Nya buat selalu dekat dgn-Nya. 

وفي الخبر عن الله تعالى الفقر سجني والمرض قيدي أحبس بذلك من أحببت من عبادي

Artinya, “Dalam hadits kudsi, Allah berfirman, ‘Kefakiran ialah penjara-Ku. Penyakit ialah borgol-Ku. Dengan itu semuanya Aku ‘menahan’ hamba-hamba yg Kucintai,’” (Lihat Syekh Ibnu Abbad, Ghayatul Mawahibil Aliyyah fi Syarhil Hikam Al-Atha’iyyah, [Semarang, Maktabah Thaha Putra: tanpa catatan tahun], juz I, halaman 78).

Mereka yg sakit dan kalangan disabilitas umumnya memiliki daya gerak yg terbatas. Hal ini menyebabkan jumlah aktivitas ibadah lahiriah mereka tak sebanyak mereka yg sehat dan kalangan non-disabilitas. Meski demikian, mereka tetap dapat beribadah secara batin di mana nilai ibadah ini memiliki bobot yg jauh lebih tinggi ketimbang ibadah lahiriah.

فيها أيضا تحصل له طاعة القلوب وأعمالها وذرة منها خير من أمثال الجبال من أعمال الجوارح وذلك مثل الصبر والرضا والزهد والتوكل وحب لقاء الله تعالى

Artinya, “Pada ujian itu terdapat ketaatan dan amal batin. Sebutir zarah amal batin lebih baik ketimbang amal ibadah yg menggunung secara lahiriah anggota badan. Amal batin itu ialah sabar, ridha, zuhud, tawakal, dan senang berjumpa dgn Allah,” (Lihat Syekh Ibnu Abbad, Ghayatul Mawahibil Aliyyah fi Syarhil Hikam Al-Atha’iyyah, [Semarang, Maktabah Thaha Putra: tanpa catatan tahun], juz I, halaman 78).

Amaliah batin mengandung banyak keutamaan, mulai dari penghapusan dosa, peningkatan derajat di sisi Allah, hingga aneka anugerah ilahi lainnya. Keutamaan dari amaliah batin itu kerap kali tak mudah diraih melalui ibadah secara lahiriah. Syekh As-Syarqawi menyebutkan ganjaran amaliah batin sebagai berikut:

ومنها أنه يحصل بها كفارة الذنوب والخطايا إلى غير ذلك من الألطاف الإلهية

Artinya, “Dari ujian itu juga muncul penghapusan dosa dan kesalahan, serta pelbagai kelembutan kasih ilahi lainnya,” (Lihat Syekh Abdullah Hijazi As-Syarqawi, Syarhul Hikam Ibnu Athaillah, [Semarang, Maktabah Thaha Putra: tanpa catatan tahun], juz I, halaman 78).

Uraian ini tak menganjurkan orang buat mengurangi atau bahkan meninggalkan ibadah lahiriah. Semua keterangan ini dimaksudkan buat menginformasikan jalan ibadah alternatif yg dapat ditempuh oleh mereka yg sedang mengalami sakit dan kalangan disabilitas. Wallahu a‘lam. (Alhafiz K)





Uncategorized

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.