– Terpidana kasus Terorisme, Abu Bakar Ba’asyir mengirimkan surat kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi). Dalam suratnya, ia meminta supaya dibebaskan di tengah pandemi virus corona (COVID-19).

Lewat surat itu, pihak Abu Bakar Ba’asyir berharap dapat dibebaskan lewat kebijakan pembebasan napi melalui asimilasi dan hak integrasi.

“Yang kita ajukan sebenarnya asimilasi dan Pak Abu Bakar Ba’asyir berhak buat mendapatkan asimilasi sebab beliau telah memenuhi syarat itu,” kata sanak keluarga Abu Bakar Ba’asyir, Abdul Rohim, seperti dilansir dari Detik, Senin, 6 April 2020.

“Makanya dgn situasi seperti sekarang ini kita mau mengambil kesempatan itu buat dapat kita gunakan supaya beliau dapat diberikan hak asimilasinya,” terangnya.

Surat tersebut, kata Rohim, diajukan oleh tim pengacara Abu Bakar Ba’asyir pada Jumat 3 April 2020 ke Presiden Jokowi dan Menteri Hukum dan HAM RI, Yasonna Laoly.

“Itu dikirim sepertinya ke Pak Menkum HAM dan Pak Jokowi, tapi lebih jelas dapat ke pengacaranya,” ujarnya.

Putra Abu Bakar Ba’asyir ini berharap supaya permintaan ayahnya itu dapat dikabulkan oleh Presiden dan Menkum HAM.

Pasalnya, ia mengatakan bahwa kondisi kesehatan ayahnya kini sangat rentan terhadap penularan virus Corona.

“Pemerintah lebih melihat sisi kemanusiaan sebab situasi kita ini situasi yg telah berbeda. Artinya, dgn wabah ini, ini kan nggak main-main. Ini kondisi beliau di tempat seperti itu umur beliau yg telah 81 tahun dan kondisi pelayanan kesehatan di penjara kan juga tak dapat standar amat,” ujar Rohim.

“Jadi beliau sangat rentan, sangat rawan kemudian tertular makanya kita meminta pada pemerintah buat memiliki kebijaksanaan dan melihat sisi kemanusiannya pada beliau dapat mendapat perlindungan lebih baik dan dapat berkumpul dgn keluarga,” pungkasnya.