Keimanan, keyakinan, dan tauhid kerap ditunjukkan oleh sebagian umat Islam dgn wajah kekerasan. Hal ini membuat persepsi di muka publik bahwa tingkat keimanan atau ketauhidan seseorang diukur dari kekerasan yg ditunjukkan di muka umum.
Imam Al-Bukhari dalam Kitab Adabul Mufrad meriwayatkan hadits Rasulullah SAW yg mengajak umatnya buat menghormati manusia meski hanya seorang budak.
عن أبى هريرة قال لا تقولن Ù‚Ø¨Ø Ø§Ù„Ù„Ù‡ وجهك ووجه من أشبه وجهك Ùإن الله عز Ùˆ جل خلق آدم صلى الله عليه Ùˆ سلم على صورته
Artinya, “Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, ‘Kalian jangan berkata, ‘Semoga Allah membuat buruk wajahmu dan wajah orang yg mirip dgnmu,’ sebab Allah menciptakan Nabi Adam AS sesuai ‘bentuk-Nya,’’†(HR Bukhari).
Sementara pada riwayat Bukhari dan Muslim, Rasulullah SAW juga bersabda dgn ucapan serupa, yaitu menjauhi kekerasan terutama pada bagian wajah manusia.
وَعَنْ أَبÙÙŠ Ù‡Ùرَيْرَةَ – رضي الله عنه – قَالَ: قَالَ رَسÙول٠اَللَّه٠– صلى الله عليه وسلم – – ” Ø¥Ùذَا ضَرَبَ Ø£ÙŽØَدÙÙƒÙمْ Ùَلْيَتَّق٠اَلْوَجْهَ” – Ù…ÙتَّÙÙŽÙ‚ÙŒ عَلَيْه
Artinya, “Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, ‘Jika salah seorang kau memukul yg lain, hindari bagian wajah,’†(HR Bukhari dan Muslim).
Rasulullah SAW secara lebih eksplisit buat menjauhi kekerasan terutama pada bagian wajah manusia sebab wajah bukan sekadar organ mulia sebab akal pikiran di sana tetapi sebab bentuk manusia meniru model “bentuk†Allah sebagaimana penjelasan Syekh Ibrahim Al-Baijuri berikut ini.
ومما يوهم الصورة ما رواه Ø£Øمد والشيخان أن رجلا ضرب عبده Ùنهاه النبي صلى الله عليه وسلم وقال إن الله تعالى خلق آدم على صورته Ùالسل٠يقولون صورة لا نعلمها والخل٠يقولون المراد بالصورة الصÙØ© من سمع وبصر وعلم ÙˆØياةÂ
Artinya, “Salah satu jenis waham ialah bentuk Allah sebagaimana Ahmad dan Bukhari-Muslim bahwa seorang sahabat memukul budaknya. Rasulullah lalu melarangnya, ‘Sungguh Allah menciptakan Nabi Adam AS sesuai bentuk-Nya.’ Ulama salaf memahaminya sebagai bentuk yg kita tak mungkin mengerti. Sementara ulama khalaf memahaminya sebagai sifat sejenis pendengaran, penglihatan, pengetahuan, dan sifat hidup,†(Lihat Syekh Ibrahim Al-Baijuri, Tuhfatul Murid ala Jauhartit Tauhid, [Indonesia, Daru Ihayil Kutubil Arabiyyah: tanpa catatan tahun], halaman 55).
Menurut Al-Baijuri, pandangan ulama semacam itu tak mengada-ada. Padangan mereka didasarkan riwayat hadits lain yg menyebut “Ar-Rahman†atau Allah secara eksplisit.
Ùهو على صÙته ÙÙŠ الجملة وإن كانت صÙته تعالى قديمة وصÙØ© الإنسان Øادثة وهذا بناء على أن الضمير ÙÙŠ صورته عائد على الله تعالى كما يقتضيه ما ورد ÙÙŠ بعض الطرق Ùإن الله خلق آدم على صورة الرØمن
Artinya, “Sifat anak manusia secara umum sesuai dgn sifat Allah. Hanya saja sifat Allah qadim. Sifat manusia hadits/baru. Pandangan ini didasarkan pada kata ganti/dhamir pada lafal ‘shuratihī’ merujuk pada Allah SWT sebagaimana petunjuk melalui sebagian riwayat lain, ‘Sungguh Allah menciptakan Nabi Adam AS sesuai bentuk Zat maha rahman,’†(Lihat Syekh Ibrahim Al-Baijuri, Tuhfatul Murid ala Jauhartit Tauhid, [Indonesia, Daru Ihayil Kutubil Arabiyyah: tanpa catatan tahun], halaman 55).
Sementara sebagian ulama memahami hadits tersebut secara berbeda. Mereka beranggapan bahwa manusia harus menjauhi kekerasan terhadap saudaranya sebab alasan kesamaan jenis sebagai manusia.
وبعضهم جعل الضمير عائدا على الأخ Ø§Ù„Ù…ØµØ±Ø Ø¨Ù‡ ÙÙŠ الطريق التي رواها مسلم بلÙظ Ùإذا قاتل Ø£Øدكم أخاه Ùليجتنب الوجه Ùإن الله خلق آدم على صورته أي وإذا كان كذالك Ùينبغي اØترامه باتقاء الوجه
Artinya, “Sebagian ulama memahami rujukan dhamir itu pada kata ‘saudara’ yg disebut secara lugas pada riwayat Muslim, ‘Jika salah seorang kalian memusuhi saudaranya, maka hindarilah wajah sebab sungguh Allah menciptakan Nabi Adam AS sesuai bentuknya.’ Jika demikian, maka seyogianya manusia itu menghindari wajah,†(Lihat Syekh Ibrahim Al-Baijuri, Tuhfatul Murid ala Jauhartit Tauhid, [Indonesia, Daru Ihayil Kutubil Arabiyyah: tanpa catatan tahun], halaman 55).
Dari sini dapat dipahami bahwa orang yg beriman kepada Allah atau dan mereka yg memegang tauhid sesungguhnya perlu menjauhkan kekerasan sebab manusia merupakan makhluk Allah yg mulia di mana sifat mereka dan sifat Allah serupa meski tak sama pada banyak sisi.
Keimanan dan tauhid kepada Allah mengajarkan umat Islam buat mencintai sesama manusia, bukan mengajak umat Islam buat saling menghancurkan sesamanya, dan umat manusia secara umum sebab mereka yg mengagungkan Allah telah seharusnya mencintai manusia sebagai makhluk-Nya. Wallahu a‘lam. (Alhafiz K)
Uncategorized