Mari Bersama Membangun Moral Bangsa

Moh. Sofwan Al-Hafidz
(Pengurus MWC NU Tanjung Priok)

الحمد لله رب العالمين وبه نستعين على امورالدنيا والدين. أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له وأشهد أن سيدنا محمدا عبده ورسوله.  اللهم صل على سيدنا محمد وعلى أله وصحبه أجمعين. اما بعد

فياعباد الله أوصيكم وإياي بتقوى الله فقد فاز المتقون, وقال الله تعالى “ياأيهاالذين أمنوا اتقوالله حق تقاته ولاتموتن إلا وأنتم مسلمون” وقال النبي صلى الله عليه وسلم: اتق الله حيثما كنت واتبع السيئة الحسنة تمحوها وخالق الناس بخلق حسن. صدق الله العلي العظيم وصدق رسوله النبي الحبيب الكريم, والحمد لله رب العالمين. 

Hadirin Jama’ah Jum’ah rahimakumullah
Marilah kita meningkatkan taqwa kita kepada Allah swt. semoga setiap perilaku kita senantiasa dalam kontrol yg Maha Kuasa, sehingga kita semua terhindar dari berbagai godaan yg menyesatkan kita dari tuntunan agama-Nya. Tidak hanya godaan dosa besar, tetapi juga godaan yg menggoyahkan kepribadian kita sebagai sorang muslim yg bertaqwa.

Hadirin Jama’ah Jum’ah yg Berbahagia    
Kita semua mengerti dan faham bahwa moralitas merupakan pranata yg paling utama dalam menata masyarakat dan bangsa. Berbagai centeng-preneng kasus yg terjadi di negeri ini, mulai dari problema sosial, ekonomi, kultural, budaya maupun agama ternyata tak dapat dipahami secara tehnis-mekanis belaka. Sudah berapa banyak seminar diadakan telah seberapa sering pelatihan dilaksanakan, dan telah tak berbilang khutb<>ah-khutbah diperdengarkan. Seolah semuanya seperti angin lalu. Tak ada imbas dan manfaatnya. Karena sesungguhnya seruan itu dianggap formalitas belaka. Inilah tanda-tanda kemerosotan budi di negeri ini. Semua orang saling menilai dan mencurigai, hampir tak ada orang yg dapat dianggap baik, bahkan orang tua dikritik, ulama dicaci, pemerintah didemo apalagi teman sebaya, hampir tak ada harga. Lantas siapa yg hendak di dengar. Bukankan Allah swt berfirman dalam surat al-‘Ashr,

وَالْعَصْرِ  إِنَّ الْإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ  إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

Demi waktu, Sesungguhnya manusia dalam keadaan merugi, Kecuali orang-orang yg beriman dan berbuat kebaikan, dan saling menasihati buat kebenaran, dan saling menasihati buat kesabaran.

Jika nasehat-nasehat tak dianggap, Apa gerangan yg terjadi? Bukankah ini menunjukkan kemerosotan akhlaq yg paling mengerikan?

Jam’ah Jum’ah rahimakumullah   
Kata moral sering diidentikkan dgn budi pekerti, adab, etika, tata krama dan sebagainya. Dalam bahasa arab sering disebut dgn kata al-akhlaq atau al-adab. Al-Akhlaq merupakan bentuk jamak dari kata “al-khuluq”, artinya budi pekerti atau moralitas. Kata yg disebutkan hanya dua kali dalam al-Quran pertama dalam al-Syu’ara 137 yg berbunyi:

إِنْ هَذَا إِلَّا خُلُقُ الْأَوَّلِينَ

Yang artinya:
(agama kami) ini tak lain hanyalah adat kebiasaan orang dahulu

dan yg kedua dalam surat al-Qalam 4;

وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ

Yang artinya:
Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yg agung

 pada mulanya kata khuluq ini diproyeksikan sebagai sandingan kata “al-khalq” yaitu ciptaan. Sungguhpun berasal dari akar kata yg sama (kh-l-q), kedua istilah tersebut memiliki arti yg bertolak belakang. Al-Khuluq merupakan karakteristik ketuhanan yg bersifat immateri dan permanen. Sedangkan al-khalq sebagai partner keberadaan manusia yg bersifat materi, dapat dilihat dan sementara. Keduanya tak dapat dipisahkan satu dgn lainnya. Meniadakan salah satunya berarti mau memudarkan jati diri manusia. Karena itu, manusia sejati (insan al-kamil) ialah pengungkapan ahsan taqwim, format ciptaan Tuhan yg terbaik, baru dapat terwujud bila antara al-khuluq memiliki irama dan ritme yg selaras dgn al-khalq.
   
Hadirin Jama’ah Jum’ah rahimakumullah
Kita semua tahu bahwa selain diberi hati nurani yg senantiasa menegakkan ciri ketuhanan (al-khuluq), dalam diri kita juga terdapat hawa nafsu yg cenderung tergiur oleh materi yg nisbi dan instan. Setiap saat terjadi tarik menarik antara keduanya. Jika kemenangan dipihak nafsu, manusia mau turun derajad dan moralnya. Sedangkan bila hati nurani mampu mengungguli nafsu, orang tersebut mau naik derajadnya, moralnya terpuji dan melebihi makhluk Tuhan lainnya.
    Manusia yg terakhir inilah yg layak menjadi wakil Tuhan di muka bumi (khalifatullah fi al-ardhi) buat mengelola alam semesta. Sebaliknya, apabila dunia seisinya ini diurus oleh tangan-tangan manusia yg bermoral rendah, yg tak mampu menyeimbangkan antara format al-khuluq dan al-khalq, pastilah-cepat atau lambat-kehancuran dan kebinasaan mau menimpa dunia. Kisah Qabil, Namrud, Fir’aun, Qarun, kafir Quraisy,  dan sebagainya ialah sebagian tamsil manusia yg menyalahi karakter Ilahiyah dalam mengimplementasikan diri sebagai wakil Tuhan di bumi.
    Moralitas merupakan sesuatu yg dilakukan bukan diucapkan, tindakan bukan tulisan, pelaksanaan bukan kekuasaan, pengamalan bukan hafalan, kenyataan bukan penataran, esensi bukan teori, realitas bukan identitas, dan seterusnya. Eksistensinya tak dapat dibuat-buat, dipalsukan maupun sekedar simbolik. Canggihnya teori, banyaknya ajaran, tingginya kedudukan dan jabatan, indahnya paras wajah, melimpahnya harta bukanlah jaminan mau baiknya moral seseorang. Tidak mustahil, orang yg miskin justru lebih bermoral ketimbang mereka yg berduit, rakyat jelata lebih bermoral ketimbang pejabat.
    Moralitas yg luhur merupakan karakteristik ketuhanan yg melekat pada diri manusia dan bersifat universal, kekal dan esensial. Allah swt. mau memilih diantara hamba-hamba-Nya yg taat buat menampakkan karakteristik tersebut. Perbedaan ras, golongan, suku bangsa, bahasa, negara bahkan agama tak menjadi penghalang bagi realisasi moralitas mulia. Eksistensinya  bersifat lintas etnis, lintas agama, budaya dan bahasa.
    Tidaklah musykil, seseorang yg secara formal mengaku sebagai penganut agama tertentu, hafal kitab sucinya, faham norma-normanya, tapi praktiknya justru bertolak belakang. Malah orang yg tak mengaku beragama secara formal, justru lebih bermoral. Na’udzubillahi min dzalik.

Jama’ah Jum’ah yg disaygi Allah
    Marilah kita bersama-sama saling mengingatkan, bahwa dunia ini hanyalah sementara. Akhirat menenti kita selamanya. Hendaknya kita perkuat posisi hati nurani kita dgn berpegang kepada ajaran Islam. Jika secara pribadi kita lemah memahami Islam, marilah kita dengarkan pengajian para ustadz dan kyai. Siapapun mereka, dari manapun organisasinya, bilalau memang yg diucapkan bermanfaat bagi diri kita, alangkah baiknya kita ambil suritauladannya. Tidak perlu kita memagari diri dgn mencoba melihat detail siapa yg berbicara bukankah dia ialah mantan ketua partai A. Atau dulu kan dia direktur Perusahaan B. Siapapun yg berbicara bila isi dan kandungan informasinya berguna hendaklah kita hormati dan pelajari. Seperti kata pepatah arab Undzur maqal wa la tandhur man qal.  Perhatikan isinya, jangan lihat siapa yg berbicara.

Para hadirin Jam’ah Jum’ah yg dimuliakan Allah
    Marilah di akhir khutbah ini kita sama-sama merenung, telah tepatkah sikap kita selama ini sebagai seorang muslim yg berada di tengah-tengah negara yg semakin menunjukkan kemerosotan etika ini. Yakinkah bahwa kita tak ikut menurunkan moralitas bangsa ini. Benarkah kita telah berusaha menjadi bagian yg tersadarkan? Marilah kita mulai dari diri sendiri. Dari hal yg paling terkecil, kita kurangi berprasangka buruk terhadap orang lain. Apalagi sesama muslim.

بَارَكَ الله لِى وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِى وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذْكُرَ الْحَكِيْمَ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَاِنَّهُ هُوَالسَّمِيْعُ العَلِيْمُ, وَأَقُوْلُ قَوْلى هَذَا فَاسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم

   





Uncategorized

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.