Keutamaan Muhasabah atau Introspeksi Diri

Muhasabah atau introspeksi memiliki keutaman tersendiri dalam Islam. Muhasabah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai introspeksi atau mawas diri, yaitu peninjauan atau koreksi terhadap (perbuatan, sikap, kelemahan, kesalahan, dan sebagainya) diri sendiri.

Muhasabah mendapatkan tempat yg baik dalam Islam. Imam Al-Ghazali mengutip Surat Al-Hasyr ayat 18 yg mengandung keutamaan muhasabah. Menurutnya, Surat Al-Hasyr ayat 18 mengisyaratkan manusia buat melakukan muhasabah atas perbuatan yg telah dilakukan.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

Artinya, “Wahai orang-orang yg beriman, bertakwalah kepada Allah. Hendaklah setiap orang memperhatikan apa yg telah diperbuatnya buat hari esok. Bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yg kamu kerjakan.” (Surat Al-Hasyr ayat 18).

Sayyidina Umar RA, kata Imam Al-Ghazali, menganjurkan kita buat melakukan muhasabah. “Hendaklah kalian lakukan muhasabah atas diri kalian sebelum kalian dihisab. Timbanglah perbuatan kalian sebelum ia kelak ditimbang.” (Imam Al-Ghazali, Ihya Ulumiddin, [Beirut, Darul Fikr: 2018 M], juz IV, halaman 419).

Dalam sebuah riwayat, seorang sahabat menemui Rasulullah SAW buat meminta wejangan kepadanya. “Wahai Rasulullah, berilah aku wejangan.” “Apakah kau meminta wejanganku?” “Benar,” jawabnya dgn bahagia. “Bila kau bermaksud buat melakukan sesuatu, pikirkanlah dampaknya. Jika ia baik, lakukanlah. Tetapi bila itu buruk, tahanlah,” (Imam Al-Ghazali, 2018 M: IV/419).

Terkait muhasabah, sebuah hadits menyebutkan, “Orang yg (bijak) berakal hendaknya mengalokasikan seperempat waktunya buat bermuhasabah,” (Imam Al-Ghazali, 2018 M: IV/419).

Imam Al-Ghazali mengaitkan muhasabah dan tobat. Keduanya tak dapat dipisahkan sebab tobat ialah peninjauan atau koreksi terhadap perbuatan atau sikap diri sendiri yg telah dilakukan dgn rasa penyesalan. Imam Al-Ghazali dalam kaitan dgn muhasabah dan tobat mengutip Surat An-Nur ayat 31 dan Surat Al-A’raf ayat 201.

وَتُوبُوٓا۟ إِلَى ٱللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَا ٱلْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Artinya, “Bertobatlah kalian kepada Allah, wahai orang-orang yg beriman, supaya kalian beruntung,” (Surat An-Nur ayat 31).

إِنَّ الَّذِينَ اتَّقَوْا إِذَا مَسَّهُمْ طَائِفٌ مِنَ الشَّيْطَانِ تَذَكَّرُوا فَإِذَا هُمْ مُبْصِرُونَ

Artinya, “Sungguh, orang-orang yg bertakwa bila ditimpa was-was dari setan, mereka ingat kepada Allah, lalu ketika itu juga mereka melihat (kesalahan-kesalahannya),” (Surat Al-A’raf ayat 201).

Rasulullah SAW, kutip Imam Al-Ghazali, bersabda, “Sungguh, aku meminta ampun dan bertobat kepada Allah sebanyak 100 kali dalam sehari.” (Imam Al-Ghazali, 2018 M: IV/419). Sementara Sayyidina Umar RA bila malam tiba memukul kedua kakinya dgn mutiara dalam rangka muhasabah.

Kepada dirinya sendiri Sayyidina Umar RA mengatakan sebagai bentuk muhasabah, “Apa saja yg kau lakukan hari ini?”

Semua ini menunjukkan keutamaan kegiatan muhasabah atau introspeksi diri. Wallahu a’lam. (Alhafiz Kurniawan)





Uncategorized

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.