Mengapa Para Wali Dikaruniai Karomah?

Pada masa Nabi orang tak heran dgn kisah-kisah Mukjizat yg diterangkan dalam Al-Qur’an. Lain halnya ketika umat semakin jauh dari masa kenabian, umat bakal bertanya-tanya tentang kebenaran kisah-kisah tersebut. Di benak sebagian umat, mereka bertanya-tanya, apa benar kisah-kisah dalam Al-Qur’an itu, hanya fiktif atau legenda belaka?

Hal ini sangat terkait dgn keimanan yg bagi sebagian orang perlu pembuktian terdekat. Maka dari itu, munculnya karomah-karomah di tangan ulama-ulama besar dan para wali seperti Syekh Abdul Qadir Jaelani salah satunya buat mengangkat kepercayaan umat supaya lebih tebal keimanannya terhadap mukjizat Nabi Muhammad SAW atau mukjizat-mukjizat yg dikisahkan dalam Al-Qur’an.

Maka, lahirlah karomah-karomah atau keistimewaan-keistimewaan tersebut, seperti Syekh Abdul Qadir Jailani yg dikisahkan Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya dalam Secercah Tinta (2012) memiliki karomah dapat menghidupkan orang yg telah meninggal. Hal ini mau mempertebal keimanan seseorang bahwa mukjizat yg dimiliki para Nabi ialah benar. Buktinya, para ulama penerusnya memiliki keistimewaan yg tak dipunyai setiap orang.

Orang awam atau umum mau semakin kuat, tebal, dan semakin percaya terhadap keistimewaan yg diberikan Allah SWT kepada para manusia pilihannya. Demikian juga Imam Yahya bin Hasan yg juga keturunan Syekh Abdul Qadir Jailani akhirnya disebut Bin Yahya. Karomah-karomahnya juga dapat menghidupkan orang mati. 

Habib Luthfi meriwayatkan, suatu ketika berjalan dgn romobongan dari Tarim, Hadhramaut, Yaman, rombongan tersebut hendak ziarah ke Baitullah al-Haram Makkah kemudian ziarah ke makam Nabi Muhammad SAW.

Dalam perjalanan ke Madinah setelah dari Makkah, seorang rombongannya ada yg meninggal. Kemudian ada yg melapor kepada Imam Yahya bahwa ada anggota rombongan yg meninggal. 

Lalu Imam Yahya datang dan memegang telinga orang tersebut dan berkata: “Hai kamu mau saya ajak ziarah ke jaddana (kakekku) al-Musthafa SAW. Nanti setelah berziarah ke jaddana al-Musthafa SAW, mau mati, matilah. Ayo qum biidznillah, hiduplah kembali dgn izin Allah.”

Akhirnya seorang anggota rombongan yg mati itu hidup kembali. Tetapi ketika kembali sampai di Tarim setelah ziarah ke makam Baginda Nabi Muhammad SAW, orang tersebut meninggal lagi. 

Itulah asal-usulnya kenapa disebut Bin Yahya, sebab mempunyai karamah dapat menghidupkan. Menurut sumber kedua, disebut Yahya itu memang yg memberikan nama ialah Baginda Nabi SAW sesuai keterangan Habib Alwi bin Thahir Al-Hadad, Mufti Johor.

Karomah-karomah seperti itu tercatat tak sedikit. Mukjizatnya Nabi Allah Uzair, hewan yg telah mati sekian ratus tahun dapat dihidupkan kembali. Umat Sayidina Muhammad SAW ada yg seperti itu, dapat menghidupkan hewan yg telah mati, yaitu Habib Abu Bakar bin Abdullah bin Thalib al-Athas. Kambing kesenangannya mati, akhirnya dihidupkan kembali oleh Habib Abu Bakar.

Karomah yg dimiliki oleh wali itu tak hanya nampak ketika hidup saja. Tetapi setelah wafat, waliyullah masih diberi karomah. Dan bagi pengikut Ahlussunnah wal Jama’ah, kepercayaan terhadap adanya waliyullah dan karomah itu perlu diyakini secara baik. Bahkan empat imam madzhab telah bersepakat mengenai karomah yg ada para wali ketika hidup maupun telah wafat. (Fathoni)





Uncategorized

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.