Khutbah Jumat: Raih Surga dgn Akhlak Mulia

Naskah khutbah Jumat berikut ini menekankan pentingnya akhlak mulia sebagai ciri sempurnanya seorang mukmin. Ia ialah perangai yg diteladankan para nabi, sahabat, wali, dan ulama-ulama saleh di sepanjang zaman.

Jamaah khutbah Jumat diajak buat memperhatikan akhlak sebagai sesuatu yg sama pentingnya dgn beribadah. Bahkan, sebuah hadits menegaskan bahwa budi pekerti yg bagus setara dgn derajat puasa dan shalat malam sepanjang tahun. Akhlak mulia ialah sumber bagi ketenteraman masyarakat, hidup saling menolong dan menghormati.

 

Berikut teks khutbah Jumat tentang “Raih Surga dgn Akhlak Mulia“. Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan dekstop). Semoga bermanfaat! (Redaksi)


 

Khutbah I

 

اَلْحَمْدُ للهِ الْمَوْجُوْدِ أَزَلًا وَأَبَدًا بِلَا مَكَانٍ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ الْأَتَمَّانِ الْأَكْمَلَانِ، عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ، أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ.

أَمَّا بَعْدُ، فَإِنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْقَدِيْرِ الْقَائِلِ فِيْ مُحْكَمِ كِتَابِهِ: وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ، الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ (آل عمران: ١٣٣١٣٤)

 

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Dari atas mimbar khatib berwasiat kepada kita semua, terutama kepada diri khatib pribadi, buat senantiasa berusaha meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kepada Allah subhanahu wa ta’ala dgn cara melaksanakan semua kewajiban dan menjauhkan diri dari seluruh yg diharamkan.

 

Kaum Muslimin rahimakumullah,

Dalam kesempatan khutbah pada siang hari ini, khatib mau menyampaikan khutbah dgn tema: “Raih Surga dgn Akhlak Mulia”.

 

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Kemuliaan akhlak ialah salah satu sifat para nabi, para wali, dan orang-orang shalih. Dengan kemuliaan akhlak, keluhuran derajat diperoleh dan surga tertinggi diraih. Allah subhanahu wa ta’ala memuji Baginda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai insan yg berakhlak agung dalam firman-Nya:

 

وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ (القلم: ٤)

 

Maknanya: “Sesungguhnya engkau wahai Muhammad benar-benar berakhlak yg agung” (QS al-Qalam: 4).

 

Dalam sebuah hadits, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan balasan bagi orang yg berakhlak mulia kelak di kehidupan akhirat dalam sabdanya:

 

أَنَا زَعِيمٌ بِبَيْتٍ فِي رَبَضِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَإِنْ كَانَ مُحِقًّا، وَبِبَيْتٍ فِي وَسَطِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْكَذِبَ وَإِنْ كَانَ مَازِحًا وَبِبَيْتٍ فِي أَعْلَى الْجَنَّةِ لِمَنْ حَسَّنَ خُلُقَهُ (رَوَاهُ أَبُو داودَ)

 

Maknanya: “Aku ialah penjamin istana di surga bagian bawah bagi orang yg meninggalkan perdebatan (yg tak ada manfaatnya) meskipun ia benar, dan dgn istana di tengah surga bagi orang yg meninggalkan dusta meskipun ia bercanda, serta istana di surga yg paling tinggi bagi orang yg berakhlak mulia” (HR Abu Dawud).

 

Hadirin jamaah shalat Jumat yg berbahagia,

Akhlak mulia mengandung tiga makna sekaligus yg tak terpisahkan satu sama lain. Pertama, berbuat baik kepada semua orang, kepada siapa pun tanpa pandang bulu, tanpa berharap balasan dan imbalan apa pun dari orang yg kita perlakukan dgn baik. Kita berbuat baik kepada seseorang bukan dgn niat supaya orang itu membalas kebaikan kita. Atau dgn niat supaya orang itu juga memperlakukan kita dgn baik. Tidak. Kita berbuat baik kepada orang lain semata-mata dilandasi niat mau menjalankan perintah Allah dan Rasul-Nya. Berbuat baik kepada orang yg berbuat baik kepada kita, ini hal biasa. Hampir semua orang mampu melakukannya. Akan tetapi berbuat baik kepada orang yg berbuat buruk kepada kita, ini baru luar biasa. Sangat sedikit yg mampu melakukannya. Dan inilah yg disebut dgn kemuliaan akhlak.

 

Kedua, bersabar atas perlakukan buruk orang lain.

 

Ketiga, menahan diri buat tak berbuat buruk kepada orang lain.

 

Hadirin jamaah shalat Jumat rahimakumullah,

Akhlak yg mulia ialah sebab tersebarnya kasih sayg dan saling cinta di kalangan masyarakat. Sebaliknya akhlak yg buruk biasanya melahirkan saling benci, saling hasud, dan saling dengki.

 

Marilah kita teladani apa yg dilakukan Baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap seorang rabi (pendeta agama Yahudi).

 

Rabi itu bernama Zaid bin Sa’yah, atau lebih populer dgn panggilan Zaid bin Sa’nah. Ia pernah membaca di sebuah kitab kuno bahwa Nabi akhir zaman salah satu cirinya ialah perlakuan seburuk apa pun terhadapnya tak mau menambahkan kepadanya kecuali sikap santun dan sabar. Zaid kemudian mau menguji apakah sifat itu ada pada diri Muhammad. Ia lalu memberi utang Nabi dgn utang yg disepakati temponya. Tiga hari sebelum jatuh tempo, Zaid mendatangi Nabi buat menagih utang dgn kata-kata kasar yg memancing kemarahan Umar bin Khatthab. Umar yg kala itu berada di dekat Nabi hampir saja mencelakai Zaid dan membunuhnya. Rasulullah dgn sabar dan santun spontan mencegah apa yg mau dilakukan oleh Umar. Melihat hal itu, Zaid langsung mengucapkan dua kalimat syahadat dan masuk Islam. Masyaallah! Demikianlah yg terjadi bila seorang pendakwah berakhlak mulia. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ialah teladan yg sempurna bagi siapa pun yg mau terjun berdakwah di tengah-tengah masyarakat.

 

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Akhlak yg mulia juga ditunjukkan oleh salah seorang cicit Baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Imam Ali bin Husain bin Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhum yg berjuluk as-Sajjad Zainal ‘Abidin. Suatu ketika beliau berwudhu dgn dibantu oleh salah seorang budak perempuannya. Sang budak memegang sebuah teko (cerek) yg berisi air dan dituangkan sedikit demi sedikit buat diambil Imam Zainal Abidin dan dibasuhkan ke anggota-anggota wudhu. Tiba-tiba teko itu lepas dari genggaman sang budak dan jatuh mengenai kepala Imam Zainal Abidin. Seketika kepala beliau luka dan mengucurkan darah. Budak perempuan itu gemetar badannya dan sangat takut. Lantas sang budak berkata: wahai tuanku,

 

وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ

 

“(Orang-orang yg bertakwa ialah) mereka yg mampu menahan amarah”

 

Sang Imam berkata: “Aku telah menahan amarahku”

 

Budak itu melanjutkan potongan ayat berikutnya:

 

وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ

 

“(Orang-orang yg bertakwa juga ialah) mereka yg memaafkan kesalahan orang lain”

 

Imam Zainal Abidin berkata: “Aku telah memaafkanmu, silakan pergi, engkau sekarang aku merdekakan sebab Allah ta’ala.”

 

Hadirin rahimakumullah,

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

 

مَنْ كَظَمَ غَيْظًا، وَهُوَ قَادِرٌ عَلَى أَنْ يُنفِذَهُ، دَعَاهُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَى رُؤُوْسِ الْخَلَائقِ يَوْمَ القِيَامَةِ، حَتَّى يُخيِّرَهُ مِنْ أَيِّ الحُورِ شَاءَ (رواه أبو داود والترمذي وقال حديث حسن)

 

Maknanya: “Siapa yg menahan amarah padahal ia mampu melampiaskannya, maka Allah mau memanggilnya di hadapan para makhluk pada hari kiamat hingga ia dipersilakan memilih bidadari mana yg ia kehendaki” (HR Abu Dawud dan at-Tirmidzi, dan ia berkata: Ini hadits hasan)

 

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Untuk mencapai derajat sebagai orang yg berakhlak mulia dibutuhkan perjuangan yg berat dan terus menerus melawan hawa nafsu. Ditambah lagi dgn perjuangan yg berat dan tiada henti melawan godaan setan. Oleh sebab itulah, seseorang yg berakhlak mulia disejajarkan derajatnya oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dgn orang yg selalu menghidupkan malam dgn shalat-shalat malam dan berpuasa penuh sepanjang tahun kecuali lima hari yg diharamkan. Baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menegaskan:

 

إِنَّ الْمُؤْمِنَ لَيُدْرِكُ بِحُسْنِ خُلُقِهِ دَرَجَةَ الصَّائِمِ الْقَائِمِ (رواه أبو داود)

 

Maknanya: “Sungguh, dgn kemuliaan akhlak, seorang Mukmin mau mencapai derajat orang yg berpuasa sepanjang tahun (kecuali lima hari yg diharamkan) dan mendirikan shalat malam sepanjang tahun” (HR Abu Dawud).

 

Bahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menggolongkan kemuliaan akhlak sebagai tanda kesempurnaan iman dalam sabdanya:

 

أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ إِيْمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا (رواه الترمذي)

 

Maknanya: “Seorang Mukmin yg paling sempurna imannya ialah yg paling mulia akhlaknya” (HR at-Tirmidzi).

 

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Demikian khutbah singkat pada siang hari yg penuh keberkahan ini. Semoga bermanfaat dan membawa barakah bagi kita semua. Amin.

 

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِالْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ

 

Khutbah II

 

اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

 

أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

 

عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

 

 

Ustadz Nur Rohmad, Pemateri/Peneliti di Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur dan Ketua Bidang Peribadatan & Hukum, Pengurus Daerah Dewan Masjid Indonesia Kabupaten Mojokerto


Baca naskah Khutbah Jumat lainnya:





Uncategorized

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.